6

15 5 0
                                    


Kini Elizabeth telah siuman, Philips langsung terisak tangis memeluk Elizabeth erat dan Gallain tentu saja langsung mengomelinya.

"Dia saja sadar Philips jangan membuatnya pingsan dengan pelukan erat mu itu!" Marah Gallain.

Philips menurut, ia langsung melepaskan pelukannya dari Elizabeth. "Elizabeth, Gallain bilang kau belum makan apapun dari pagi apa ada yang ingin kau makan?" tanya Philips.

"Jangan tanyakain itu Philips. Yang dia hanya bisa makan sekarang hanyalah bubur karena mencernaan nya dan perut nya terluka cukup parah." Ucap Gallain.

"Baiklah baiklah aku akan pesankan bubur—

"Paman aku ..." Elizabeth Bersuara.

"Iya? Iya? Kenapa hm? Kenapa putri ku sayang??" tanya Philips penuh perhatian.

"Ibu ada dimana?" tanya Elizabeth, "Apa ibu baik baik saja?" Tanya Elizabeth.

"Kenapa kau menanyakan keadaan orang lain?? Kau baru saja sadar Elizabeth." Ucap Gallain lalu melirik Zayn waspada. Entah kenapa tapi aura pemuda itu seperti ingin menerkam mangsanya sekarang.

"Ibu mu baik baik saja, Kakek dan Nenek mu, Menjaga adikku dengan baik." Ucap Philips.

"Syukurlah ... " Elizabeth merasa lega. Setidak nya jika Bersama kakek dan nenek Ayah nya tidak bisa menyentuh ibunya.

"Apa saya perlu pesankan Nona Elizabeth Bubur?"

Elizabeth sedikit mengernyit. Suara siapa ini? Suara dalam sedikit serak itu terasa asing ditelinganya. Elizabeth mengedarkan pandangannya, lalu menemukan seorang pria asing berdiri sambil menatapnya.

"Siapa dia?" tanya Elizabeth.

"Ah dia." Ucap Philips seraya melirik Zayn. "Dia Zayn, orang yang paling di percaya ibu mu untuk menjaga dan melindungi mu, mulai sekarang dia Bodyguard mu." Jelas Philips.

"Begitu, rupanya Ibu yang mengirimkannya , aku harus menemuinya untuk berterimakasih nanti." Ucap Elizabeth dengan tenang.

"Kau bisa menemuinya nanti setelah kau benar benar pulih. Mungkin sekitar seminggu." Ucap Gallain.

Elizabeth membulatkan matanya, "Bukankah itu terlalu lama?" protesnya. "Bagaimana kalau sampai besok?" tanya nya menawar.

"Kau akan mati jika pergi besok—

"Gallain!! Tolong jangan bicara hal yang menyeremkan pada putriku!!" Potong Philips. Ia kemudian menoleh menatap Elizabeth. "Gallain si bodoh itu memang suka asal bicara jangan didengarkan ya sayang. Kau bisa melakukan apapun yang kau mau seminggu lagi." Ucap Philips menuruti ucapan Gallain meskipun sempat mengatai pria itu.

"Zayn kau bisa pesan bubur sekarang." Ucap Philips yang langsung akan dituru Zayn.

"Jangan lakukan itu." Ucap Gallain menahan Zayn. "Seseorang dengen kecepatan penuh sedang membawa bubur kemari." Ucap Gallain.

"Apa keponakan mu yang bawa?" Tebak Philips.

"Yah, Juhn yang membawanya, sebentar lagi dia pasti sampai." Ucap Gallain.

"Kenapa dia datang kemari?" tanya Elizabeth.

"Tentu saja mengkhawatirkan mu." Ucap Gallain.

"Kau menyuruh nya kemari?" tanya Elizabeth.

"Tidak ko." Ucap Gallain. "Aku hanya membuat status poto rambut mu saja dan dia dengan cepat langsung bilang akan kesini." Ucap Gallain.

"Hanya kamu yang bisa membuat nya menggila hingga menggunakan hellycopter dari Pulau Jeju menuju kota ini untuk menemui mu. dia bahkan membatalkan semua kerjaan nya demi menemui mu." Ucap Gallain.

Philips mendengar itu mengangguk anggukan kepalanya kagum. "Yatuhan dia sampai melakukan itu ? dia mungkin akan segera jadi menantu ku." Ucap Philips.

"Aku sedang tidak ingin Melihatnya." Ucap Elizabeth.

"Siapa yang tidak ingin kamu lihat?"

Tubuh Elizabeth menegang begitu mendengar suara yang taka sing ditelinganya. Ia segara menatap ambing pintu kamarnya.

Juhn, Pemuda dengan balutan Jas Mahal ditubuh nya sudah berdiri disana sambil menenteng tas bekal berisi bubur.

Elizabeth segera memalingkan wajahnya. Gallain yang melihat itu menyadari sesuatu. "Ah seperti nya kalian sedang bertengkar ya?" Ucap Gallain. "Lebih baik kita keluar." Ucap nya kemudian sambil menarik Philips Bersama nya keluar kamar.

Juhn berjalan Menghampiri Elizabeth, ia duduk di tepi Kasur Elizabeth menatap gadis itu penuh kekhawatiran. "Bagaimana keadaan mu? apa tubuh mu sudah merasa lebih baik?" tanya Juhn.

"Seperti yang kau lihat, Aku baik baik saja jadi lebih baik kau pergi." Usir Elizabeth.

"aku tidak melihat mu baik baik saja." Ucap Pemuda itu seraya membuka tas bekal yang ia bawa dan mengambil bekal bubur yang ia sempat buat dengan buru buru. "Kau harus makan." Ucap Pemuda itu kemudian mengambil sesendok bubur lalu hendak menyuapi Elizabeth.

Sebelum Menyuapi Elizabeth, Juhn menoleh kebelang karana merasa ada tatapan yang terus mengarah pada Elizabeth. ia kemudian mendapati Zayn masih berada dalam ruangan sambil terus menatap Elizabeth. membuat rahang Juhn Mengeres.

Siapa lagi pria ini? Kenapa begitu banyak pria disekitar Elizabeth? berapa banyak lagi yang harus ia singkirkan setelah Arthur?

"siapa dia?" tanya Juhn menatap Zayn dari jauh dengan pandangan datar.

"Ah, dia Zayn. Dia orang kepercayaan ibuku yang di kirim untuk menjaga dan melindungi ku." Jelas Elizabeth memberi tahu.

"Dikirim oleh ibumu?" tanya Juhn merasa heran. "Ibu mu bahkan tak memperdulikan mu dan tiba tiba mengirim seseorang untuk melindungi mu?" tanya nya membuat Elizabeth meringis sebal.

"Apa maksudmu Juhn?" tanya Elizabeth sedikit tak suka dengan kalimat Juhn barusan.

"aku punya banyak orang yang lebih kaut darinya, kau bisa menggunakan orang orang dari ku dari pada dia—

"Ibu ku mengirimkan nya untuk ku Juhn." Sela Elizabeth dengan cepat. "Tentu saja aku akan menerima nya sebagai bentuk terimakasih dan menghargainya. Ibuku mungkin sedih jika aku tidak menerimanya." Ucap Elizabeth.

"apa kau yakin bisa mempercayai ibumu?" tanya Juhn.

Elizabeth terdiam sebentar lalu menganggukan kepala. "Aku percaya padanya."

Juhn menghela nafas pelan, "Baiklah jika itu memang mau mu." ujar nya mengalah. Juhn Kemudian melirik Zayn sebelumnya akhirnya pandangan nya terfokus pada Elizabeth. "Bisakah kau keluar? Aku ingin menikmati waktu berdua dengan atasan mu." Ucap Juhn mengusir Zayn.

"kau bisa keluar Zayn." Ucap Elizabeth membuat Zayn menurut, tanpa suara ia melangkah keluar dari kamar Elizabeth.

"Makanlah," Ucap Juhn seraya mengarahkan sesendok bubur pada mulut Elizabeth, "Apa kau mau ak menyuapi mu dengan mulut ku hm?" lanjut nya membuat elizabeth Membulatkan matanya.

"Paman—ah tidak—Zay---" Ucapan Elizabeth terputus karena Juhn yang tiba tiba mencium Elizabeth, ia melumatnya dengan lembut.

"Apa kau gila?" tanya Elizabeth, "Kau mencium orang sakit? Bagaimana kalau aku sakit dan meningg--- " Juhn Kembali mencium Elizabeth dengan sangat lembut hingga membuat Gadis itu akhirnya luluh dan membalas ciuman Juhn. Juhn tersenyum menyadarinya.

Juhn melepaskan ciumannya dari Elizabeth, ia menyentuh bibir Elziabeth dan mengelusnya lembut. "Setelah mencobanya sekali aku benar benar tidak bisa melupakannya dan terus menginginkannya." Ungkap Juhn lalu mengalihkan pandangannya kearah lain.

Sepertinya jika ia menatap elizabeth ia akan Kembali menerkam gadis itu. Ah benar benar, ia sudah gila dan semakin menggila sekarang.

"Elizabeth kau membuat ku gila." Lanjut nya seraya memegangi kening dengan telinga memerah.

Elizabeth yang melihat itu juga memalingkan wajahnya merasa salah tingkah. Ini bahkan bukan ungkapan perasaan dari Juhn kenapa ia mesti merasa malu? kenapa juga Juhn mengatakan hal itu didepan wajahnya?

********

Take Me HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang