PART 3

959 51 0
                                    

Hal yang paling sulit dilupakan Mia sampai saat ini adalah hari dimana ia menemukan tubuh mamanya terbujur kaku diranjang, dipenuhi darah yang berasal dari goresan dipergelangan tangan yang masih saja mengeluarkan darah. 

Itu sebabnya, ketika ia menyaksikan secara langsung kejadian yang secara tidak sengaja membuatnya teringat kembali dengan kisah mamanya, hal tersebut sontak membuat Mia kehilangan tenaga. Seperti deja vu, seluruh sendi ditubuhnya mendadak terasa ngilu dan menyakitkan. Seperti ada gumpalan besar dibagian dada yang membuatnya kesulitan untuk sekedar mengambil nafas. 

Kepalanya terasa seakan dipukul oleh benda keras yang berhasil membuatnya limbung. Namun, sebelum hal tersebut terjadi, ia seperti mendengar suara bisikin lirih ditelinganya.

Mia... maafkan mama. Maafkan mama....

Lalu... gelap. Dan ketika netranya kembali terbuka, ia sudah disuguhkan dengan ruangan serba putih yang teramat sepi. Dirinya hanya ditemani beberapa ranjang besi disisi kanan-kirinya. Ketika ia bergerak, berusaha bangkit, terdengar derikan besi dari tempat tidur yang tengah ia gunakan. 

Mia mengedarkan pandang kesekitar. Tidak ada satupun yang ia temui didalam ruangan dingin itu. Meja penjaga UKS juga terlihat kosong. Begitu Mia menoleh kebagian jam yang terpasang dipergelangan tangan, ia baru menyadari kalau waktu sudah menunjukkan pukul satu siang. 

Sudah waktunya pulang sekolah. 

Disingkapnya pelan selimut putih yang menutupi setengah tubuhnya. Dan ketika akan bergerak turun, pintu UKS terbuka perlahan dari arah luar, dan tidak lama menampilkan seorang murid perempuan yang kini tengah menutup pintu kembali.

Setelah pintu tertutup, murid tersebut menoleh kearah Mia, menyunggingkan senyum singkat. Senyum yang manis walau wajah murid itu tengah pucat pasi. 

Enggan bertanya perihal wajahnya yang pucat -mungkin ia tengah sakit-, Mia hanya membalas senyum murid tersebut, kemudian melangkah perlahan kedekat pintu. Begitu pintu terbuka, ia dikejutkan dengan kemunculan Dave yang berdiri tepat diambang pintu UKS. 

"hai" ucapnya tanpa ada rasa terkejut sedikitpun. Berbeda jauh dengan Mia yang kini berusaha menetralkan degupan jantungnya yang nyaris copot. "udah baikan?"

"um" balas Mia sekedar. Jantungnya masih belum kembali normal. Bukan. Bukan karna keterkejutannya yang tadi tapi lebih kepada posisinya dan Dave yang terlalu dekat. Ditambah lagi kini pria itu meletakkan telapak tangannya kedahi Mia, sekedar mengecek suhu tubuh gadis itu.

"bagus deh" katanya sembari menarik tangannya kembali. 

"lo... mau masuk?" tanya Mia canggung.

"iya. Gue ngantuk, mau tidur bentar. Kenapa?" tanyanya begitu mendapati tangan Mia yang menahan langkahnya begitu akan masuk kedalam UKS.

"em... ada... ada murid perempuan didalam sana dan penjaga UKS lagi ga ada"

"and than?" alis Dave menaik sebelah walau ia langsung paham maksud dari gadis itu. Netranya menilik kedalam, mencari sosok yang dimaksud Mia. Tapi ternyata kosong. Tidak ada siapapun didalam sana. 

"em... apa.. enggak lebih bagus lo cari tempat tidur lain?. Perpustakaan, misalnya"

Berpikir sejenak -hanya satu detik sebenarnya- Dave kini mengangguk-angguk pelan sembari bergumam. "gimana kalau kita kekantin aja?" niatnya untuk tidur didalam UKS kandas dalam sekejap.

"kantin?" 

"iya. Lo laper kan?. Udah jam makan siang juga"

"enggak deh, makasih" tolak Mia halus dan perutnya langsung berbunyi yang sontak membuat wajahnya merah padam. Dengan rasa malu, ia memegangi perutnya yang mendadak tidak tahu diri.

KISAH DISEKOLAH (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang