Dua🌿

1.8K 223 11
                                    


Haiii apa kabar??
Selamat membaca🌿🌿

🌿🌿🌿🌿🌿

"Dari mana?" Misya berjengit kaget ketika suara bariton itu menyapa indra pendengarnya. Tangan gadis itu dengan reflek mengusap dadanya.

Setelah kembali menguci pintu, Misya berbalik. Lalu ia dapat melihat pemuda dengan celana pendek yang dipadukan kaos oblong hitam yang ngepras di tubuh pemuda itu hingga mencetak dada bidangnya.

Mino Gavrina, dia adalah kakak Misya sekaligus anak sulung dari keluarga Gavrina.

"Misya? Kakak lagi ngomong sama kamu!" nada bicara Mino sedikit meninggi.

"Misya habis main kak, sama temen." jawab Misya seadanya.

Seminggu menempati raga Misya Gavrina, Misya Anastasia dapat menyimpulkan jika sang kakak adalah kakak yang posesif dan protektif terhadap adiknya.

Namun, jika boleh jujur menurut Misya, ini cukup berlebihan. Misya merasa ada yang beda dari kasih sayang yang diberikan oleh kakaknya.

"Siapa?"

"Temen kak."

"Cowok apa cewek?" tanya Mino ulang dengan mata menyorot tajam. Misya menghela nafas panjang dibuatnya.

"Cewek."

Raut amarah Mino sedikit mengendur mendengarnya. Dengan langkah jenjangnya dia mendekati sang adik lalu memeluknya erat.

Tidak ada yang bisa Misya lakukan selain pasrah. Karena jika ia menolak, pelukan kakaknya akan semakin mengerat.

Mino tidak suka penolakan. Itu yang Misya pahami selama seminggu ini.

Melepas pelukannya, Mino mengecup lembut kening sang adik cukup lama.
Setelah itu Mino menagkup wajah Misya lembut.

"Kakak khawatir sama kamu. Lain kali kalo mau kemana-mana ijin dulu, mau kemana sama siapa. Paham?"

Misya mengangguk pasrah

"Maaf kak."

Mino tersenyum menanggapi. Sekali lagi pemuda itu mengecup pipi Misya. Lalu membawa gadis itu menuju ruang keluarga.

"Duduk dulu." perintah Mino.

"Kak, Misya mau mandi aja terus tidur."

"Tapi tadi kakak ada buat bolu coklat lumer buat kamu. Makan ya? Gak kasian sama effort kakak?" Mino menampilkan raut sedih

Gak ada yang nyuruh bikin. Dumel Misya dalam hati.

Misya menghela nafas pendek dan mengangguk dengan senyum segarinya.

"Yaudah...mana bolunya?" akhirnya Misya mengalah.

Raut Mino berubah sumringah. Tangan kekarnya mengusap surai hitam sang adik.

"Bentar kakak ambil di kulkas."

Sudah Misya katakan kakaknya adalah orang yang sangat perhatian.

Setelah mengambil bolu dari kulkas, Mino kembali menghampiri Misya dan duduk di samping gadis itu.

"Sini..." Mino menepuk pahanya beberapa kali yang membuat Misya mengernyit bingung sebagai respon.

"Gimana kak?"

Mino berdecak kesal.

"Sini duduk di pangkuan kakak!" titah pemuda itu.

Mata Misya melebar sempurna mendengar perintah kakaknya itu.
"Gak usah kak, aku duduk disini aja. Mana bolunya?"

Bukanya memberikan makanan yang dipegangnya itu, Mino malah menatap tajam sang adik.

"Kamu nolak kakak?" sarkasnya

"Bu-bukan gitu, tapi--

"Duduk Misya!" mutlak Mino

"Ya, inikan udah duduk kak, perkara duduk doang juga!" lama-lama Misya ikut kesal dengan sifat dominant kakaknya ini.

"Duduk disini!" sekali lagi Mino menepuk pahanya mengisyaratkan agar adiknya itu menurut.

"Gak mau!!"

Mino berdecak sebal, lalu dengan sekali tarikan, Mino berhasil membawa gadis itu ke pangkuannya.

"Kak!!" protes Misya.

"Diem Misya."

Mino mulai menyendokkan bolu lumer buatannya lalu mengarahkannya ke mulut sang adik.

"Aaaaa" Mino menginstruksi Misya agar membuka mulutnya. Tak menghiraukan gelagat sang adik yang tampak tak nyaman.

"Kak, jangan gini. Aku gak nyaman." Misya bergerak resah.

"Buka mulutnya Misya." ujar Mino seolah tak terpengaruh dengan permohonan Misya.

"Kak, please..."

"Mau kakak paksa?"

Setelah itu, apa yang bisa Misya lakukan selain menurut?
Dengan pasrah Misya membuka mulut menyambut suapan Mino.

Dengan sumringah Mino menyuapi Misya sesekali mengusap rambut gadis itu gemas.

"Misya pintar."

🌿🌿🌿

Misya baru saja mandi dan berganti pakaian. Setelah menghabiskan bolu lumer buatan Mino Misya memutuskan untuk langsung pergi ke kamarnya lalu mandi.

Misya membaringkan tubuhnya, menarik selimut untuk ia pakai lalu mulai memejamkan matanya.

Belum kesadarannya menghilang sempurna, Misya mendengar decitan pintu. Gadis itu membuka matanya guna melihat siapa yang datang.

Sial

Mino menghampiri Misya lalu ikut membaringkan tubuhnya di samping Misya. Menarik Misya untuk masuk ke dalam dekapannya

"Kak?" cicit Misya.

"Tidur Misya." Mino sudah memejamkan matanya

"Kak Mino kenapa ke sini?"

"Mau tidur bareng Misya." balas Mino dengan bergumam.

Misya menghela nafas pasrah. Mau Misya menolak pun Mino akan tetap memaksa.

"Kak?"

"Hm"

"Daritadi kok aku gak liat Mami sama Papi ya?"

"Singapur"

Jawaban singkat dari Mino berhasil membuat Misya berdecak sebal.
"Lagi? Bukanya mereka baru aja pulang dari Canada?"

Orangtua mereka memang merupakan tipe workaholik. Mereka jarang berada di rumah. Dsn itu membuat Misya kesal. Karena dengan itu, Mino akan berbuat semaunya.

Mino mempererat pelukannya.
"Biarin aja."

"Tapi--

"Tidur Misya."

Misya mengerucutkan bibir sebal, namun tak urung gadis itu menuruti perintah dari sang kakak.

🌿🌿🌿🌿🌿

Haiiii selamat berpetualang bersama Misya!!!🌿
Nantikan bab selanjutnya oke?🌿
Bahagia selalu untuk kalian 🌿

Kritik dan saran diperbolehkan



Peran PembantuWhere stories live. Discover now