3. The beginning of everything.

87 16 1
                                    

Bingung. Hal-hal yang terjadi tiga jam terakhir sangat membuat Jeno bingung. Dan memikirkan tentang satu-satunya rumah yang terlihat ada di hutan ini membuatnya lebih bingung.

Di sini sekarang mereka berada. Duduk di sofa penuh debu dengan televisi yang mungkin tidak lagi berfungsi di hadapannya. Semacam ruang keluarga, sepertinya.

"Jadi kita semua tidur? Dan gaada satu pun yang bangun di tengah perjalanan ke sini?" Tanya Soobin yang dibalas dengan anggukan oleh semua orang, kecuali Giselle.

"Sebenernya gue sempet bangun. Tapi gatau kenapa tiba-tiba ngantuk dan tidur lagi." Aku Giselle.

"Pas lo bangun, lo ngapain sebelum tidur lagi? Lo ngeliat sesuatu yang aneh gak?" Tanya Yangyang penasaran.

"Gue gatau jalan ke tempat tujuan kita yang sebenernya, jadi gue sama sekali gak curiga. Gue bangun karena laper, terus gue makan kue coklat yang disediain. Itu doang."

"Bentar. Kalian semua makan kue itu?" Tanya Soobin yang lagi-lagi dibalas dengan anggukan lelah dari teman-temannya.

"Berarti di situ masalahnya. Penyebab kita semua tidur. Penyebab kita semua gak sadar. Penyebab mereka bisa bawa kita kesini dengan mulus tanpa ada satu pun dari kita yang curiga." Jihoon berkata dengan raut wajah tegas dan pandangan kosongnya.

"Guys! Di rumah ini sama sekali gaada apapun. Keran air ga nyala, aliran listrik juga gak ada!" Seru Shuhua setelah berlari menuruni tangga bersama Lia.

"Kita harus ngelakuin sesuatu kalau gak mau mati kekurangan disini." Ucap Eric.

Jeno hanya menyimak perkataan teman-temannya karena ia pun tak tahu apa yang harus ia lakukan. Pikirannya terus memikirkan teori-teori yang bisa saja terjadi. Kemana perginya supir? Tempat apa ini? Siapa di balik semua ini? Dan apakah mereka benar akan baik-baik saja jika mereka melakukan sesuatu?

***


"Kita harus nyari sesuatu buat sumber api sama air. Berhubung air minum kita terbatas, mau gak mau kita harus jaga-jaga air mentah. Gue liat ada panci di dapur. Yang kita perluin sekarang kayu bakar sama airnya. Kita bagi-bagi tugas, gue udah bikin nomor urutan satu sampe sembilan belas. Sesuai sama nomor bangku bus." Jelas Soobin. Ia pun mengambil 5 kertas dan menyebutkan nomor-nomornya.

"Satu, tujuh, delapan, dua, sama sembilan. Kalian cari ranting atau apapun yang bisa dibakar."

"Sepuluh, lima belas, enam belas, delapan belas, sama tujuh belas. Kalian cari sumber mata air. Sembilan orang sisanya beres-beres. Ada yang keberatan?" Tanyanya memastikan.

"Di tim kita Chaewon cewek sendiri. Siapa tau dia mau tuker." Hyunjin berkata dengan raut wajah tidak suka.

"Gak kok. Gue gapapa." Balas Chaewon meyakinkan.

"Berarti udah deal semua ya? Inget. Jangan sampe kepisah."

***


Eric, Junkyu, Yangyang, Chaewon, dan Hyunjin sekarang sedang dalam perjalanan mereka mencari beberapa ranting kayu dikarenakan kompor di rumah itu tidak memiliki gas.

Sudah begitu lama sejak mereka berjalan dan belum menemukan apapun. Pohon-pohon di hutan ini sangat besar dan kokoh sehingga sulit mendapatkan ranting yang sudah jatuh.

"Kita boleh istirahat dulu gak? Gue capek." Ucap Chaewon dengan napasnya yang terengah.

"Tch. Lagian ngapain lo ikut sama kita? Aturan lo ikut nyari air aja tadi."

"Hyunjin! Yaudah, lo sama Eric sama Junkyu lanjut aja. Lagian gue juga capek. Sini." Yangyang lalu berjalan mundur, duduk di bebatuan dan memanggil Chaewon untuk duduk bersamanya. "Ehm, gue juga mau istirahat. Lo sama Junkyu lanjut aja." Eric pun menghampiri Yangyang dan Chaewon.

Hyunjin melirik ke arah Junkyu yang berada tepat satu langkah di belakangnya. "Lo mau istirahat juga? Kalo iya gapapa. Gue bisa lanjut sendiri." Pertanyaannya itu dibalas gelengan kepala oleh Junkyu. Tanpa berbicara lagi, mereka pun melanjutkan perjalanan.

"Sayang banget kita gak bawa air." Ucap Eric setelah sekitar lima menit ia hanya melamun diam.

"Kalau tau bakal sejauh ini, gue bahkan bakal bawa camilan." Sahut Chaewon sambil meletakan dagu di kepalan tangannya.

Menghela napas panjang, Yangyang pun bertanya, "Menurut kalian, ini ulah siapa?" "Pasti ada sangkut pautnya sama supir kita gak sih? Tadi gue sempet nanya namanya. Siapa ya? Pak Yu-"

"SHH! GUE DENGER SESUATU!" Teriak Chaewon yang membuat mereka bertiga saling bertatapan satu sama lain, lalu.. "Argh!!"

"ERIC!" Chaewon menghampiri Eric dan menepuk-nepuk kasar tubuhnya. Dia bisa melihat itu. Peluru tepat menembus kepala nya. Dengan tubuh yang bergetar yakin bahwa Eric sudah tidak lagi hidup, ia bangkit dan berlari ke arah Yangyang yang tidak bergerak sedikitpun di tempatnya.

"Yang.. Eric udah ga hidup.. Eric udah gaada.. kita harus gimana.."

"Kita harus pergi. Ayo." Yangyang pun berlari secepat yang ia bisa diikuti Chaewon di belakangnya. Tubuhnya mulai lemas, kepalanya pusing dan pandangannya kabur.

"YANGYANG KALO GAK KUAT BERHENTI AJA!!" Teriak Chaewon karena ia tertinggal lumayan jauh. Yangyang berlari dengan sangat cepat dan selalu hampir terjatuh seperti kehilangan pikiran. "YANGYANG BERHENTI!"

Tidak. Gelap. Semuanya seperti hilang. Rasanya seperti terbang. Yang bisa ia dengar hanya seseorang yang meneriakkan namanya.

"Gue.. gue gak boleh mati sekarang."

***

"Loh Chaewon? Lo kenapa?" Heejin adalah orang pertama yang menyadari kedatang Chaewon kembali di rumah itu. "Maaf, gue gak nemu satu pun ranting kayu." Jawabnya sambil terus melihat ke bawah.

"Gapapa, kita nemu beberapa di tempat mata air tadi. Yang lain kemana? Eric? Yangyang? Hyunjin sama Junkyu?" Pertanyaan dari Jihoon kembali membuat tubuh Chaewon bergetar hebat.

"G-gue gak tau.." Tangisan pun tak tertahankan. Ia menangis sejadi-jadinya dan terjatuh berlutut di hadapan teman-temannya.

Ia dapat merasakan berbagai macam tatapan yang diberikan oleh teman-temannya. Tatapan yang membuatnya semakin terisak di pelukan Heejin dan Lia.

Ia tidak yakin akan bisa hidup dengan tenang setelah semua ini, bahkan mungkin tidak hidup sama sekali.

LOST✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang