sebelas 🌿

859 70 18
                                    




🌿🌿🌿🌿🌿

Malam hari, Mino mengajak Misya untuk makan malam di luar. Katakanlah cowok itu ingin mengajak Misya berkeliling kota sebelum adiknya pindah ke apartment besok. Sebenarnya dirinya tidak rela jika harus berpisah dengan adik tersayangnya, tapi jika Papi-nya sudah bersuara maka dia tidak akan bisa membantah.

"makan yang banyak" ujar Mino, tangannya bergerak membersihkan saus tomat di sudut bibir sang adik.

Dengan gerakan cepat Misya menjauhkan kepalanya lalu menaruh tisu yang memang disediakan di meja mereka.

"Aku bisa sendiri kak" Tandas gadis itu sembari membersihkan bibirnya.

"Kak Mino fokus makan aja."

Mino hanya menghela nafas menahan amarah. Dia harus bisa mengontrol emosinya jika tidak ingin Misya semakin jauh dari jangkaunnya. Ya memang setelah dipikir-pikir dia terlalu agresif akhir-akhir ini, hingga membuat sang adik risih dan berakhir ingin menjauhinya.

Misya memutuskan untuk tinggal sendiri saja sudah membuatnya kalang kabut. Jangan sampai. Jangan sampai Misya semakin menjauhinya.

"Kamu yakin, mau tinggal sendiri?" Tanya Mino yang mendapatkan anggukan lugas dari lawan bicara.

"Gak takut ada hantu?"

Misya menatap sengit sang kakak.
"Apasih kak?!" Tanyanya sewot.

Jangan pikir Misya akan luluh dengannya kali ini. Misya paham betul, ini hanyalah akal bulus Mino supaya dirinya tidak jadi tinggal di apartment atau supaya Mino bisa Ikut tinggal bersamanya.

"Maaf"

Misya menaikan sebelah alisnya, menatap heran sang kakak. Kenapa tiba-tiba kakak stresnya ini minta maaf? Dia tidak baru meminum racun bukan?

"Untuk?" Tanya Misya, setelahnya meminum jus buah naga miliknya.

Mino tersenyum nanar

"Misya, kakak sayang banget sama kamu. Semua yang kakak lakukan padamu itu adalah bentuk kasih sayang kakak. Maaf kalo kakak terlalu berlebihan."

Misya diam, dirinya mendengarkan ucapan kakaknya dengan seksama. Entah cowok itu berujar dengan tulus ataupun berpura-pura Misya tidak tahu. Misya merasa ada banyak rahasia di dunia novel ini.

Dia tidak bisa mempercayai siapapun, bahkan dengan kata hatinya sendiri.

Dari pandangannya, Misya dapat melihat mata Mino yang berkaca-kaca.

Apa cowok itu menangis?

Kepalanya mendongak menatap langit yang malam ini dipenuhi ribuan bintang. Mereka memang makan di restaurant outdoor.

"Misya coba lihat keatas, bintangnya banyak banget." Puji Mino kepada alam. Misya ikut mendongakan kepalanya, sekejab dirinya dibuat terpana dengan banyaknya bintang yang membentuk berbagai jenis rasi.

"Indah ya?"

"Iya"

Tanpa sadar Misya menyambut pertanyaan Mino masih dengan kekagumannya dengan indahnya malam ini.

"Misya tau? Dulu waktu kakak kecil, kakak pernah tersesat pada saat makan malam bersama Mami dan Papi. Waktu itu kakak umur sepuluh tahun.

"Waktu itu, kakak takut banget. Bahkan kakak udah mau nangis rasanya. Sampai ada anak kecil, dia sekitar umur lima tahun."

"Diaa, dia lucu banget. Pipinya tembem banget. Kalo aja kakak gak lagi kalut gara-gara kepisah sama Mami Papi, udah kakak gigit itu pipi" Mino tersenyum tipis masih dengan pandangan ke atas. Menatap bintang yang bersinar terang.

"Dia ngehampiri kakak. Terus pas sampai di depan kakak, dia nyodorin es krim coklat yang bahkan udah habis separuh." Kali ini Mino terkekeh geli. Pandangannya beralih pada Misya yang masih anteng mendengarkan.

"Kamu tau dia bilang apa sama kakak?"

Misya menjawab dengan menggeleng pelan. Rautnya menunjukan rasa penasaran yang membuat Mino gemas sendiri.

"Dia bilang gini, 'kakak ganteng jangan nangis, nanti jadi banci'. Trus dia ngasih es krim bekasnya ke kakak"

Entah Misya harus terharu atau tertawa mendengar ucapan Mino. Ahhh kira-kira siapa anak kecil itu ya? Berani sekali dia mengatai Mino banci. Tapi wajar saja si, saat itu pasti Mino masih polos polos imut.

"Kakak diam aja waktu itu, trus kamu tau apa yang terjadi selanjutnya?"

"Apa?"

Mino tersenyum geli masih dengan menatap sang adik.
"Dia nyium kakak" ujar Mino

"Tepat di sini" sambungnya dengan menunjuk pipinya dengan jari telunjuk.

"Katanya dia, kalo ada orang yang sedih kita cium aja pipinya biar gak sedih lagi" Mino menggelengkan kepalanya tak habis pikir.

"Kecil-kecil udah centil ya kak?" Balas Misya tertawa renyah, melihatnya membuat Mino tersenyum rumit.

"Dan kamu tau Misya?"

"Apa?"

"Setelah apa yang dia perbuat sama kakak, dia mau pergi gitu aja"

Misya diam

"Menurut kamu, kakak lepasin atau sekalian aja kakak kurung dia?"

🌿🌿🌿🌿🌿

Salam hangat sehangat matahari pagi dari pacarnya Haechan 🐻🌻


Peran PembantuWhere stories live. Discover now