Chapter 22 : Kaito Kano

1.1K 91 23
                                    

Perlahan aku mulai membuka mataku, sangat sulit sehingga aku memejamkannya kembali. Sekarang aku merasakan badanku bergerak seperti digendong oleh seseorang. Ah... aku bisa merasakan baunya. Dia disini.

Aku membuka mataku kembali. Rambut hitamnya menempel di wajahku. Aku tidak merasa risih melainkan aku senang. Berada di dekatnya terasa sangat nyaman dan hangat. Aku tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya, aku tidak tahu ini tapi aku sangat senang.

Tanganku yang awalnya terguntai lemah, aku usahakan untuk melingkarkan tanganku pada lehernya. Aku tidak sanggup untuk melingkarkannya dengan erat.

Dia merespon kaget.

"Kano?"

Aku tidak menjawab, masih melingkarkan tanganku.

"Kau sudah bangun!" Nadanya sangat senang. Dia mulai menurunkanku dari punggungnya. Mungkin dia lelah.

Dia menyandarkanku pada sebuah batu besar.

"Kita sudah sampai mana?" Aku melihat sekeliling.

"Aku telah menyelesaikan 4 rintangan sendiri."

Jadi dia menyelesaikan 4 rintangan sendiri disaat aku tidak sadarkan diri? Ahh kejamnya diriku membiarkannya melakukan sendiri.

"Bagaimana keadaanmu?" Yusa memandangku dengan khawatir.

"Agak baikan. Maaf merepotkanmu. Arigatou telah menyelamatkanku dari kematian, Yusa"

Kematian? Aku rasa aku belum merasakan---sesungguhnya.

"Ada apa denganmu?" Dia memukul dadaku. Cukup sakit.

Aku masih terdiam tidak mengerti.

"Kenapa kau begitu egois?! Kau bisa meminta bantuanku! Jangan semua masalah kau tanggung sendiri!"

Apa dia tahu aku berbohong? Dia sepertinya tahu. Yusa sudah mengenalku 'cukup lama'. Dia tidak mungkin bisa dibohongi dengan mudah. "Gomen." Hanya kata itu yang keluar dari mulutku.

"Kau sedikit aneh Kano. Kau menghindar dariku. Kau tahu seberapa susahnya aku untuk mendekatimu?! Kau selalu menghindar! Apa aku membuat kesalahan sehingga kau menjadi seperti ini?! Jawab aku Kano!"

Mulutku terasa membeku sesaat. Ketika pikiranmu mulai kembali aku mulai membuka suara. "Kau tidak membuat kesalahan apapun. Akulah yang membuat kesalahan."

Kesalahanku terletak dimana aku menerima penawaran Takuma.

"Jadi kenapa kau menghindariku?! Dia memukulku dadaku lagi. "Betapa aku khawatir padamu. Ketika kau mati, aku sangat takut kau tidak akan pernah bangun."

Aku bisa mendengar suara isak tangis.

Dia menyandarkan kepalanya pada dadaku. Dadaku terasa basar. "Tolong jangan membuat hal yang ceroboh. Kita melakukannya bersama. Aku tidak kuat melihat darah mengalir deras pada tubuhmu, aku tidak kuat melihat kau mati."

Aku memeluknya. "Maafkan aku Yusa. Aku tahu permintaan maafku tidaklah cukup tapi hanya ini yang bisa kulakukan. Maafkan aku."

Aku sungguh menyesal membuatnya menjadi seperti ini. Aku tidak tahu jika dia menderita karena ulahku. Sungguh breksek diriku... aku akan selalu berada di sisimu, aku ingin melontarkan kata-kata itu tapi itu cukup mustahil untuk dilakukan karena aku sudah meninggalkannya ke tempat dimana aku tidak tahu letaknya. Jadi aku hanya bisa mengakatan.... "Maaf."

******

Suasana agak sedikit canggung setelah kejadian Yusa menangis di dadaku dan aku memeluknya. Jika dingat kembali itu sangat memalukan. Aku tidak pernah melakukan itu sebelumnya.

Life GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang