12

9 3 0
                                    


Elizabeth sedikit mendongak, menatap pintu besar yang terasa asing dan dingin baginya. Setiap kali melihat pintu ini ia selalu sedikit merinding karena pintu ini sama persis dengan pintu Mansion Kim, Ayahnya.

Gadis itu menghelas nafas pelan lalu perlahan menggerakan lengannye menekan bell, membuat suara bell terdengar nyaring di area itu. pintu mulai terbuka dari dalam, Wanita paruh baya ber-seragam Maid muncul dari balik pintu.

Wanita paruh baya itu tersenyum lembut, "Selamat datang Nona," Becky memberi salam dengan mendudukan sedikit kepala, lalu Kembali menatap Elizabeth agak terkejut. Bisa dilihat dari bola mata Wanita tua itu yang sedikit membulat.

"Ah ... terjadi sesuatu yang buruk sehingga aku memakai pakaian seperti ini." Jelas Elizabeth pada Becky karena merasa Wanita tua penasaran.

Becky menganggukan kepala nya pelan mengerti, "Silahkan masuk Nona." Becky Mempersilahkan Elizabeth masuk di ikuti dengan Zayn yang melangkah masuk disamping gadis itu.

Becky mengernyit merasa ada yang beda, aneh sekali. Pemuda itu awalnya menatap Nona Elizabeth dari belakang seakan akan siap menerkam mangsanya, tapi kini aura nya sedikit lebih lembut?

"Dimana ibu?" tanya Elizabeth seraya menoleh kepada Becky.

"Nyonya Edith seharian ini berada di balkon, saya akan memberitahu beliau terkait kedatangan Nona Elizabeth." Ucap Becky.

"Terimakasih, ah tapi sebelum aku bertemu ibu, aku ingin bertemu dengan Sean dan Sally. dimana mereka?" tanya Elizabeth.

Becky menelan ludahnya secara perlahan. Ia sedikit menundukan kepalanya menghindari tatapan Elizabeth. "Tuan Sean dan Nona Sally dibawah oleh Tuan Benjamin dan Nyonya Layla untuk menetap di Canada Bersama mereka disana." Jawab Becky dengan suara pelan.

Elizabeth tersenyum tipis. Ah, sepertinya kabar ia ke kedian membuat kakek dan Nenek nya membawa Sean dan Sally agar menjauh dari dirinya.

Elizabeth tidak mengerti kenapa dan sejak kapan kakek dan Nenek nya bersikap dingin padanya ... ia tidak ingat ...

"Kalau begitu tolong taruh ini dikamar Sally dan Sean. Ini adalah hadiah yang kuberikan kepada mereka." Ucap Sally seraya memberi kode pada Zayn untuk memberikan Paper Bag yang ia bawa pada Becky.

"Tuan Sean dan Nona Sally pasti akan menyukainya Ketika mereka Kembali. Saya akan segera menyimpan nya terlebih dahulu." Ucap Becky.

"Aku akan langsung ke balkon untuk menemui ibuku, jadi setelah menaruh itu kamu bisa Kembali melakukan pekerjaan mu." Ucap Elizabeth. setelah itu gadis itu mulai melangkah menuju Balkon.

Gadis itu mulai menaiki tangga menuju balkon satu persatu hingga akhirnya ia sampai berdiri di hadapan pintu kaca yang transparan. Dari sana, ibunya sudah membalikan badan dengan senyuman tipis.

"Kamu tetap disini." Ucap Gadis itu pada Zayn.

"Apa Nona akan Baik baik saja?" tanya Zayn.

Elizabeth terkekeh kecil lalu mengangguk pelan. "Tentu saja aku akan baik baik saja. Mana mungkin ibuku melukaiku." Ucap nya.

Zayn masih menatap nya dengan datar. Ah, apa gadis ini mulai bodoh dan lupa kejadian dua hari lalu ya?

"Pokoknya tetap disini." Ucap Elizabeth.

"Baiklah saya akan mengamati Nona dari sini. Tapi jika Nona terlihat kesulitan saya tidak akan segan segan untuk masuk." Ucap Zayn.

Elizabeth tersenyum tipis. "Kamu sedikit aneh," Ucap Elizabeth merasa sedikit heran dengan sikap Zayn, "Yah terserah kamu saja deh." Lanjut Gadis itu tidak peduli lalu membuka pintu dan melangkah masuk ke balkon dengan menenteng bunga yang sama persis yang selalu ia bawa setiap menemui ibunya.

Bunga Hyacinth Putih sebagai bentuk ungkapan perasaannya pada ibunya.

"Ibu, apa kabar?" Tanya Elizabeth dengan senyuman kecil yang melingkar diwajahnya. "Saya datang kemari lagi dengan membawa hadiah ini untuk ibu." Lanjut gadis itu seraya menaruh Paper Bag dan bunga diatas meja yang berada didekatnya.

Elizabeth kemudian mengeluarkan hadiah yang ia beli dari Paper bag. Hadiah itu adalah sebuah Selimut Rajut berwarna merah mudah dengan bahan yang sangat Premium.

Elizabeth menyampirkan Selimut yang ia beli di bahu ibunya. "akhir akhir ini hujan sering turun, cuaca menjadi dingin dan lembab, Becky bilang ibu berada disini seharian, ibu sebaiknya pakai ini agar tidak masuk angi—

"Aku tidak sudi menerima apapun dari mu." Ucap Edith datar, ia kemudian meraih selimut yang menyampir di bahunya lalu menjatuhkannya ke lantai. "Aku akan meminta Becky membakar sampah itu nanti." Lanjut Edith seraya melirik selimut itu sekilas dengan datar.

Elizabeth menelan ludahnya, entah kenapa ia merasa kelu sekarang namun ia berusaha untuk bersuara dengan tegar. "Saya akan membawa hadiah lain jika ibu tidak menyukai hadiah yang saya bawa hari ini." Ucap Elizabeth.

"Aku sudah bilang kan? Aku tidak sudah menerima apapun dari mu, Apa kau tidak mengerti itu karena kau orang idiot bodoh?" tanya Edith.

Elizabeth menganggukan kepalanya pelan. "Begitu ..." Ucapnya, "Kalau begitu tolong beritahu aku jika ada yang ibu inginkan. aku akan mendapatkan nya untuk ibu." Ucap Gadis itu lalu Kembali tersenyum kecil menatap sang ibu.

"Aku ingat jelas apa yang terakhir kali ku minta pada mu." Ucap Edith, "Berheti panggil aku Ibu. Aku bukan ibumu dan tidak akan pernah sudi menjadi ibumu." Lanjut nya tajam.

"A-aku ..." Elizabeth kini tertunduk, mulutnya terasa kelu untuk dibuka dan bersuara. Dadanya juga terasa sesak karena menahan tangis.

"Aku putri ibu ... " Ucap Elizabeth akhirnya meski dengan suara pelan.

Edith menatap Elizabeth dengan sorot mata penuh kejijian. "Maka dari itu jangan panggil aku ibu," Ucap Edith.

"Karena aku ingin melukapan fakta aku pernah melahirkan mu. melahirkan mu adalah penyeselan terbesar dalam hidupku! Hidupku hancur karena kamu! Jika aku bisa Kembali masa lalu hal yang ingin kuubah adalah tidak melahirkanmu."

Elizabeth mendongak menatap ibunya dengan mata menahan tangis. "Maaf sudah membuat ibu kesulitan kerana terlahir kedunia ini." Ucap Elizabeth.

"Jangan panggil aku ibu!!" Teriak Edith murka.

Zayn yang melihat itu dari jauh Hendak masuk sebelum semua tak terkendali. Namun Ketika ia mencoba pintu itu, pintu itu tidak bisa dibuka.

Zayn dari jauh dapat Melihat Edith tersenyum tanpa jiwa dari jauh sambil menunjukan Kunci Otomatis ditangannya lalu membuangnya kebawah. Lalu setelah itu Tirai Hitam mulai menutupi pintu Pintu itu secara perlahan.

Zayn segara menarik Tirai itu Hingga terlepas dari dinding. Ia melempar Tirai itu asal dan mencoba mendobrak dengan memecahkan pintu kaca itu namun kaca itu begitu tebal dan kuat.

Disana Zayn bisa melihat Edith mulai Mendorong Elizabeth dan memberikan Tamparan Pada Gadis itu. Lalu menarik Gadis itu hingga menuju Ujung pagar balkon.

Melihat itu tentu saja Zayn Panik bukan Main. Bagaiman jika Elizabeth jatuh kebawah, ini adalah lantai 5 jika gadis itu jatuh kebawah sudah jelas akan mati---

Zayn semakin menjadi, membayangkan hal itu membuat Amarahnya bergejolak tak terkendali.

Tapi kenapa

Kenapa ia harus semarah ini?

Kenapa ia ia merasa marah dan putus asa melihat gadis itu terluka?

Kenapa rasanya sakit melihat gadis itu dilukai dan terluka?

Ah rupanya begitu ...

Ia tidak bisa mengelak mengetahui bahwa ia sudah jatuh dalam perasaan yang tak seharusnya.

Tunggu ...

Tapi sejak kapan perasaan ini ada ? 

Take Me HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang