- ERLAN - 12

21 2 0
                                    

"Bisa jadi, yang terlihat baik di depan belum tentu baik juga di belakang. Mungkin saja ada topeng yang dipasang."

- Someone -

***

"Erlan gapapa, Nak?"

"Kamu liatin apa sih?"

"Pa, Bun ... Erlan takut, ada Tante tapi wajahnya serem!"

"Pokoknya apa yang kamu liat, jangan ditanggapin ya Sayang. Erlan fokus ke Papa sama Bunda aja ya."

"Edward! Jangan di situ! Nanti kamu jatuh!"

"Argh!"

"EDWARD!"

"ERLAN BANGUN!" Suara teriakan itu membuat Erlan membuka lebar matanya. Napasnya memburu dengan keringat yang menetes di pelipisnya.

"Lo kenapa anjir! Dari tadi ngigo mulu, dibangunin nggak bangun-bangun!" omel Alga.

Sedangkan Geral menepuk pundak Erlan pelan. "Mimpi buruk?" tanyanya.

"Lo kayak orang kesurupan, Lan. Gue jadi merinding!" Ini Jevon yang menyahut, membuatnya terkena jitakan maut dari Alga.

"Jepon mending diem deh!" cibir Alga.

Erlan mencoba menenangkan diri. Mimpi itu ... muncul lagi. Ia menghela napasnya kasar, setiap mimpi itu muncul, rasa bersalahnya juga akan muncul lagi. Dan hal itu selalu membuatnya tak nyaman, membuat emosinya tak stabil.

"Erlan kenapa?" tanya Reva yang tak sengaja mendengar keributan di bangku samping. Ya memang tadi jam kosong, dan Erlan yang bosan jadi memilih untuk tidur. Tapi malah mimpi itu muncul dan membuat mood Erlan yang tadi pagi baik menjadi sangat buruk sekarang.

Erlan hanya menggelengkan kepalanya saja. Jelas ia tak bisa menceritakan apa yang sebenarnya terjadi, karena memang selama ini ia belum menceritakan kepada teman-temannya tentang keistimewaan yang ia miliki.

"Mimpi buruk ya? Minum ini aja buat nenangin diri lo," ucap Reva sambil menyodorkan sebotol minuman kaleng dingin ke hadapan Erlan. Hal tersebut jelas menimbulkan keributan di sana.

"Ciee, neng Reva perhatian banget sama babang Erlan!" goda Jevon.

"Duh, jadi bingung ini. Sebenarnya Reva mau pilih Erlan apa Bang Geral yak?" tambah Alga ikut menyahut, membuatnya harus mendapatkan tatapan membunuh dari Geral yang sedari tadi hanya diam.

Reva menggelengkan kapalanya, tak ambil pusing sama sekali. Ia tahu betul tabiat Alga dan Jevon yang tukang rusuh itu. "Diminum ya, Lan."

Erlan tersenyum simpul, "Makasih, Rev!" ucapnya tulus.

Kepala Reva mengangguk, ia kemudian beralih ke Geral yang duduk di bangku belakang Erlan. "Oh ya, Ral. Pak Raka nitip pesen tadi, lo disuruh nemuin dia di ruang bk. Gatau mau apa," jelas Reva menyampaikan amanat Pak Raka kepadanya tadi.

Geral hanya mengangguk saja, tanpa berucap apapun ia berdiri dari bangkunya. Ia melewati Reva begitu saja dan keluar dari kelas.

"Duh, Bang Ge. Paling nggak ngucap terima kasih kek atau apa gitu ke Reva. Malah cabut gitu aja, Si anjir!" seru Jevon yang tak ditanggapi sama sekali oleh Geral.

Sedangkan Reva terkekeh sendiri. "Udah, gapapa. Geral kan emang gitu anaknya."

"Sabar ya, neng Reva. Bang Geral emang dingin kek beruang kutub, hihhh!" sahut Alga sambil memeluk tubuhnya sendiri seakan ia sedang kedinginan.

ERLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang