Chapter 25 : Kaito Kano

971 104 15
                                    

Beberapa nama dalam layar perlahan mulai berkurang. Aku menunggu sambil duduk bersilang untuk menghilangkan rasa bosan karena namaku paling akhir yang berarti aku akan mendapat giliran terakhir. Sebenarnya, ketika nama Yusa menghilang dalam layar aku mulai panik. Aku berpikir akan terjadi sesuatu terhadapnya tapi aku percaya Yusa akan baik-baik saja.

Nama Tamako Hani mulai menghilang dalam layar yang letak namanya berada di atasku dan itu berarti sekarang giliranku datang. Ruang putih yang menjadi hitam ini menjadi terasa sangat tidak nyaman. Udara di sekitar menjadi menipis.

"Haloooooo... peserta akhir.." Suara panggilan bergema. "Kaito Kano?" Dia tidak nampak, hanya suaranya saja yang terdengar. Aku tidak bisa menebak apakah ini suara perempuan atau lelaki. Tapi aku tahu dia berada disini.

"Apa maumu?" Tanyaku dengan nada tidak suka.

"Sebelum itu aku akan memberi pertanyaan. Siapa aku? Ah atau lebih tepatnya apa kau pernah bertemu denganku?"

Aku tidak mengerti. Bagaimana aku bisa tahu jika dia tidak menampakkan dirinya. "Jangan konyol."

"Apa kau lupa? Kau tidak berpikir sehingga kau tidak akan mendapat jawabannya. Jika kau berpikir lebih dalam kau akan mendapat jawaban yang tepat." Suaranya seperti meremehkan.

Aku berpikir. Kali ini aku berpikir. Siapa? Tentu aku tidak tahu tapi jika aku memikirkan lebih dalam pasti aku akan mendapat jawabnnya. Seperti hal nya dalam menjawab pertanyaan, aku tidak bisa menjawab ketika aku tidak berpikir.

Lebih dalam...lebih dalam.. dan ah! Aku pernah mendengar suara itu! Suara aneh yang membuatku bingung setengah mati . Tidak salah lagi aku pernah bertemu dengannya!

"Kau yang memberitahu bahwa ayahku masuk pernjara, kan? Kita pernah bertemu di dekat gang rumahku." Tunggu! Ayahku masuk penjara karena membunuh ibuku tapi anehnya dia mengatakan bahwa ayahku gila. Mana mungkin ada orang gila yang masuk penjara! Semua orang gila akan dibebaskan hukuman!

"Kau baru menyadarinya. Padahal aku sudah memberi tahu sebuah keanehan tapi kau tidak berpikir lebih dalam." Dia berhenti dan melanjutkan. "Lama tak berjumpa."

Sial! Kenapa aku tidak menyadari keganjalan ini? Bagaimana aku bisa tidak menyadari hal sepenting ini! Jadi, dimana ayahku berada? Di penjara atau di rumah sakit?

"Kau tampak kebingungan." Dia tertawa. "Hmmm jadi siapa aku?" Dia menanyakan hal yang sama.

Ingatanku perlahan mulai kembali di saat aku bertemu dengannya. Pada saat itu aku bingung dengan suara yang dia buat karena aku tidak bisa membedakan.

2 tahun lalu.

Aku berjalan di sebuah gang. Tiba-tiba saja aku ditabrak oleh seseorang. Dan dia mengatakan sesuatau.

"Ayahmu adalah orang gila sejak lama dan dia dipenjara sekarang."

"Aku tidak peduli. Apa urusanmu pak tua?" Entah kenapa aku memanggilnya pak tua. Karena pakiannya tampak kumuh dan bergaya seperti orang tua, kata itu tanpa sadar terlintas dari mulutku.

"Panggil aku bos."

Aku kira perkataan waktu itu hanya sebuah candaan tak berguna yang harus kulupakan. Tapi ternayata aku salah. Itu adalah bagian penting dalam percakapan kami. sangat, sangat penting!

Karena aku ingat dengan apa yang dia katakan, kali ini aku tahu jawabannya. Jawaban yang seharusnya aku ingat sampai aku sadar bahwa ini sangat penting.

"Kau adalah bos dari game ini." jawabku dengan lantang.

Suara tepuk tangan bergema dan aku tidak tahu jumlah dari tangan-tangan yang saling bertebuk satu sama lain.

Life GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang