Bab 7. Cinta Pada Pandangan Pertama

44 8 2
                                    

Halo-halo, double L datang lagi, nih! Oya, ternyata mereka memang double L. Ah bilang aja sengaja hahaha...

Kira-kira part kali ini diisi adegan apa ya? Eh, kemarin yang baca serem gak, sih! Penulis pemula untuk genre Thriller, khawatir gak dapat feel nya. Kasih masukan dong! Dibantai juga boleh kok, penulisnya gak suka sakit hati😀😀

Oke, selamat membaca ya... Lumayan panjang juga ini. Cuss... Monggo🙏🙏

September 1990

Laksmi tidak menyesal merelakan diri menjadi tumbal demi keselamatan Jalu. Tidak apa-apa, meski dirinya harus merasakan sakit karena perlakuan kasar Laksana. Laksmi sudah mulai membiasakan diri dengan perilaku menyimpang suaminya. Laksmi tidak tahu menahu tentang perilaku seks menyimpang, dia hanya tahu sikap suaminya berubah ketika berhubungan badan. Apalagi kalau sedang emosi, Laksana akan berlaku lebih brutal.

Anehnya, setelah itu Laksana akan berlaku lebih lembut dan perhatian. Seperti peristiwa menyangkut Jalu waktu itu. Begitu bangun dari tidurnya setelah pergumulan mereka di lantai kayu, Laksana mengangkat tubuh Laksmi ke dalam kamar. Dengan telaten, laki-laki itu membasuh tubuh Laksmi dengan air hangat lalu mengobati luka akibat ulahnya sendiri. cxMulutnya tidak berhenti mengucapkan kata maaf. "Maaf, Mas sudah menyakitimu. Mas nggak sengaja ingin melukai Kamu. Mas sayang Kamu. Mas takut kehilangan kamu."

Laksmi hanya diam, tidak kuasa menjawab. Dia takut, air matanya akan ikut keluar. Laksmi tidak mau Laksana marah lagi. Laksmi membiarkan Laksana menyampaikan penyesalan dengan caranya. Tidak cukup dengan kata-kata, Laksana terus menciumi puncak kepalanya dengan sayang. Hati Laksmi menghangat mendapat perlakuan selembut itu. Kenapa tidak dari tadi Mas berlaku selembut ini? Tanya itu kerap menari-nari di benak polos Laksmi.

Sisa waktu hari itu, Laksana mengambil posisi sebagai pelayan untuk Laksmi. Laksana menjadikan Laksmi ratu. Sepertinya laki-laki itu sangat menyesali perbuatannya, sudah membuat istrinya terluka cukup parah. Laksmi dilarang turun dari tempat tidur kecuali urusan ke kamar mandi. Laksana rela memasak dan menyuapi Laksmi di tempat tidur. Laksana juga yang membereskan semua kekacauan di ruang tamu. Laksmi bisa mendengar suara aktivitas laki-laki itu dari balik dinding kamar mereka.

Laksana kembali menjadi laki-laki yang Laksmi kenal pertama kali, lembut dan perhatian. Laksmi bisa merasakan Laksana menyelimuti dan memeluk tubuhnya erat. Sebelum terlelap, Laksmi masih mendengar kata maaf sekali lagi.

Laksmi tidak tahu bagaimana nasib Jalu selanjutnya. Laksmi yakin Jalu masih hidup. Mengingat semua yang Laksana kerjakan untuknya, laki-laki tidak punya waktu untuk membunuh burung hantu malang itu. Keesokan harinya, keyakinan itu terjawab. Jalu masih hidup. Ternyata Laksana membuatkan tempat darurat semacam sarang burung di dalam gudang.

"Ternyata kamu di sini," bisik Laksmi pelan. Jalu melonjak bangun seolah ingin menyambut penolongnya. Laksmi tersenyum senang melihat Jalu sudah bisa bergerak lebih baik daripada kemarin. "Nggak usah banyak bergerak dulu, kamu masih sakit, kan?" Laksmi jongkok mendekati Jalu. Burung Hantu itu hampir mematuk tangan Laksmi, tetapi satu tangan kekar dengan cepat menariknya menjauh. Laksmi yang tidak siap terpental ke belakang. Laksana dengan sigap menangkap tubuh istrinya.

"Jangan dekat-dekat, burung hantu itu buas!" bisik Laksana tepat di telinga Laksmi yang berdiri kaku di dalam pelukannya. Bulu kuduk Laksmi meremang. Jantungnya berdegup cepat. Reaksi antara kaget dengan serangan Jalu dan tarikan Laksana yang membuatnya berakhir dalam pelukanl aki-laki itu.

Ternyata bukan hanya jantung Laksmi yang berdenyut tidak normal. Irama jantung Laksana juga tidak beraturan, meski dengan alasan berbeda. Entah apa penyebabnya, yang pasti Laksana merasa sangat bahagia bisa berdekatan intim dengan istrinya. Bukan keintiman yang memabukan, yang membuatnya ingin membawa Laksmi kembali ke tempat tidur.

Dendam LaksmiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang