"Istimewa. Namun, menyiksa."
- ERLAN FRANSISCO -
***
Hiruk pikuk suara siswa-siswi baru yang sedang berkeliling menjelajahi setiap sudut sekolah baru mereka itu terdengar sangat mengganggu bagi seorang siswa yang saat ini tengah berusaha tertidur di atas pohon yang terletak di taman belakang sekolah.
Keningnya berkerut, menahan kesal. Apalagi suara perempuan yang sedang menangis tersedu-sedu di bawah pohon itu, membuat kekesalannya semakin meningkat.
Demi apapun, ia hanya ingin ketenangan. Ia sangat mengantuk. Kemarin malam ia tak tidur, lebih tepatnya terpaksa, karena ada sebuah urusan yang sangat amat ia benci. Tapi jika tak diselesaikan, ia berani menjamin, hari-hari berikutnya ia tak akan pernah bisa tidur tenang.
"Tolong aku ..."
Menghela napasnya kasar, ia membuka matanya dan dengan terpaksa mengubah posisinya menjadi duduk di atas dahan pohon besar itu. Pandangannya menajam, menatap gadis berseragam lusuh yang sedang menangis di bawah sana.
"Bisa diam nggak lo?! Ganggu banget, anjir!" umpatnya kesal, membuat gadis itu—yang masih terisak—mendongak ke atas dengan sangat perlahan.
Ia terdiam, kemudian menoleh ke kanan dan ke kiri—masih dengan isakkannya. Tak menemukan siapapun, ia kembali mendongak.
"Kamu ... be-berbicara denganku?" tanyanya pelan, ia menelengkan kepalanya, menatap kosong ke siswa yang ada di atas pohon itu.
"Ya emang lo! Siapa lagi?!" serunya jengkel dengan tatapan tak suka.
"Kamu siapa?"
"Eh, anjir! Argh! ..."
Bug
"Aish!"
Siswa itu terjatuh ke tanah dengan pantatnya yang mendarat terlebih dahulu, membuatnya meringis kesakitan, juga mengumpat kasar. Ia berdiri, memegangi pantatnya yang sakit. Kemudian mendongak ke atas pohon dengan tatapan marah.
"Woy! Kalau pindah tempat bilang kek! Lo mau bikin gue jantungan, hah?! Lo mau gue nyusul lo mati di sini?!" marahnya tak terima.
Gadis itu yang tadinya menangis jadi tersenyum lebar, membuat siswa itu jadi merinding sesaat.
"Ternyata kamu anak istimewa," gumam gadis itu sambil menelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri dengan senang. Membuat rambutnya yang panjang itu menutupi sebagian wajahnya yang pucat pasi.
"Ya terus kenapa?! Ada masalah?!" tanya siswa itu, masih dengan nada marahnya.
"Hihihihihi ... Akhirnya aku memiliki teman, hihihi ..." tawa gadis itu menggelegar sambil melayang turun, membuat siswa itu terkejut dan reflek memundurkan langkahnya.
"Eng-enggak usah ketawa juga, Setan. Lo nyeremin! Siapa juga yang mau temenan sama Setan kayak lo!" gugupnya saat gadis itu melayang-layang di depannya dengan jarak terpaut hanya selangkah. Meskipun gugup, siswa itu tak menghilangkan sarkasmenya.
Gadis itu menghentikan tawanya, berganti dengan tersenyum lebar. Ia menunduk. "Erlan Fransisco," gumamnya, membaca name tag siswa itu dengan suara sangat pelan. Membuat siapa saja yang mendengarnya akan merinding.
Siswa itu, yang ternyata Erlan, merasakan hawa dingin yang menguat saat namanya disebut. Membuat bulu kuduknya meremang. Ia meneguk ludahnya dengan payah, tapi dengan berani ia justru menatap nyalang mata gadis itu, seakan menantang.
"Erlan, aku akan mengingat namamu. Kita akan berteman, hihihi ..."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
ERLAN
Random#TheGAJEseries 📢 NOTE: Sedang HIATUS, butuh revisi besar-besaran :) *** Tentang dia, Erlan Fransisco. Lelaki yang dianugrahi keistimewaan oleh Sang Pencipta. Ia terpaksa terlibat dengan dunia seberang, hal yang sangat ia benci. Bahkan, ia harus ter...