PART 43

445 26 0
                                    

Pagi itu Max tersentak kaget akibat dari mimpi buruk yang menimpanya. Dalam mimpinya, Yunita mendadak muncul didalam kamar dengan tubuh kotor dipenuhi tanah. Mantan istrinya itu memandangi tubuhnya yang tengah terpulas diatas tempat tidur. 

Cukup lama Yunita terdiam diposisi, lalu perlahan wanita itu mulai melangkah mendekat, memandangi puas wajah Max sesaat, lalu naik keatas tempat tidur kemudian duduk diatas tubuh pria itu. 

Lalu tidak lama kedua tangan Yunita terangkat, dengan jemari yang dipenuhi kuku panjang hitam secara keseluruhan. Jemari dengan kuku runcing panjang itu kian mendekat kearah leher Max. Semakin dekat sampai kini berhasil menyentuhnya. Lalu, dalam hitungan sepersekian detik, tiba-tiba saja Yunita menghujami kukunya keleher Max sampai menghasilkan luka goresan yang cukup dalam, yang membuat pria itu terbelalak dengan darah yang perlahan mengucur dari dalam luka. 

Yunita?!.

Alih-alih menghentikan ulahnya melukai leher Max, kini Yunita mencekik leher Max sekuat tenaga sampai wajah pria itu memerah dengan urat-urat wajahnya yang sudah menimbul. Sedikit lagi saja, Max akan kehabisan nafas, namun tiba-tiba saja Max tersentak dan menyadari kalau ternyata hal tersebut hanyalah sebuah mimpi belaka. Walau tetap berhasil membuat jantungnya berpacu cepat juga. 

Syukurlah. Batinya sembari mengusap wajahnya pelan. Ia menoleh kesamping. Disebelah kanannya ada Sarah yang masih terpulas dengan tubuh toples dibalik selimut putih yang dikenakan. Sekilas Max mengulas senyum singkat mengingat apa yang sudah mereka lakukan malam sebelum tertidur, lalu buru-buru bangkit begitu menyadari langit diluaran sana sudah terang benderang. 

Ah sial!. Omelnya perihal ponselnya yang kehabisan baterai, lalu berjalan cepat kebagian lemari, mengambil asal bokser untuk sekedar menutupi tubuh telanjangnya, lalu berjalan cepat -nyaris berlari- menuju kamar anaknya Mia. 

Dia sudah pergi?. Emang ini pukul berapa?.

Mendapati kamar Mia yang kosong, Max beralih kedapur. Disana ada jam dinding yang terpasang, yang kini menunjukkan pukul delapan tepat. 

"ah sial!" gerutunya lagi lalu beringsut kedekat kulkas. Dituangkannya air dingin kegelas kemudian meneguknya sampai habis sempurna. Setelahnya, ia meregangkan tubuhnya yang masih terasa letih. Pergulatan panasnya dengan Sarah benar-benar berhasil membuat tubuhnya terasa remuk disegala sisi. 

Tidak lama, ia memutuskan untuk kembali kedalam kamar lagi. Begitu sesampainya disana, mendapati tubuh Sarah yang sedikit ter-ekspos akibat dari selimut yang tersingkap, lagi-lagi berhasil membangkitkan birahi kelelakian Max. 

****

Seperti biasa, kondisi rumah Valeria selalu sepi setiap hari. Mamanya kerap sekali pergi entah kemana dan akan kembali dihari-hari tertentu hanya untuk berganti pakaian, atau sekedar singgah menukarkan koper yang dibawa dengan koper yang sebelumnya sudah diisi oleh salah satu pekerja dirumah gadis itu. 

Singkat saja, tidak ada yang memperdulikan Valeria semasa hidupnya.

Jadi, Valeria selalu memiliki akses penuh dalam melakukan segala hal yang ia sukai, tanpa mendapatkan larangan apapun dari mamanya. 

Seperti pagi ini. Ia tengah bersemangat duduk diatas kasur dengan netra yang tidak berhenti memandangi tubuh Mia yang masih terpejam diatas kursi tempat gadis itu terikat erat. Tidak jauh dari posisi Mia, ada Dave juga yang tengah tertunduk dan terikat juga sama persis seperti Mia. Pria itu menunduk bukan karna tertidur, melainkan karna pingsan akibat dari ulah pak Denis yang memukul kepala pria itu dengan balok kayu cukup keras saat akan menculik Dave. 

Alhasil, Dave pingsan tak berdaya memudahkan pak Denis membopong tubuhnya dan membawa kekediaman kamar Valeria. 

Byuurrrr!!!

KISAH DISEKOLAH (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang