Chapter 26 : Kaito Kano

1.1K 93 9
                                    

Banyak yang kami bicarakan. Dia mengatakan bahwa di game ini terdapat lima program tidak termasuk dia dan salah satunya dapat menghidupkan kembali program yang telah mati. Prediksi ini sama seperti yang pernah dikatakan Yusa padaku. Jika itu benar maka hanya satu orang lagi yang belum aku ketahui. Dia juga mengatakan bahwa bentuk dari yang bisa menghidupkan kembali agak sedikit special.

Pada waktu istirahat kami juga ada aturan dan itu akan disiarkan ketika aku keluar dari sini. Aturan itu adalah tidak boleh membunuh teman seatap. Jika kami melanggar kami akan gagal juga kecuali kalian membunuh teman orang lain yang telah mengundang kalian sebelumnya karena kami tidak bisa lagi mengundang orang lain pada masa istirahat nanti. Dan ada lagi yang menggangu pikiranku, semua program harus dibunuh sebelum level akhir dimulai. Itu artinya kelima program yang berada dalam game ini harus dimusnakan.

Dia mengatakan bahwa Gurume dan Kamizawa tinggal bersama dan dia juga mengatakan bahwa sebelum level akhir kami akan dikumpulkan kembali di ruang putih untuk salam perpisahan dan pemberitahuan tentang level akhir yang telah kuketahui.

Aku tidak tahu tujuannya memberitahuku. Ketika aku bertanya alasannya dia hanya menjawab dia tertarik padaku. Bukan dalam berbeda jenis melainkan ada hal lain dan itu aku tidak tahu. Mungkin ini alasan kenapa Gurume dan temannya menyerangku.

Aku berjalan keluar dari ruang yang sudah berubah warna ini. Yusa menungguku dengan tatapan penasan apa yang telah kudapat tapi aku hanya berjalan melewatinya. Aku sudah bertekad akan menghianatinya dan itu tidak akan bisa diubah.

Pintu kamar aku kukunci sehingga Yusa tidak bisa masuk. Dia mengetok pintu beberapa kali dan aku tetap tidak meladeninya. Aku tetap duduk merenungkan diriku yang payah ini.

"Kano, buka pintunya."

Aku tetap diam masih memegang pistol yang kutaruh di bawah kasur yang tidak kubawa ke ruang tadi.

"Jangan terpengaruh oleh perkataannya. Dia hanya menghasutmu."

"Bisakah kau tetap diam?!"

"Kano, sadarlah."

Aku membuka pintu. "Kau tahu selama ini aku hanya menipumu. Aku hanya ingin menaklukanmu dan akhirnya berhasil." Akhirnya kata-kata itu terlontar dari mulutku. Rasanya aku ingin membunuh diriku sendiri.

Dia menarik ujung kaosku. "Itu hanya halusinasi."

Aku menatapnya dingin. "Ini nyata. Memang dari awal sudah aku rencanakan taktik ini agar aku bisa lolos dari game ini. AKu menipumu, Joshi, Takuma dan Kentarou. Ini hanyalah sebuah rencana sempurna. Jadi jangan menggangguku lagi." Aku melepaskan tangannya dari kaosku. Peperangan sudah aku lontarkan.

"Jangan bercanda. Kano—"

Aku menaruh pistol yang sedari aku pegang di dahinya. "Perempuan sangat lemah. Kau mudah sekali dipermainkan." Aku menahan emosiku sembentar agar tak terlihat olehnya. "Menjauh dariku."

Dia... dia ... menangis. Aku tidaku kuat meihatnya. Tolong, cepat pergi dari hadapanku.

Diam tetap tidak bergerak dari tempatnya.

"Pergi atau kau akan mati." Aku tidak sungguh ingin menembaknya. Mana mungkin bisa kulakukan.

"Lakukan. Lakukan jika kau mau." Dia menantangku. Dia masih percaya padaku.

Aku tidak bisa melakukannya. Jika aku diam saja, kebohonganku akan terlihat dan semua rencanaku akan gagal

Sebuah seuara muncul dari tv di ruang tamu. Suara dapat kami dengar.

"Jangan membunuh teman seatap atau kalian akan mati. Kalian bisa membunuh orang lain."

Peringatan itu berulang beberapa kali dan akhirnya menghilang. Aku menurunkan pistolku dari dahinya dan menatapnya tajam.

Life GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang