Chapter 8

184 26 1
                                    

Selamat membaca..

Malam semakin larut, beriringan dengan suara gemuruh yang mulai terdengar di luar sana.
Sepertinya apa yang di katakan ibu mikasa benar,akan ada badai malam ini.

Mikasa meringkuk dalam tidurnya.
matanya terlihat menyerengit beberapa kali, setiap kali suara guntur terdengar beberapa saat setelah kilatan petir terlihat seperti menyambar sesuatu di luaran sana.

Kamar mikasa yang gelap membuatnya semakin gelisah dalam tidurnya.
Tidak, ia tidak takut suara guntur atau kilatan petir, atau bahkan ruangan yang gelap. Ia hanya merasa takut setiap kali mengalami semua itu mimpi buruknya selalu muncul dalam tidurnya.

Beberapa kali ia terlihat miring ke kanan lalu kembali ke kiri dengan mata yang masih terpejam.
Peluh keringat mulai muncul membasahi dahinya.
terdengar leguhan kasar yang menandakan bahwa tidurnya terasa sangat tidak nyaman.

Di saat yang bersamaan,levi tiba tiba bangun saat mendengar suara petir yang cukup keras hingga sedikit menganggunya.
Ia duduk sambil menyibak selimut, pandangannya beralih pada jam dinding yang menunjukkan pukul 2 pagi.

"Hhh..."

Haus, tenggorokannya terasa kering dan sangat serak.
Ia beranjak dari kasur dan meraih kemejanya yang tersampir di atas kursi lalu memakainya.

Dengan langkah pelan, ia berjalan keluar kamar dan berhenti di depan pintu kamar mikasa.
Niatnya ingin mengetuk pintu itu namun tidak jadi, mengingat hal itu mungkin akan mengganggu tidur mikasa.
Akhirnya ia hanya menghela nafas sambil mengurungkan niatnya.

Sepertinya ia harus mencari dapur atau sekedar segelas air sendiri di rumah orang.

"Ayah..."

Baru 3 langkah menjauh dari kamar mikasa, samar samar ia mendengar suara gadis itu.
Levi kembali ke depan pintu kamar mikasa dan mencoba mendengar sekali lagi untuk memastikan kalau itu memang suara mikasa.

"Ayah..."

Ya, tidak salah lagi. levi bisa mendengar dengan jelas suara itu.
Tangannya dengan ragu mengetuk pintu itu tapi tak ada jawaban dari dalam sana

'tok tok'

'tok tok tok...'

Nihil. ia tak mendapat jawaban apapun. Apalagi suara itu semakin terdengar jelas membuatnya bertanya tanya apa yang terjadi di sana.
Tangannya meraih gagang pintu dengan ragu ragu, dan mulai membukanya yang ternyata itu tidak di kunci.

"ceroboh sekali"  batin levi sambil membuka pintu itu perlahan.
Ia tak bisa melihat yang di dalam sana dengan jelas karna cahaya remang itu hanya berasal dari lampu tidur di atas meja.

Suara detak jam dinding bisa ia dengar dengan jelas.
kain gorden nampak bergerak karna tertiup angin yang masuk dari celah jendela, menandakan angin yang berhembus di luar sana cukup kencang.

Levi berjalan pelan, lebih dekat semakin memasuki kamar hingga akhirnya ia bisa melihat gadis itu.
Mikasa tertidur sambil mengingau, bahkan dahinya terlihat mengerut dan basah oleh keringat.

"Dasar, kau mengigau seperti anak kecil" ucap levi pelan.
Ia berjongkok menyamakan tinggi wajahnya dengan wajah mikasa yang berbaring di sana dengan wajah cemas.

Tiba tiba tangan levi terangkat, menyentuh dahi gadis itu dan setelahnya ia menghela nafas lega.
Ya, mikasa tidak demam. hanya mengingau karna mungkin sedang bermimpi buruk.

Meskipun begitu, levi masih nampak khawatir.apa yang mikasa mimpikan hingga membuatnya mengigau seperti itu?.

Saat levi berdiri dan hendak pergi dari sana, suara mikasa kembali terdengar membuatnya menghentikan langkah.

𝐌𝐢𝐝𝐝𝐥𝐞𝐦𝐢𝐬𝐭 ꨄ [Levi X Mikasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang