🎡Plan

232 16 0
                                    




Pagi yang sangat sibuk sedang dialami oleh ketujuh mahkluk bernyawa yang tinggal bersama dalam sebuah kostan.

Jino yang baru saja keluar dari kamar mandi sedikit tersentak akibat Caslion, Kafka, dan juga Eljio yang telah berbaris didepan pintu kamar mandi.

Jino mempersilahkan Caslion masuk lalu melamgkahkan kaki nya ke area dapur tempat dimana Nakalen sedang bereksperimen didalamnya.

Takut-takut jika ini menjadi detik terakhir sebelum terjadinya kehilangan kedamaian di kostan, Jino menghampiri cowok berambut pink yang sedang mengiris cabai itu.

"Bang!" Celetuk Jino.

"Mau masak apa sih lo?" sambung cowok itu sambil menggosokkan handuk ke rambutnya.

"Mau masak indomie dobel pake cabe, mau lo?" Jino mengangguk semangat sambil menyunggingkan senyum.

"Bikin sendiri lahh...." senyum Jino seketika luntur, ia menarik bangku di meja makan kemudian duduk disana sambil meraih salah satu buku resep yang sudah berdebu disana.

Entah milik siapa, namun buku itu tergeletak begitu saja dlam kondisi usang dan juga debu super tebal yang menyelimuti nya. Jino perlahan membuka buku resep masakan jadul tersebut.

"Aduh! Bang Naka toloong!!" Pekik Jino mengadu kepada Nakalen.

Bergegas Naka menghampiri yang lebih muda "kenapa lo?? Jino....?"

"Kelilipan...." lirih Jino sambil menggosok pelipisnya.

Nakalen otomatis ikut mengelap kelopak mata Jino tak teringat bahwa ia baru saja memotong Cabai dan bumbu dapur lainnya.

"Bang...."

"Ya?"

"MAKIN PERIHH!!" Jino yang panik setengah mati itu langsung berlari dengan mata tertutup menuju kran yang ada di tempat cucian piring untuk membasuh mata nya yang terkontaminasi debu dan cabai-cabaian.

Pekikan Jino tadi ternyata mengundang perhatian penghuni lain, Kafka dan Eljio yang jaraknya tak jauh dari Area dapur itu ikut bergabung menanyakan masalah Jino kepada Nakalen.

"Gatau, Tiba-tiba ngaduh kelilipan terus mata nya gue gosok-gosok pakai tangan. Ehh gue lupa kalau habis pegang cabai...." Jelas Naka membuat Eljio sedikit terkekeh sementara Kafka menghampiri Jino yang sedang mengecek bola mata nya pada cermin.

Kafka meraih obat tetes mata yang tergeletak diatas kulkas kemudian memberikannya kepada Jino. "Masih perih?"

"Udah lumayan," jawab anak itu diakhiri kekehan.

"Nih pakai dulu." Kafka menyodorkan obat tetes mata tersebut kepada Jino setelah itu ikut bergabung dengan Eljio yang sedang merecoki Naka didapur, belum saja anak itu terkena cipratan minyak panas yang berasal dari wajan.

"Ada yang bisa gue bantu?"

"Engga udah lo berdua duduk manis aja sambil menikmati mie goreng dobel pake sosis bonus cabe ala gue."

"Nanti bisa-bisa dapur kebakaran kayak tahun lalu," tambah Nakalen, memang tahun lalu sempat terjadi peristiwa yang hampir membakar Habis dapur mereka kalau saja anak kosan Neo127 tidak datang dan melihat Hasil karya Kazeno,Kafka, dan Eljio itu.









Jino, dan yang lain kecuali Raes dan Kazeno kini sedang berkumpul di ruang TV. Raes dan juga Kazeno memang kebetulan sedang keluar kosan.

"Bangg, gaboeet! Jalan-jalan yokk!?" celetuk Caslion santai.

"Jalan-jalan gigi lo. Duid dari mane anjir!" sahut Nakalen.

"Patungan lah kita bang, Seratus ribuan kalau Caslion lima ratus ribu aja." potong Jino menatap ke arah yang lebih tua.

Fokus Kafka seketika teralihkan yang semula sedang mengecek dokumen pekerjaan menjadi ikutan nimbrung soal liburan yang direncanakan oleh Caslion itu.

"Terdengar tidak adil tapi dari pada enggak," celetuk Caslion yang sedari tadi masih dalam posisi nya yaitu rebahan diatas sofa sebari memperhatikan langit-langit.

Kafka, Naka, Jino, Eljio langsung terbelalak kaget, memang sudah sering Caslion terlihat menghambur-hamburkan uang seperti minggu lalu saat tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba cowok itu membeli sebuah motor beat bewarna merah dengan alasan ingin menjadi cowok normal yang suka mondar mandir pake sarung sambil motoran.

"Bener cas?!" tanya Naka antusias mewakili pertanyaan teman-temannya.

"Kenapa enggak?" sahut Caslion terluas senyum diwajahnya.





Tak butuh waktu lama, kelima cowok itu sekarang sedang berunding tentang transportasi, budget, tempat tujuan, dan lainnya. sebari duduk melingkar.

"Untuk budget satu orang seratus ribu, seratus kali tujuh tujuh ratus. Ditambah limaratus.... Sejutaduaratus, Kira-kira cukup gak?" Ucap Caslion.

"Cukup-cukup aja kata gue mah, urusan makan satu porsi anggep limapuluh, jadi total sekitar empatratusribu." tambah Eljio.

"Transportasi nya pake mobil nya lion sama mobil gue, mobil nya lion tiga orang punya gue empat," sambung Kafka.

"Nahh iyaa, mobil lo kan gede tuh Ka!! Oiya tempat tujuan nya?" Seru Nakalen yang membuat semua tutup mulut.

"Bener juga, yang survey tempat siapa nanti?"

"Yang sering jalan-jalan diantara kita bertujuh?" Netra mereka semua otomatis tertuju pada Eljio.

"Gue?" Eljio menunjuk diri nya sendiri dengan tatapan bingung.

"Then who else??" sahut Kafka dengan bahasa ke-bule-bule-an-nya. (Aku ngetik apasi)

"Udah semua kan, eh tapi kita belum denger opini dan persetujuan dari Raes sama Kazeno kan?" yang lain mengangguk setuju dengan ucapan Jino.

"Udah gue chat! Katanya mau-mau aja asal mereka berdua cuman patungan seratus!" seketika mereka berlima tersenyum penuh kemenangan.

"Untuk tanggal, free nya kapan?" celetuk Caslion.

"Tiap hari!!"





⏤͟͟͞͞House Of Dream巛Jisung Nct DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang