Bagi Jeno– seseorang yang terbiasa tidur dengan berlapis-lapis selimut, situasi yang memaksanya tidur tanpa barang favoritnya itu tentu menyulitkan. Ia bahkan tidak bisa mengingat bagaimana ia akhirnya tertidur setelah berkali-kali selalu terbangun. Cuaca di tengah hutan begini tentu sangat dingin.
"Yang semalem tidur paling malem siapa?" Tanya Soobin. Mereka semua sekarang sedang berkumpul di ruang tamu. Dengan beberapa barang berserakan di sekitar karena sebagian dari mereka tertidur disini semalam.
"Gue, kayaknya. Gak bisa tidur, dingin." Jawab Jeno. "Lo gak ada ngedenger atau ngerasain apapun yang aneh, Jen?"
"Gak ada, Jun. Padahal gue tidur sekitar jam 3 tapi gaada apapun yang mencurigakan." Jeno lagi-lagi menjawab pertanyaan yang kali ini berasal dari Renjun.
Soobin mengusap wajahnya kasar, lalu dengan spontan menatap ke arah Haechan yang hanya terduduk dengan lemas sama seperti semua orang. "Lo gak nyembunyiin apa-apa kan, Chan?"
"Jangankan nyembunyiin apa-apa. Mikir sehat aja gue lagi gak bisa.
Tapi gue jadi kepikiran kata Jihoon kemaren. Gimana kalo ini semua ulah Chaewon?" Haechan mengungkapkan sesuatu yang sedari tadi memenuhi pikirannya. Bayangkan menjadi orang pertama yang melihat dua temanmu meninggal di waktu dan tempat yang sama.
"Gue sebenernya mikirin hal yang sama. What if Chaewon yang ngebuat Eric, Yangyang sama Junkyu pergi? Terus dia stress karena Jihoon mojokin dia terus. Mentalnya keganggu mungkin? Dan dari situ, bisa aja Chaewon nyoba bunuh Jihoon dengan cara gantung dia di pohon terus nenggelemin dirinya sendiri di sungai yang bahkan gak sedalem it-"
"HEEJIN STOP! Lo keterlaluan namanya kalo mikir jelek kayak gini ke temen lo sendiri!" Yeji menatap Heejin dengan tatapan matanya yang seolah berkata, Diem. Gausah ngelantur.
"YA EMANGNYA LO GAK CURIGA SAMA DIA? LO LIAT KAN APA YANG TERJADI SAMA JIHOON SETELAH BILANG DIA CURIGA SAMA CHAE? LO GAK NGERASA ANEH TENTANG HAL ITU?!"
"JUSTRU GUE ANEH SAMA LO! Kita lagi berduka, Heejin. Kita bahkan ga sanggup buat sekedar jalan keluar dan liat mayat mereka yang makin kesini makin–" Mulai terisak, Lia yang berada di sebelahnya pun mencoba menenangkannya.
Suasana pun kembali hening. Semua orang sibuk dengan pikiran dan segala macam hal yang bisa saja terjadi kedepannya. Apakah mereka bisa keluar dari wilayah menyeramkan ini? Apakah mereka bisa selamat dan kembali ke rumah masing-masing?
***
Melamun di dapur yang kotor dan penuh debu ini sempat menjadi rutinitas Giselle sehari-hari. Tidak ada hal khusus yang ia lakukan, hanya duduk diam, dan memikirkan banyak hal. Sejujurnya ia sangat menyesal untuk membiarkan Jihoon pergi begitu saja tanpa status 'Pacar seorang Uchinaga Aeri' yang sempat lelaki itu katakan semalam, sebelum ia benar pergi selama-lamanya dan tak akan pernah kembali lagi.
Salahkan saja Giselle untuk berpura-pura tidak peduli dan menyangkal kata hatinya yang ternyata juga menyukai Jihoon. Bahkan mungkin sejak Jihoon belum mengenalnya.
Hari pertama orientasi. Dan Giselle sangat senang karena ia berhasil masuk ke kelas unggulan. Usahanya untuk belajar selama tiga bulan terakhir membuahkan hasil yang sangat manis. Walaupun tidak semanis senyuman lelaki yang sedari tadi menarik perhatiannya.
Park Jihoon. Nama yang tertulis di name tag lelaki manis itu. Park Jihoon, Park Jihoon, Park Jihoon. Gue tandain lo.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST✓
Mystery / ThrillerLee Jeno tidak pernah mengira ia bisa lolos seleksi masuk sekolah swasta yang di agung-agungkan seluruh orang di penjuru negeri, dan bahkan masuk ke kelas unggulannya. Lee Jeno juga tidak pernah menyangka bahwa perjalanan yang seharusnya menjadi ses...