Skinny Love 14

888 137 0
                                    

[ PART 14 : MASIH BELUM DITEMUKAN ]

DECITAN pintu tak dipedulikan sama sekali. Hanni justru semakin membenamkan wajahnya ke bantal yang sudah lembab oleh air mata.

Pelan, Hanni merasa selimut yang membungkus penuh tubuhnya tersibak setengah. Ada helaan napas panjang yang terdengar. Tak lama elusan sayang juga terasa menyentuh rambutnya. Hal itu membuat Hanni kembali menutup mata, berpura-pura masih tertidur.

Bukannya apa, Hanni hanya tidak ingin mata sembabnya terlihat lagi oleh Jisoo. Hanni tidak ingin membuat Jisoo khawatir dan merasa semakin bersalah. Walau jauh di lubuk hati Hanni, dia memang sedikit menyalahkan Jisoo yang setuju begitu saja atas keinginan Jennie yang ingin berpisah.

"Hari ini Bunda ke pengadilan. Hanni ... jaga rumah, ya?" Suara Jisoo terdengar lembut meski tidak sehangat biasanya. "Doain Bunda juga biar Bunda bisa dapet hak asuh kamu."

***

Perasaannya gelisah. Masih terus memikirkan mengenai Hanni yang sudah empat hari tak masuk sekolah. Minji takut. Minji khawatir. Pemikiran buruk senantiasa hilir-mudik memenuhi otaknya. Ia mulai berpikir yang tidak-tidak pada kondisi Hanni yang hilang kabar begitu saja beberapa hari ini. Dikirimi pesan tak dibalas, ditelepon tidak aktif, saat Minji nekat mengunjungi rumahnya dua hari yang lalu, rumah itu juga kosong. Tidak ada tanda-tanda penghuni rumah.

Entah kemana Hanni beserta keluarganya pergi.

"Lo kenapa? Akhir-akhir ini gue liat lo kayak gelisah gitu?" Danielle yang baru menjilat es krim ke mulutnya, lantas bertanya. Ia keheranan melihat Minji yang akhir-akhir ini tampak tak bersemangat sama sekali. "Lo ada masalah?" sambungnya, saat Minji hanya diam tak ingin menjawab.

Melihat Minji yang terus bergeming, membuat rasa penasaran Danielle kian tinggi. Gadis berdarah campuran itu kemudian menyenggol lengan Haerin dengan sikutnya, bertanya dengan nada berbisik pada gadis bermata kucing yang duduk anteng di sebelahnya.

"Rin,"

"Minji kenapa?"

Danielle bertanya pada Haerin seraya melirik Minji yang hanya memutar-mutar sedotan es teh miliknya dengan gerakan tak minat. Wajah gadis itu terlihat sekali sedang termenung, isi kepalanya tampak berpikir jauh meninggalkan raganya yang terduduk di depan mereka. Minji sepenuhnya tak peduli pada keadaan sekitar saat ini.

"Dia ada masalah?"

Haerin ikut melirik pada Minji sekilas.

"Biarin aja."

Bukannya memberi penjelasan, Haerin justru meminta Danielle untuk membiarkan saja Minji dengan isi pikirannya. Gadis bermata kucing itu berpikir, hanya akan membuang-buang tenaga saja jika dia bercerita pada Danielle yang tak tahu apa-apa. Yang ada gadis itu akan mencercanya dengan berondongan pertanyaan yang akan membuat Haerin bingung sendiri untuk menjelaskan. Lagipula ini bukan masalahnya. Tak etis sekiranya jika Haerin yang harus menjelaskan.

"Ntar kalo dia udah ngerasa tenang. Dia bakal cerita sendiri." lanjut Haerin.

Danielle langsung manyun mendengarnya. Dia merasa seperti teman yang tak dianggap karena tidak tahu apapun masalah yang tengah menimpa teman dekat sendiri. Padahal Minji selalu mau mendengarnya bercerita, namun saat gadis itu yang ada masalah, Danielle justru tidak bisa membantu sedikitpun.

Skinny Love | BbangsazTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang