Chapter 21 : Takuma Ryuu

1.1K 96 8
                                    

Aku tidak percaya dia sampai menamparku hanya untuk membela Kaito. Aku memang tidak bisa mengalahkan Kaito, ah tidak, dari awal aku memang tidak bisa mengalahkannya. Sejak awal aku telah mengetahui hal itu.

"Takuma, bisakah kau tidak memikirkan kejadian tadi?"

Aku, Kentarou dan Joshi sudah 2 tingkat lebih tinggi dari terakhir kami harus berpisah dengan Mahari.

"Ah..aku tidak memikirkan apapun." Dustaku.

"Aku tahu kau sakit hati tapi jangan sampai mempengaruhi yang lain. Aku tahu bagaimana perasaanmu yang sekarang ini hancur. Menyukai seseorang belum tentu mereka menyukai diri kita."

Pura-pura tidak tahu, aku balik bertanya. "Apa yang kau katakana?"

"Kau menyukai Mahari kan? Dan sekarang kau merasa kecewa karena orang yang kau sukai tidak memilihmu."

Dia benar. Aku sangat kecewa. Bahkan aku tidak bisa lepas dari pikiran itu. Sangat menyakitkan rasanya.

"Aku juga mengalaminya. Sejak awal aku tahu dia tidak mungkin menyukaiku."

Apa Joshi sedang membual padaku? Melihat dari ekspresinya, dia sangat serius mengatakannya. Jadi siapa yang dia sukai? Ah.. tidak, aku tidak pernah melihatnya di dunia nyata jadi aku tidak mungkin tahu siapa yang sedang dia bicarakan. Tapi jika orang itu berada di game ini, tidak salah lagi, pasti dia.

Aku menatapnya penasaran. Aku menunggu hingga Joshi menyatakan bahwa 'pikiranku' ini benar.

"Jangan menatapku seperti itu. Kau membuatu seperti orang bodoh."

"Hei kalian berdua, bantu aku menyelesaikan puzzle ini. Jangan hanya seenaknya mengobrol tanpaku."

"Gomen..gomen.." Joshi menghampiri Kentarou yang sibuk memecahkan puzzle-nya.

Sampai di sini pembicaraan kami.

Aku juga ikut membantu.

Tantangan kali ini adalah menyelesaikan puzzle untuk membuka penghalang. Jika kami berhasil menyelesaikannya, penghalang yang membatasi ketiga terowongan ini akan hancur.

Kami telah mengahabisi waktu terlalu panjang hanya untuk malasah ini. Sebelumnya kami berhasil menghancurkan penghalangnya tapi muncul jam pasir yang memberi waktu untuk memberi batas kapan penghalang itu akan muncul kembali. Sebelum kami menyelesaikan teka-teki yang terdapat pada layar yang tertera di setiap 3 terowongan itu-seperti biasa-, kami terdorong menjauhi terowongan dan penghalangpun muncul kembali.

"Aku tidak berpikir kita dapat menyelesaikannya." Ujar Joshi khawatir.

"Padahal sebelumnya kita hanya menggabungkan gambar yang terpisah tapi kenapa kali ini puzzle-nya berubah. Apa yang harus kita isi?"

"Aku tidak yakin kita bisa menebak teka-teki ini."

Kapan game ini dibuat?

Itulah pertanyaan yang sedang kami hadapi. Mana mungkin ada orang yang tahu jawabannya.

--kecuali program itu sendiri.

"Coba 1998." Usulku.

"Apa kau bodoh? Kotaknya ada 6 dijit. Kemungkinan itu berisi tanggal, bulan dan tahun."

Ah benar. Bodohnya diriku.

Kami hanya duduk termenung dengan pikiran masing-masing. Pertanyaan yang tidak mungkin bisa kami jawab membuat kami frustasi. Bagaimana kami bisa tahu, bahkan jika kami mengandalkan keberuntungan, itu pun belum tentu cukup.

Joshi dan Kentarou sedang membuat strategi yang menurutku tidak berguna jadi aku tidak mendengarkan.

"Sebaiknya kita menjawab pertanyaan yang berada di terowongan itu dulu sebelum kita menghancurkan penghalangnya." Ujar Kentarou.

Life GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang