PART 32

446 28 1
                                    

Bagaimana tidak syok coba?.

Pagi tadi Gita, Mia, Dave, dan Leo baru saja menyaksikan sendiri gadis yang diketahui bernama Ananda dari nametagnya itu berlari cepat masuk kedalam salah satu bilik toilet, terisak cukup lama, lalu keluar lagi tanpa mengatakan apapun.

Dan siang ini mendadak tersebar kabar bahwa gadis itu ditemukan tidak bernyawa didalam kelasnya. Awalnya semua murid menduga kalau gadis itu tertidur dikarenakan tidak hadirnya guru yang mengajar, sampai ketika jam pulang sekolah berdering nyaring, seluruh murid berteriak girang sembari menenteng ransel, terkecuali gadis yang satu itu.

Ia tetap menelungkupkan kepalanya, tidak bergerak, tidak bersuara, bahkan tidak ada pergerakan ketika salah satu murid mencoba menepuknya. 

Kecurigaan pun timbul seketika. 

Toni, yang merupakan ketua kelas dikelas tersebut langsung bergerak cepat memanggil wali kelas mereka yang ternyata anak kelas 2IPA2. Dan begitu wali kelas tiba disana, ia mencoba membangunkan simurid yang ternyata bernama Ananda, namun hasilnya nihil.

Ananda tetap tidak bergerak. 

Dan ketika wali kelas mereka mencoba mengangkat tubuh gadis itu, seketika itu juga terdengar teriakan histeris dari para murid yang menyaksikan wajah Ananda. Wajah gadis itu membiru dan dipenuhi buih yang masih keluar dari mulutnya. 

 Itulah sebabnya Leo cepat-cepat berlari menuju atap untuk menyampaikan informasi tersebut dan malah bertubrukan dengan Mia.

"jadi dia udah dibawa kedokter?"

"udah kok. Tapi ga tau nyawanya selamat atau enggak" Leo menoleh. "menurut lo, belakangan ini sekolah makin aneh gak sih?"

"masalahnya, dari awal gue jadi anak baru udah ada kasus bunuh diri"

"iya juga ya" Leo terkekeh. "sial lo masuk sini. Oh iya, menurut lo ada yang aneh gak sih sama Gita?"

"Gita?"

Leo mengangguk.

"Gita kita?"

"Gita gue"

"iya maksudnya Gita teman Mia kan?"

"teman kita juga dong"

"Gita yang lo taksir"

"sa ae lo" Leo terkekeh lagi. Lalu ia kembali serius. "tapi benaran deh, lo ga merasa ada yang aneh sama tu anak?"

Dave berpikir sejenak. "makin pendiam, mungkin" pria itu mengangkat sebelah bahunya tidak yakin. Bisa jadi, Gita berubah pendiam belakangan ini karena kondisi luka-lukanya yang belum membaik, pikirnya. 

"nah kan bener" Leo menjentikkan jemarinya antusias. "gue juga merasa gitu. Terus tau-tau aja dia mendadak bilang mau berhenti selidiki kasus pak Denis"

"oh ya?. Kapan dia bilang gitu?"

"kemarin. Sewaktu dirumah Mia selepas kejadian dia diculik itu"

Dave kembali terdiam. Ia tengah memikirkan ulang ucapan Leo yang barusan. Gita mau berhenti selidikin kasus pak Denis?. Bukannya gadis itu yang jauh lebih berapi-api dibanding mereka bertiga?.

Bahkan, sewaktu Mia menolak, Gita yang bersih keras memaksa. 

"apa mungkin pak Denis yang udah culik dia dan ngancam bakalan ngelakuin sesuatu?" ucap Leo lagi. Yang kali ini sedikit masuk akal bagi Dave. Lalu ia lanjutkan lagi "dia ngancam Gita akan ngelakuin sesuatu sama tu anak kalau sampai kita atau dia sendiri gak berhenti jadi detektif dadakan. Makanya Gita mendadak bilang mau berhenti. Bisa aja kan?. Mungkin, ancaman guru itu benar-benar membuat Gita ketakutan dan alhasil jadi pendiam kaya sekarang"

"gue gak bisa menebak-nebak sih, Leo. Tapi usul gue, gimana kalau kita berdua aja yang mengintai pak Denis mulai dari sekarang?. Kita ga usah ngelibatin Gita maupun Mia. Kalau gue pikir-pikir, bahaya juga kan sama mereka berdua. Mengingat, semua korban pak Denis gendernya sama. Cuma murid perempuan doang"

"tapi gimana kalau entar pak Denis tetap curiga dan malah makin bahayain Gita?. Dan gak menutup kemungkinan Mia juga jadi incaran tu guru psikopat"

TING!.

PENGUMUMAN. 

SELURUH MURID DIHARAPKAN IKUT MELAKUKAN PEMAKAMAN ANANDA SAPUTRI ANAK DARI KELAS 2IPA2 SORE INI.

TERIMA KASIH.

"ah sial!. Ini kelima kalinya kita ikut pemakaman dalam dua bulan belakangan ini!" omel Leo dan menutup kembali grup chat kelas 2IPA1 tersebut dengan wajah kesalnya. 

****

Pemakaman kali ini cukup ramai. Hampir seluruh murid Persada hadir terkecuali Mia dan Gita. 

Gita beralasan tidak enak badan sementara Mia hanya singgah sebentar dan langsung pulang dikarenakan sudah ada janji dengan Max.

Alhasil, Leo dan Dave kini hanya berdua. Berdiri saling bersebelahan dengan netra mereka mengamati diam-diam sembari mencari sosok yang mereka bicarakan sebelumnya. 

Pak Denis. 

Itulah sosok yang tengah mereka cari diantara sekumpulan orang-orang berbaju hitam yang kini tengah mengelilingi makam Ananda.

Sudah berlalu cukup lama bahkan makam murid tersebut sudah ditaburi bunga kembang oleh keluarganya, sosok yang dicari tak kunjung terlihat juga. Membuat keduanya cukup yakin bahwa guru itulah dalang dari meninggalnya Ananda. Namun, lagi-lagi mereka tidak memiliki bukti yang cukup kuat. 

Terlebih, murid bernama Ananda itu juga tidak mengatakan apapun ketika bertemu dengan mereka ditoilet pagi itu. 

Nyaris menyerah, Dave menepuk pelan pundak Leo sembari menoleh sekilas kearah beberapa orang yang perlahan mulai bubar. Saat itulah ia menyadari keberadaan pak Denis yang tengah berjalan menjauh kearah mobilnya yang terparkir. 

"gue kebelet" katanya bohong, padahal sebelumnya berniat mengajak Leo pulang. "gue ke toilet yang disana bentar ya" begitu mendapati anggukan singkat dari Leo, Dave langsung berlalu tanpa menimbulkan kecurigaan sedikipun pada Leo. 

Ia melangkah perlahan, lalu kian mempercepat laju jalannya bahkan nyaris berlari begitu mendapati pak Denis yang sudah dekat dengan mobil dan sudah mengeluarkan kunci dari dalam sakunya. 

Begitu guru tersebut sudah masuk kedalam dan berniat akan menutup pintu kemudi...

"sebentar pak" ucap Dave sedikit ngos-ngosan walau ekspresinya tetap terlihat tenang. 

Pak Denis yang mendapati tangan Dave menahan pintu mobilnya, sedikit terkejut namun kemudian menarik pintunya kembali sampai tertutup sepenuhnya. Sedikit kecewa, namun tidak lama kaca pintu diturunkan sedikit menampilkan wajah pak Denis hanya sampai bagian pangkal hidung guru itu saja.

Pak Denis memandangnya tajam tanpa bersuara. 

"saya tau bapak dalang dari semua ini" tembak Dave blak-blakan. "tapi saya mendatangi bapak bukan untuk menyuruh bapak berhenti melakukan kekacauan semua yang terjadi"

Hening. 

Pak Denis diam saja menunggui Dave melanjutkan ucapannya. 

"saya juga tau kalau bapak yang sudah mencelakai Gita, kan?" 

Walau terlihat sedikit terkejut, pak Denis tetap diam saja. 

"tapi saya menemui bapak bukan untuk meminta pertanggung jawaban. Saya kesini cuma mau sampein kalau kita akan ngikutin kemauan bapak. Kami memilih berhenti. Kami gak akan ngelanjutin aksi selidikan yang sempat kami lakuin. Jadi... saya juga meminta bapak untuk berhenti ngusik kami berempat"

Hening.

Sama sekali tidak ada respon apapun dari pak Denis. Alih-alih mengucapkan sepatah kata, guru itu berpaling kedepan, menatap lurus dalam diam, kemudian tidak seberapa lama ia menutup kaca pintu mobilnya kembali. Setelahnya, Pak Denis berpaling kebagian kaca spion dibagian tengah mobil sembari menyunggingkan senyum sinisnya pada seseorang yang bersembunyi dikursi belakang. 

"sesekali kau harus mengajarinya bagaimana cara berbohong yang baik" ucapnya sembari memamerkan kinerjanya yang sudah berhasil memasang alat pelacak pada ponsel Mia. Alat pelacak itu kini tengah menunjukkan titik kediaman gadis itu berada.

****

KISAH DISEKOLAH (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang