- ERLAN - 18

11 2 0
                                    

"Terkadang, kita harus mengikuti perasaan, agar tak menyesal karena menuruti kegoisan dan ketidakpedulian."

- Erlan Fransisco -

***

🎶 I can't write one song that's not about you
Can't drink without thinkin' about you
Is it too late to tell you that
Everything means nothing if I can't have you? 🎶

Lagu 'If I Can't Have You' dari Shawn Mendes itu mengisi keheningan yang tercipta dalan mobil Erlan. Sesekali Erlan ikut menyandungkan lirik yang ia hafal, selebihnya hanya gumaman kecil saja.

Ia melirik gadis yang duduk di sampingnya, yang sedang sibuk dengan ponsel. Sesekali gadis itu akan terkekeh sendiri, kemudian mengerucutkan bibir kesal, dan mengomel kecil.

"Nau," panggil Erlan yang tak digubris oleh gadis itu. Ya, gadis itu memang Naura. Tadi saat ia sehabis pulang dari mall bersama Geral, Alga, dan Jevon ... Papanya menelponnya, katanya ia disuruh mengantarkan Naura ke kantor Alfi—papa Naura.

Awalnya Erlan ingin menolak, karena ia memang lelah. Tapi entah kenapa hatinya berkata lain, ia justru menyetujuinya begitu saja. Saat disuruh mamanya membawa mobil papanya alih-alih membawa motornya sendiri, dengan alasan agar Naura tidak kedinginan karena sudah malam, Erlan dengan patuh menganggukkan kepalanya. Padahal biasanya dengan alasan apapun, ia akan bersikeras untuk mengendarai motor daripada mobil.

"Naura." Panggilan dari Erlan masih diabaikan oleh Naura, membuat kesabaran Erlan habis. Dengan pandangan yang masih fokus ke depan, tangan kiri Erlan langsung meraih ponsel Naura. Naura mendelik kaget, ia memandang Erlan dengan kesal.

"Apasih, Lan?!" protesnya, kembali mengambil alih ponselnya.

Erlan mencibir, "Lagian lo dipanggilin dari tadi nggak nyaut-nyaut! Budeg lo?"

"Ih, Erlan! Gudeg mah makanan."

"Budeg, Nau! Budeg! Bukan gudeg! Astaga, emosi gue!" Erlan mengacak rambutnya frustasi. Memang, berbicara dengan Naura sangat-sangat menguras kesabarannya.

Naura mencebik, "Ck, yaudah sih Naura salah, Erlan gausah ngegas juga!" ucap Naura kesal. Tapi kemudian tatapannya jadi menerawang ke depan, "Eh, tapi gudeg enak loh! Naura jadi pengen ..."

Erlan melongo, hampir saja kehilangan kendali atas mobilnya. Kemudian dia berdecak kesal, "Sabodo teuing!"

Setelah itu Naura kembali fokus ke ponselnya. Sebuah pesan baru masuk, membuat Naura melebarkan senyumannya.

Kak Gardian
Maaf, Nau
Kkk nggak pulang hari ini

Seketika senyumannya pudar. Naura menghela napasnya.

Naura
Oke, kak
Hati-hati

Setelah mengirim pesan balasan, ia menyimpan ponselnya ke dalam sling bag pink miliknya. Wajahnya jadi mengeruh.

Hal tersebut jelas mencuri perhatian Erlan. Erlan mengernyit, "Lo kenapa dah? Tiba-tiba diem murung kek gitu?" tanyanya sambil meminggirkan mobilnya di depan kantor papa Naura, yang merupakan kantor papanya juga.

Naura menoleh sejenak, "Nggak kok," jawabnya. "Yaudah, Naura turun ya. Makasih udah nganterin Naura," pamit Naura dan ia segera turun dari mobil Erlan.

"Eh, Nau!" seru Erlan, membuat Naura menghentikan langkahnya dan menatap Erlan bingung.

Erlan yang masih berada di dalam mobilnya, membuka pintu kaca mobil. Kedua sudut bibir Erlan tertarik ke atas, membentuk sebuah senyuman. "Gue udah mulai suka sama lo, Nau!" ucap Erlan.

ERLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang