[ PART 4 : THE FACT ]
SEMINGGU berlalu setelah kejadian di perpustakaan hari itu, kini Minji kembali ke pengaturan awal—memerhatikan Hanni dari jauh secara diam-diam. Dia tak berani mendekati, karena dua kali berinteraksi, ia tak memberikan kesan pertama yang baik. Setidaknya begitu pikir Minji, setelah merenung tiap malam sejak hari itu.
"Makanannya dimakan, Nji." tegur Beomgyu.
Minji mengangguk tanpa suara. Perlahan mulai menyuapkan sarapannya meski enggan.
Di depannya, ada Hyein yang juga sedang menikmati makanannya sendiri sembari menonton animasi lewat ponsel. Lalu, ada kakak tertuanya—Beomgyu, yang barusan menegur Minji—masih berkutat dengan laporan praktikum yang belum rampung. Laptop yang menyala, kertas dan alat tulis menyebar di atas meja makan, dan dumalan kecil Beomgyu yang berharap laporan itu bisa beres sendiri adalah buktinya. Pemuda itu sudah lelah, terbukti dari kantung matanya yang tebal dan menghitam, serta air mukanya yang tak secerah hari biasa. Beomgyu ingin kembali tidur, namun sayangnya, masih ada kelas dan laporan yang menjerit minta diperhatikan.
Sungguh berat memang menjalani kehidupan seminggu sebelum ujian akhir semester. Tiap pertemuan, ada saja tugas yang dibebankan kepada mahasiswa, tanpa peduli si mahasiswa itu masih punya waktu atau tidak untuk menyiapkan diri menghadapi ujian akhir. Yang terpenting, cepat bereskan, jika tak ingin mendapat nilai jelek.
Memang kampret. Kalau terus begini kan keinginan untuk nikah muda dan dinafkahi pengusaha kaya makin menggebu-gebu di dada Beomgyu.
Minji menggeleng prihatin. Kasihan pada betapa frustasinya Beomgyu akhir-akhir ini. Syukur-syukur kakaknya itu tak sampai tumbang setelah perang dengan ujian akhir semesternya minggu depan. Semoga saja.
"Adek, selesai." Hyein yang berdiri mengalihkan perhatian kedua kakaknya, anak perempuan yang baru kelas 9 SMP itu menyandang tasnya. Segera berpamitan, "adek langsung berangkat ya! Dadah, kakak-kakak!"
"Hati-hati!"
Teriak Beomgyu saat si bungsu langsung berlari keluar. Menemui sang supir yang akan mengantarkannya menuju sekolah.
Sedangkan Minji masih diam. Ada banyak hal hilir-mudik di kepala Minji. Sedikit menyakiti kepalanya, membuatnya pening sendiri. Salah satu yang sedari kemarin yang memenuhi kepalanya ialah;
"Kak," panggil Minji yang mengalihkan sekilas perhatian Beomgyu, sebelum pemuda itu kembali mengetik sesuatu di laptopnya sembari berdeham untuk menanggapi. "Lo percaya mitos red string nggak?"
Jemari yang tadi masih bergerak menekan keyboard, mendadak diam sesaat. Perhatian Beomgyu spontan mengarah pada Minji yang menatapnya penasaran. "Soalnya ada orang di sekolah gue yang ngaku bisa liat benang merah takdir. Yah, walaupun gue nggak percaya sih." Tangan Minji bergerak mendorong piring makannya, pertanda dia sudah selesai. "Menurut lo gimana?" sambungnya.
Ada hening sesaat. Beomgyu seperti sedang menimbang-nimbang jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan Minji.
"Kalo gue pribadi sih percaya-percaya aja," jawab Beomgyu, suaranya terdengar santai. Tak seperti Minji sewaktu pertama kali mendengar pasal benang merah takdir, dia ingat sekali saat itu ia langsung melengos tak peduli. Bahkan ia tanpa pikir panjang mengatakan jika itu hanya mitos belaka. Hanya omong kosong yang tak terbukti kebenarannya. "Soalnya... Dulu tuh, ada temen seangkatan gue yang punya kemampuan kayak gitu juga. Dan gara-gara itu dia jadi mak comblang dadakan."
Ingatan saat dia berada di bangku sekolah terputar. Setelah setahun lulus dan menyandang status anak kuliahan, akhirnya hari ini dia punya waktu bernostalgia sejenak. Mengenang dirinya dan orang-orang di sekitar saat ia masih memakai seragam putih abu-abu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Skinny Love | Bbangsaz
Fanfic[ Romance, Drama, Soulmate AU ] Sama-sama suka, tapi malu untuk mengakui. • • • warn! gxg content pair; minji x hanni © moyster