"Ada yang gak beres sama semua ini."
Jihoon menoleh menemukan Haechan yang sedang menatap lamat Chaewon yang sedang berada dalam pelukan Karina dari kejauhan. Dirinya hanya mengangguk membenarkan.
"Sial! Kenapa hidup gue apes banget sih?! Gue gamau mati muda disini, gue belum balikan sama Ningning!"
Kali ini Renjun yang mengumpat kesal, bagaimana pun juga, setelah tahu bahwa Yangyang dan Eric sudah tiada membuatnya cemas bukan main. Apalagi saat ini Junkyu dan Hyunjin juga tidak menampakan tanda-tanda akan pulang. Mau tidak mau dia berspekulasi bahwa nasib Junkyu dan Hyunjin sama seperti nasib Eric dan Yangyang.
"Tapi, apa kalian gak ngerasa aneh sama Chaewon? Kenapa dari mereka berlima cuma Chaewon yang balik? Yang notabenya cewek? Kalo dipikir secara logika kalo mereka beneran diserang aturan yang mati pertama itu pasti cewek."
Jihoon mencoba mengungapkan pemikirannya, dia memang sangat curiga dengan Chaewon, bukan tanpa alasan. Chaewon bisa berhasil selamat dari kejadian naas yang menimpa mereka, dan dia juga bisa menceritakan apa yang terjadi kepada mereka. Jihoon merasa Chaewon terlalu santai untuk ukuran orang yang menceritakan tragedi pembunuhan yang terjadi di depan matanya. Walaupun Chaewon memang tidak berhenti menangis.
"Pemikiran lu kejauhan Ji, udah itu mungkin perasaan lu doang, gue percaya Chaewon gak setega itu buat bunuh mereka berempat yang notabenya cowok. Kalo pun emang iya, Chaewon udah kalah duluan." Haechan menckba berfikir dengan positif, akan tetapi walau begitu Haechan masih bisa dengan jelas melihat sorot keraguan dari Jihoon walaupun Jihoon sudah menganggukan kepalanya.
"Udah ayo gabung sama mereka, Soobin udah manggil kita!"
Haechan mencoba tersenyum dan merangkul Jihoon lalu berjalan beriringan diikuti Renjun dibelakangnya.
"Ini udah malem, kita gak mungkin keluar buat nyari Hyunjin sama Junkyu atau bawa balik mayat Yangyang sama Eric. Kita lanjutin ini besok, sekarang kalian tidur aja. Biar beberapa anak Cowok gantian jaga. Disini cuma ada satu kamar yang sebenernya gabisa disebut kamar. Tapi dari pada disini, kamar itu masih lebih baik buat kalian tidur." Soobin menjelaskan panjang lebar.
"Tapi, kamar itu serem banget bin." Lia mengutarakan pendapatnya. "Dan kita bertujuh gak mungkin bisa semua masuk. Ruangan disana gak sebesar itu buat nampung kita," Lanjutnya.
"Gue rasa pendapat lu salah, kita bisa masuk ke ruangan itu! Inget ini bukan rumah lu jangan banyak ngeluh, gue tau lu anak orang kaya makanya ruangan itu lu sebut kecil. Udah ayok masuk!" Shuahua angkat bicara, setelahnya dia berjalan masuk kedalam kamar diikuti yang lainnya.
Lia sendiri hanya menundukan kepalanya merasa bersalah, terbiasa hidup mewah membuatnya merasa kosong. Lagi pula kamar itu hanya sebesar perpustakaannya, wajar bukan dia sebut ruangan itu kecil?
Soobin yang melihat Lia murung mencoba mendekatu dan mengusap rambutnya pelan. "Udah li, masuk, ya? Gapapa jangan takut kita disini buat jagain kalian."
Lia hanya mengangguk kemudian berlalu ikut masuk kedalam kamar.
Setelahnya suasana ruangan tengah itu diliputi keheningan yang cukup mencengkam. Tidak ada listrik membuat mereka hanya mengandalkan cahaya bulan yang masuk melalui celah jendela dan satu flash handphone.
"Kalian gak sedih kehilangan empat temen kita sekaligus?" Jaemin memecah keheningan diantara mereka. Mereka refleks menoleh kearah Jaemin yang sedang menundukan kepalanya Yoshi yang kebetulan duduk disebelah Jaemin mencoba merangkul bahunya dan menepuknya dengan pelan.
"Jangan pesimis gitu Na, gue yakin Junkyu sama Hyunjin bakal pulang," Yoshi mencoba menenangkan dengan memberikan senyumnya. "Walaupun kadang nyebelin, Junkyu itu sobat karib gue. Bohong kalo bilang gue gak sedih." Lanjutnya.
Hening kembali, mereka fokus pada pikiran mereka masing-masing.
"Gue pengen kebelakang dulu ya bentar." Jihoon tiba- tiba saja bangkit, Felix sudah menawarkan untuk mengantarnya akan tetapi Jihoon menolak. Bukan tanpa alasan, dia merasa harus melakukan hal ini sebelum terlambat.
"Gi!!"
Giselle yang sedang berjalan menuju tempat air menoleh mendapati Jihoon yang sedang menatapnya, dirinya menyeritkan alisnya tanda bertanya apa yang Jihoon butuhkan darinya.
"Boleh kita bicara sebentar?"
Giselle hanya mengangukan kepalanya dan mempersilahkan Jihoon untuk berbicara.
Menarik nafas kasar, dirinya kemudian menatap tepat pada manik mata cantik Giselle yang menatapnya dengan penasaran.
"Gue tau ini bukan waktu yang tepat, tapi hati gue nyuruh gue buat bilang ini sekarang. Lebih baik kecepetan daripada telat."
Giselle mulai merasakan resah, dia sepertinya sudah menebak kemana arah pembicaraan ini. Saat dia akan mengatakan sesuatu, Jihoon dengan cepat meletakan jari telunjuk pada bibirnya, tak lama kemudian Jihoon langsung menggengam kedua tangannya. Giselle hanya menatap Jihoon dengan tatapan rumit.
"Gue suka sama lu, gue suka sama lu dari lama. Lu gak sadar apa? Semua kejahilan gue selama ini itu buat narik perhatian lu? Gue tahu kok, lu juga nyimpen perasaan yang sama ke gue karena gue bisa ngerasain itu."
"Gi, lu mau kan jadi pacar gue? Seengaknya kalo lu bilang iya, gue gak akan pernah nyesel kalo harus mati disini, seengaknya gue mati dengan status pacar seorang Uchinaga Aeri."
Giselle menatap Jihoon dengan tatapan tidak percaya, dirinya buru-buru melepaskan gengaman tangan dari Jihoon. Hal yang membuat Jihoon mencelos dibuatnya. "Bisa-bisanya lu confess dalam keadaan kaya gini? Dan apa tadi lu bilang? Mati? Semudah itu lu ngomong soal kematian?"
Jihoon mencoba kembali meraih tangan Giselle akan tetapi Giselle menepisnya dengan kasar. "Gue hargai perasaan lu yang berani bilang ini ke gue, tapi Ji ini bukan waktu yang tepat buat cinta-cintaan. Gue pikir lu perlu merenung. Gue balik ke kamar." Setelahnya Giselle pergi meningalkan Jihoon yang hanya menatap lantai kotor itu dengan tatapan miris bercampur sedih. "Jadi gue ditolak?" Tanyanya pada diri sendiri.
Baru saja Jihoon akan kembali berkumpul dengan yang lainnya, tiba-tiba saja dia melihat seorang gadis yang dia kenal, menyipitkan matanya supaya penglihatannya fokus Jihoon membelalakan matanya terkejut. "Chaewon? Ngapain dia kehutan malem-malem gini? Sendirian?"
Jihoon melirik sekitar, sepi hanya ada dirinya disini. "Gue udah curiga dari awal sama cewek itu. Dari awal dia emang paling mencurigakan, gue bakal ikutin dia dan bongkar semua kebusukannya!"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST✓
Mystery / ThrillerLee Jeno tidak pernah mengira ia bisa lolos seleksi masuk sekolah swasta yang di agung-agungkan seluruh orang di penjuru negeri, dan bahkan masuk ke kelas unggulannya. Lee Jeno juga tidak pernah menyangka bahwa perjalanan yang seharusnya menjadi ses...