Jeno membuka matanya perlahan setelah menerima goncangan yang berasal dari Giselle, mencoba mengumpulkan nyawanya agar bisa bangun Jeno mengernyitkan dahinya saat menemuka Giselle yang tampak panik.
"Jen! Heejin dia lari ke tempat mayat Jaemin, gue gak bisa hentiin dia karena dia keras kepala!"
Haechan dan Renjun yang tadinya tidur dibawah pohon ikut terbangun keduanya menghampiri Giselle dan Jeno yang posisinya memang tidak terlalu jauh dari mereka.
"Kok heejin bisa kesana?" Giselle menoleh kearah Renjun yang bertanya.
"Sebelum itu gue denger dia nyebut - nyebut Jaemin pas lagi tidur, kayanya dia mimpiin Jaemin. Waktu gue tahan juga dia cuma bilang kalo Jaemin minta tolong."
Baru saja Renjun akan membuka mulut Haechan sudah lebih dulu menyelanya dengan ucapan yang cukup sarkas. "Ngapain mikirin cewek egois kaya dia? Udah biarin aja paling dia bakal mati kaya yang lain."
"Haechan!" Jeno dan Giselle menegur secara bersamaan.
"Kalo kalian inget, kenapa kita bisa sampe saling tuduh awalnya? Karena cewek itu?! Dari awal kalo Heejin gak ngadu domba kita, kita gak mungkin liat Chaewon bunuh diri besoknya!" Ucapnya mengebu - gebu. Hening, Renjun, Giselle, maupun Jeno tidak ada yang bisa membantah ucapan Haechan.
Tiba - tiba saja keempat remaja ini merasakan perubahaan atmosfer disekitar mereka, Jeno bahkan langsung menarik tangan Giselle untuk bersembunyi dibelakangnya, Renjun dan Haechan juga langsung bersikap awas.
"Gue denger langkah kaki." Secepat Jeno mengatakan hal itu secepat itu pula mereka berempat mendengar suara ledakan diarah barat, setelahmya mereka bisa melihat asap. Sepertinya ada sesuatu yang terbakar, baru saja Haechan akan berlari keasal suara tangannya sudah lebih dulu dicekal oleh Jeno.
"Lepas Jen! Siapa tau itu bantuan, mereka ngasih tanda ke kita supaya dateng kesana!"
"Jangan gila, itu jebakan. Ayo lari!" Renjun adalah orang pertama yang berlari sembari menarik Haechan, setelahnya Jeno dan Giselle ikut mengikuti dari belakang. Namun entah mengapa tiba - tiba saja kaki Jeno tersandung oleh sebuah akar pohon. Giselle menoleh kebelakang, berniat membantu akan tetapi Jeno menggeleng dan menyuruh gadis itu untuk kembali berlari.
Tahu Giselle adalah tipe gadis keras kepala, Jeno mengkode Haechan menggunakan matanya mengerti maksud kode dari Jeno Haechan langsung saja mengengam tangan Giselle dan kembali berlari.
Renjun mendekat, kearah Jeno. "Gue bakal jatohin permen - permen ini buat petunjuk, lu harus nyusul kita jen!" Jeno hanya mengangguk setelahnya Renjun ikut mengejar Giselle dan Haechan.
"Lu berdua gila apa gimana!" Giselle melepaskan gengaman tangan Haechan saat mereka sudah berlari cukup jauh. Giselle menatap nyalang Renjun dan Haechan secara bergantian.
"Kenapa kita gak tunggu Jeno atau nolongin dia?! Kenapa kita malah pergi ningalin dia sendirian disana?!"
"Sel, ini yang terbaik buat kita!" Renjun mencoba mengapai Giselle untuk menenangkan gadis itu. Giselle sendiri langsung menepis tangan Renjun dibahunya.
"Apanya yang terbaik?! Lu semua gak setia kawan!" Giselle berniat kembali ke tempat Jeno akan tetapi Haechan dan Renjun tentu menahannya.
"MAU LU BALIK KESANA ATAU TETEP DISINI GAK ADA GUNANYA SEL! KITA SEMUA BAKAL TETEP MATI!"
Giselle terpengkur, dirinya menatap Haechan dengan pandangan rumit. "Kenapa lu ngomong gitu?"
Haechan terkekeh sinis, "Gue bakal ngerasa dosa kalo gue selamat sedangkan temen - temen gue mati. Jadi kenapa kita bertiga gak bareng - bareng lompat aja ke jurang disana?"
"Lagi pula gue rasa Jeno juga udah mati disana."
*****
Jeno menatap sekelilingnya, dirinya berjalan terseok - seok sembari terus memunguti permen yang dijatuhkan oleh Renjun.
Akan tetapi baru 10 butir permen yang dia pungut jejak permen itu sudah tidak ada, apa Renjun kehabisan permen atau teman - temannya memang sedang berhenti disekitar sini?
Tiba - tiba saja dirinya merasakan sakunya bergetar, dengan cepat Jeno langsung merongoh sakunya.
Dia melotot terkejut saat melihat ada panggilan masuk kedalam ponselnya. Setelah satu minggu lebih, kenapa baru sekarang dia mendapatkan sinyal?
Akan tetapi raut wajah jeno langsung pias saat melihat siapa nama pemanggil yang tertulis di layar handphonenya.
Dengan tangan gemetaran, dirinya menggeser tombol hijau dan mengangkat telepon masuk dari Jaemin.
"Ctk! Lama banget anjir ngangkat telepon dong?! Lu dimana sih Jen? Cepet balik ke bus, ke toilet doang kenapa kaya ke Thailand sih!"
Jeno masih membeku, dirinya mengenal betul suara sang sahabat. Dirinya mundur beberapa langkah, merasa linglung. Bus? Toilet? Bukannya mereka terjebak dihutan? Juga bukannya Jaemin itu sudah tiada karena digigit ular beracun?
"Jen?!"
"Ini siapa?" Dari sekian banyak kata dua kata itulah yang terlontak dari mulutnya. Dirinya bisa mendengar gelak tawa beberapa orang disana.
"Lu gausah coba ngelucu karena lu gak lucu! Cepet balik elah! Jangan bilang lu nyasar ya? Coba sharelock nih Eric sama Jihoon bakal nyusulin lu!"
Setelelahnya sambungan telepon terputus, entah sudah berapa lama dirinya menatap ponselnya dengan kosong saat tiba - tiba saja dirinya merasakan punggungnya di tepuk dari belakang. Dirinya melihat Junkyu dan Hyunjin yang menatap aneh dirinya.
"Ngapain anjir? Ayo balik ke bus?!" Jeno hanya mengikuti langkah mereka berdua, apalagi saat ini Hyunjin yang berjalan sambil merangkul pundaknya.
Lagi - lagi Jeno hanya bisa mencerna semua ini didalam otaknya. Bukannya sombong, tapi Jeno adalah rank 1 pararel disekolahnya, akan tetapi bahkan otak cerdasnya tidak bisa memproses semua ini. Dihadapannya ini, ada Bus yang mereka tumpangi saat berangkat study tour.
"Nah ini anaknya balik, baru aja mau gue susulin!" Eric yang baru saja akan turun dari bus langsung saja kembali masuk dan duduk dibangkunya.
Jeno sendiri hanya diam mematung, dirinya bisa melihat semua teman - temannya ada disini, duduk dikursinya masing - masing.
"Masuk jen! Dua menit lagi busnya mau jalan." Chaewon yang memang memperhatikan Jeno yang sedari tadi hanya diam melamun mengintrupsi. Yang-yang yang melihat itu langsung saja berinisiatif mendorong punggung Jeno dan menyuruhnya duduk dikursi miliknya.
"Apa gue mimpi? Kenapa kalian ada disini?"
Bus yang tadinya berisik langsung hening seketika, mereka menatap Jeno dengan tatapan tajam. Jeno sendiri yang tiba - tiba merasa terintimidasi hanya bisa memegang celana yang dipakainya dengan erat, tak lama Jeno merasakan kepalanya berdengung. Banyak suara - suara tidak jelas yang masuk kedalam pikirannya.
Tidak kuat menahan rasa yang amat sakit dikepalanya, Jeno terduduk dan tak lama dirinya hanya melihat kegelapan yang menjemput dirinya.
.
.
.
.TAMAT
See u soon in Extra Chapter!!
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST✓
Mystery / ThrillerLee Jeno tidak pernah mengira ia bisa lolos seleksi masuk sekolah swasta yang di agung-agungkan seluruh orang di penjuru negeri, dan bahkan masuk ke kelas unggulannya. Lee Jeno juga tidak pernah menyangka bahwa perjalanan yang seharusnya menjadi ses...