2. Lost in The Woods.

101 20 3
                                    

Giselle terbangun karena merasa haus, dirinya menatap sekitar semua orang dalam bus tertidur nyenyak. Tidak ada yang aneh sampai dirinya sadar bahwa bus tidak lagi bergerak, dengan cepat dirinya menegakan badan dan melihat kearah luar, dirinya makin merasa aneh saat matanya hanya bisa menatap pepohonan besar yang mengelilingi mereka, tidak-- mereka tidak mungkin tersesat bukan?

Menoleh kesamping, Giselle mencoba membangunkan Jeno dengan cara menepuk pundaknya, berhasil karena tak lama dia bisa melihat Jeno yang menyeritkan dahinya lalu tak lama kemudian dia bisa melihat Jeno membuka mata dan menguceknya. Setelahnya Giselle bangkit, menghampiri yang lain dan membangunkannya satu persatu.

"Ribut amat sih, gue ngantuk!" Felix berujar protes saat tubuhnya diguncang - guncang.

"Kenapa Gi? Kenapa panik banget?" Jihoon bangkit menghampiri Giselle yang dengan panik mencoba membangunkan teman - temannya yang lain.

"Ini bukan waktunya kalian protes gue bangunin! Kalian gak sadar apa kalo kita di tinggalin?! Liat sekitar kalian, kita gatau kita dimana!" Giselle berujar dengan mengebu-gebu.

Tak lama fokus mereka mulai kembali, setelah sadar apa yang terjadi seisi bus langsung saja ribut.

"Bahkan supir bus kita gaada ditempat? Gila! Kalo ini prank ini beneran gak lucu!!" Teriakan Yeji itu mengundang yang lain untuk melihat kearah bangku supir yang memang tidak diisi siapapun.

"Kalian, tolong tenang. Gue bakal hubungin pihak sekolah. Sekarang kalian balik dulu ke bangku masing-masing. Kita gak boleh gegabah." Soobin sebagai ketua kelas memberikan intruksi yang langsung dituruti semuanya.

Tak lama kemudian Soobin mengambil handphone yang disimpan di saku jaket jeans yang dikenakannya, akan tetapi saat benda pipih itu menyala dirinya terkejut karena ditempat ini benar-benar tidak ada jaringan internet. Soobin menatap sekitarnya, "Coba cek, ada yang dapet sinyal ga?" Pertanyaan soobin menimbulkan suara grasak-grasuk dari yang lain untuk membuka ponsel tak lama setelahnya terdengar beberapa keluhan dan umpatan yang cukup membuat Soobin menyimpulkan bahwa memang semua perangkat disini tidak mendapatkan jaringan internet.

Jeno sendiri yang sejak tadi diam ditempatnya, tidak ikut berkomentar dan mengeluh, dirinya melirik jam yang melingkar dipergelangan tangan kirinya. Pukul 13.13 itu berarti sudah tiga jam sejak dirinya tertidur, karena dia ingat saat akan membaca tadi jam masih menunjukan pukul 10 pagi.

"Oke gini aja, gue bakal coba keluar buat cari sinyal atau bantuan. Yang lain bisa tunggu disini, jangan ada yang keluar sebelum gue balik." Soobin bangkit, sebagai ketua kelas dirinya merasa bertanggung jawab mengarahkan teman-temannya yang lain.

"Gua ikut, lu gaboleh keluar sendirian." Haechan bangkit, Soobin hanya mengangguk tanda setuju. Tak lama keduanyapun pergi meningalkan bus.

"Kalian yakin mereka bisa dapet bantuan? Gue agak pesimis secara ini bener-bener tengah hutan." Felix menatap kepergian Soobin dan Haechan dengan sangsi.

"Seengaknya kita ada usaha dan gak berdiam diri." Lia menjawab dengan agak nyolot. Bukan tanpa alasan, tapi Lia memang kurang menyukai felix, menurutnya Felix itu adalah orang yang gegabah dan seenaknya sendiri. Dia bisa melakukan apapun hanya untuk kepuasannya sendiri.

"Gue rasa, kita semua harus turun dari bus ini."

Semua orang yang ada di bus sontak saja langsung menoleh kearah Renjun yang berbicara. "Lu gak denger soobin bilang apa? Kita gaboleh turun sebelum mereka balik. Saran gue kita ikutin kata soobin." Perkataan Chaewon diangguki oleh anak-anak perempuan yang lain.

"Tapi gue rasa Renjun bener, gue nyium bau hangus. Kita gak tau bus ini aman atau enggak buat kita, cepet keluar dan ambil semua barang kalian, termasuk yang disimpen di bagasi bus!"

Sontak saja perkataan Yangyang itu disambut kepanikan terutama anak-anak perempuan, dengan bergegas mereka semua buru-buru turun dari bus, Eric adalah orang pertama yang keluar karena kursi dia yang paling dekat dengan pintu keluar. Tanpa pikir panjang dirinya langsung membuka bagasi bus yang ada disamping, walau sempat susah terbuka pada akhirnya bagasi bisa dibuka berkat bantuan Hyunjin. Anak laki-laki dengan buru-buru membawa semua barang yang sekiranya bisa membantu mereka untuk bertahan sedangkan sisanya membantu membawa anak-anak perempuan menjauh dari sekitaran bis. Suasana sempat kacau karena Karina bisa melihat ada Api yang muncul dari bagian depan bis.

"Jaem, bantu gue bawa ini!" Hyunjin melempar sebuah tas yang Jaemin tidak tahu isinya apa. Setelah merasa semua barangnya terambil, Eric, Hyunjin dan Jaemin buru-buru berlari menjauhi Bus.

Merasa sudah dalam jarak aman, mereka semua bisa nelihat Bus tiba - tiba saja meledak dan terbakar, api yang tadinya besar kian membara. Karina bahkan sudah bersembunyi di pelukan sang kekasih -Yoshi.

"Gila! Ini emang pembunuhan berencana namanya! Gimana kalo Renjun gak peka? Mungkin kita semua udah mati kebakar di dalam bis!" Giselle berujar dengan emosi yang meledak - ledak.

Tak lama mereka bisa melihat Soobin dan Haechan yang berlari panik kearah bus, mereka yang melihat itu sontak berteriak dan melambaikan tangannya agar Soobin dan Haechan tidak mendekati Bus yang terbakar itu. Haechan adalah yang pertama yang menyadari keberadaan teman-temannya, dia kemudian berlari menghampiri mereka diikuti Soobin di belakangnya.

"Gila! Gue panik banget, gue kira kalian masih didalem." Haechan langsung memeluk Junkyu yang memang berada di dekatnya dengan dramatis.

"Jangan meluk gue!" Junkyu melepaskan pelukan Haechan dengan kasar.

"Gue gamau disini, gue mau pulang!" Heejin tiba-tiba saja berjongkok dan menenggelamkan kepalanya, Lia yang kebetulan berada disebelahnya ikut berjongkok dan menenangkannya.

"Gue sempet liat ada rumah disana, tapi waktu kita mau kesana gue sama Soobin ngedenger suara ledakan yang berasal dari arah bus parkir, makanya kita buru - buru balik. Ayo, kita coba liat." Haechan mengajak yang lainnya, mereka sontak menatap kearah Soobin yang dibalas anggukan. Tak lama semuanya beriringan mengikuti Haechan menunu sebuah rumah yang dimaksud.

Tidak butuh waktu lama untuk mereka semua sampai dan melihat sendiri sebuah rumah, tidak. Bangunan ini tidak bisa disebut Rumah karena terlihat sangat-sangat menyeramkan.

Gerbang besar yang berkarat dan dipenuhi debu, halaman sangat luas yang dipenuhi oleh tanaman merambat, dan bangunan rumah itu sendiri. Dengan cat putih yang hampir seluruhnya sudah mengelupas.

"Lu yakin, ada orang yang sanggup hidup di rumah se-serem ini?"

LOST✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang