[ PART 7 : HUJAN KALA ITU ]
INGATKAN Hanni untuk tak menginjak ubin ruangan club ramal lagi. Dia trauma berat.
Niat awal Hanni ke sana, ingin mencari tahu siapa soulmate yang terikat dengannya melalui Taehyun yang digadang bisa melihat benang merah takdir tersebut. Tapi hal itu urung dilakukan, karena baru ia menginjakkan kaki di depan pintu, Hanni malah dibuat nyaris terjengkang saat ia lihat sekumpulan muda-mudi berjubah hitam panjang memakai pernak-pernik kalung tengkorak, membawa dupa, tidak lupa komat-kamit ucapkan kalimat yang tidak Hanni ketahui, lalu membentuk lingkaran mengelilingi si ketua club; Kang Taehyun.
Ini beneran club ramal, apa sekte sesat? Begitu pikir Hanni.
Ada Danielle juga di sana. Gadis campuran yang biasanya terlihat di sekitar Minji. Katanya, sih, mereka kawan sejati—hari ini, esok, dan selamanya.
(Jargon itu dikutip dari salah satu film Barbie.)
Hanni memegang dadanya, tak pernah terlintas di pikirannya kalau desas-desus mengenai club ramal itu benar. Di luar nalar, bahkan mereka lebih parah dari cerita Haerin—gadis itu bisa tahu karena pernah sekali menemani Danielle, menunggunya selesai latihan (coret) melakukan pemujaan, lebih tepatnya.
Sudah gila.
Dunia ini dan seisinya sudah gila semua.
"Pengunjung harap antre."
Belum selesai rasa terkejutnya, Hanni kembali dibuat hampir terjengkang oleh suara Ni-ki yang berbicara di balik tubuhnya. Sontak Hanni menoleh dan mendongak, membuat kepalanya membentur dagu Ni-ki, hingga pemuda jangkung itu meringis. Dia mundur selangkah dari Hanni seraya mengelusi dagunya.
"E-eh?" Hanni mengerjabkan matanya. Segera saat sadar akan situasi, gadis itu melirihkan permintaan maaf yang diangguki Ni-ki; santai saja, katanya.
Pemuda itu mempersilakan Hanni untuk masuk ke ruangan. Di dalam sana, Hanni semakin dibuat melongo saat netranya memotret dekorasi ruangan yang suram, lampunya remang-remang. Di sisian tembok dekat dari tempatnya berdiri, ada dua sapu seperti sapu terbang milik Harry Potter. Ada pernak-pernik berupa tongkat sihir juga, dan tentunya, bola kristal yang sering digunakan para penyihir di film fantasi.
Kayaknya baru kali ini gue ngeliat eskul seaneh ini, lagi-lagi Hanni membatin.
"Lo ke sini mau ngeramal nasib atau konsultasi soal soulmate?"
Tiba-tiba saja, entah datang darimana, Taehyun sudah berdiri di depannya. Kontan membuat Hanni bolak-balik menatap kanan-kiri karena takjub akan kedatangan tiba-tiba Taehyun—disaat itu ia baru sadar jika Ni-ki sudah tak lagi di sisinya. Manik pemuda bermarga Kang itu fokus pada rubik yang dia mainkan, tapi Hanni jelas tahu jika dirinyalah yang kini diajak berbicara oleh Taehyun.
"So-soulmate. Gue mau tau soal soulmate."
Taehyun mengangguk-angguk, masih tak menatap balik pada Hanni yang mulai merasa bulu kuduknya berdiri. Hawa-hawa di ruangan itu cukup seram baginya, ditambah keberadaan anggota club lainnya yang curi-curi pandang pada Hanni, membuatnya semakin tidak nyaman.
"Nama lo?"
"Pham Hanni."
Taehyun mendongak, alisnya bertautan, mata belonya menatap lamat pada wajah Hanni yang gugup. Pemuda Kang itu menyimpan rubiknya ke dalam saku, sepenuhnya memusatkan pandangan pada Hanni. Ia mengulurkan tangan, "siniin tangan kiri lo, gue mau liat."
Dipinta begitu, Hanni menurut. Ia meletakkan tangan kirinya di atas uluran tangan Taehyun. Total diam menunggu pemuda itu melihat ke arah jari kelingkingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Skinny Love | Bbangsaz
Fiksi Penggemar[ Romance, Drama, Soulmate AU ] Sama-sama suka, tapi malu untuk mengakui. • • • warn! gxg content pair; minji x hanni © moyster