sepuluh🌿

495 39 0
                                    


.
.
.

🌿🌿🌿🌿🌿

Misya berdiri di depan pintu ruang kerja Aris dengan perasaan gundah. Kedua jari telunjuknya saling memilin, sebuah kebiasan gadis itu ketika sedang gugup.

"Masuk gak ya?" Gumam Misya pada dirinya sendiri. Gadis itu ingin membahas  tentang dirinya yang harus tinggal bersama Mino jika ingin tinggal di apartment.

Akhirnya setelah berdebat dengan pikirannya sendiri, gadis itu memutuskan untuk masuk.

Lagian masalah ini harus terselesaikan secepatnya.

Menghela nafas panjang, Misya mengetok pintu ruang kerja sang Papi.

Tok..tok...tok...

"Pi, ini Misya" ujar Misya dengan suara yang cukup keras.

Lama tak ada balasan, Misya menghela nafas pasrah. Ahhh mungkin papinya sedang sibuk. Baiklah dia akan mencari waktu lain kali.

Misya memutuskan untuk pergi, namun belum sampai beranjak pintu tiba-tiba terbuka menampilkan Mino yang sedang memandangnya dengan tatapan yang tak bisa Misya artikan.

"Ada apa?" Tanya Mino membuat Misya tersadar dari pikirannya.

"Kak Mino ngapain di ruangan Papi?" Tanya balik Misya tanpa menjawab pertanyaan sang kakak.

Mino mengedikan bahu cuek
"Ada urusan"

"Udah.... selesai?"

Mino mengangguk sebagai jawaban membuat diam-diam Misya menghela nafas lega.

"Aku mau ketemu Papi" ujar Misya menyampaikan maksud tujuannya.

Mino mengernyit heran
"Ada apa?"

"Ihhh ini rahasia tauu!! Kak Mino gak boleh ikut" Tandas Misya mencoba melewati badan besar sang kakak.

"Kenapa gak boleh Ikut?"

"Udah dibilang ini rahasia. Lagian aku mau quality time sama Papi!! Mau ngaduu kalo kak Mino suka jahat sama aku."

"Minggirr!!" Dengan tak berperasaan Misya menarik tangan Mino hingga pemuda itu tersingkir dari depan pintu.

Mino menatap tajam Misya namun adiknya itu tak mengindahkannya.

"Awas aja ya kalo nguping."

Brakkkk

Dengan keras Misya menutup pintu. Dalam hati gadis itu terkikik puas. Kapan lagi bisa mengerjai Mino. Yahhh itung-itung melampiaskan kekesalanya pada pemuda itu.

"Ada apa ini Misya?" Misya terperanjat mendengar suara Aris. Mengeluarkan cengiranya Misya mendekati sang ayah. Memeluk ayah dua anak itu dari belakang dengan mengalungkan tangannya di leher Aris yang sedang duduk di kursi kerjanya.

"Papi, Misya mau beli apartment."

"Tau, Mami udah bilang. Kamu udah tau persyaratanya kan?" Aris melanjutkan kegiatanya yang tertunda. Jarinya dengan lincah berselancar pada keyboard laptopnya.

"Ishhh Papi mahhhh. Misya pingin tinggal sendiri"

"Gak boleh Misya"

"Kenapa gak boleh?"

Aris menghela nafas panjang, jarinya berhenti bergerak.

"Duduk coba" pinta Aris menunjuk kursi lain di depannya.

Misya menurutinya. Melepas pelukanya gadis itu berjalan menuju kursi yang ditunjuk sang ayah.

"Misya itu kan anak perempuan. Papi agak berat kalo ngijinin Misya tinggal sendiri. Apalagi kan selama ini kamu apa-apa juga sama kak Mino." Ujar Aris memberi pengertian.

"Yaaa maka dari itu aku mau belajar mandiri" kukuh Misya pada keinginanya.

"Yakin bisa?"

Misya terdiam sesaat. Memang selama tinggal di dunia novel ini dia selalu bergantung pada Mino. Tapi bukannya ketika dia menjadi Misya Anastasia dia sudah biasa melakukan apa-apa sendiri, jadi ini tidak akan terlalu sulit bukan?

"Bisa kok. Aku akan belajar."

"Tap-

"Papi gak percaya sama Misya?"

Aris terdiam. Lalu pada akhirnya dia hanya bisa menghela nafas berat. Jika begini mau bagaimana lagi

"Baiklah kalo kamu yakin sama keinginanmu. Tapi jangan lupa untuk sesekali pulang ke rumah."

Wajah Misya sumringah. Senyumnya terbit begitu lebar

"Jadi Papi ngijinin?"

"Iya"

"Yeyyyyy sayang Papi!!"

Byeee byeeeee Minoooo

Peran PembantuWhere stories live. Discover now