PART 22

458 30 0
                                    

SAKA PUTRA SANJAYA.

"wah, iya bener. Ada Sanjaya nya" komentar Gita begitu keempatnya tiba diatap sekolah. Untuk kedua kalinya mereka ngumpul diatas sini dengan cara datang secara bergantian agar tidak ada yang curiga terutama Valeria. Begitu tiba diatas, ia buru-buru membuka buku catatan guru dan langsung membuka halaman pertama, dimana dihalaman tersebut terdapat urutan jabatan sekolah Persada yang digambarkan dalam bentuk diagram.

"jadi dari tadi belum percaya?" tanya Leo yang tengah melahap es cream paddle pop nya. Ice cream favorite pria itu sedari dulu. Selain karna murah, rasanya juga enak. Sampai-sampai ia selalu ngestok dikulkas rumahnya.

Gita nyengir menanggapi. 

"btw, apa nih agenda kita hari ini?" Leo menoleh satu-persatu tiga orang yang duduk berjejer didekat tembok pembatas. Sementara ia tengah berdiri memandangi orang-orang dibawah sana dari celah-celah lubang kawat.

"mencari tau ruangan mana yang bisa digunakan sama kunci yang ada sama Mia" jawab Gita. Samaan dengan Leo. Gita dan Mia juga tengah menikmati makanan mereka. 

Dave?. Pria itu tengah sibuk dengan ponsel. Jemarinya tidak berhenti berkutat dengan layar sedari tadi. Dahinya juga sesekali mengkerut menampilkan kesan tidak senang terhadap seseorang yang tengah berbalas pesan dengannya.

"kunci?" dari jerjak pembatas, Leo pindah duduk dihadapan ketiganya. "kunci apaan?"

"kunci pintu"

"dapat darimana?"

"dari salah satu buku yang ditumpuk didalam ruangan kemarin"

"eh sebentar deh..." Leo melahap habis terlebih dahulu ice creamnya, kemudian berucap serius. "kemarin kan kalian bilang ada nemu pintu lain lagi dibelakang lemari. Udah sempat cek belum?"

"belum" sahut Gita tanpa semangat. "keburu balik lagi kan pak Denis kemarin"

"serius banget sih?" Leo menepuk kaki Dave yang disilangkan. "ada masalah?"

"oh, em... enggak kok" Dave memaksakan senyum kecil lalu menyimpan ponselnya yang kembali bergetar. 

"gpp. Kalau penting, buat aja dulu"

"gak kok. Gak penting-penting amat"

"lo tu sama kaya Mia" sambar Gita. "sama-sama gak ahli dalam hal berbohong" dan ia langsung mendapat sikutan dari Mia yang duduk diantara dia dan Dave.

"sorry" Dave memaksakan senyum dengan jemari menggaruk alisnya pelan. 

"kenapa sih tadi itu lo gak jujur aja sama Valeria?" lanjut Gita lagi. "kan memang bukan lo yang bocorin ke kita-kita"

"gue males repot. Entar kalau semisal gue bilang enggak, otomatis tu anak pasti tanya dong lo dapat infonya dari mana. Ya kan?"

"iya juga sih. But anyways... sorry again. Karna gue, lo malah jadi tengkar sama Valeria"

"ga masalah kok. Bagus malahan" mendapati tatapan serentak dari ketiganya, Dave melanjutkan. "gue udah males banget berurusan sama tu anak. Jadi ada bagusnya dia benci sama gue. Biar dia gak perlu dekat-dekat gue lagi"

"lo kan bisa menghindar. Itu hak lo" sela Gita.

"iya, itu hak lo" tambah Leo. 

Dave menghela nafas pelan. "iya sih..." walau berusaha disembunyikan, guratan gelisah tetap terlihat jelas diwajah pria itu. "tapi Valeria selalu ngancem gue bakalan bunuh diri kalau sampai gue ngejauhin tu anak. Belum lagi mamanya yang suka ngancam bakalan putusin bisnis kerja sama mereka sama bokap gue" Dave memandang ketiganya. Kali ini ia menampilkan guratan khawatir secara terang-terangan dari kedua netra pria itu. "mungkin kalian belum tau, tapi... hubungan gue sama papa gue baru aja baikan belakangan ini. Jadi... gue gak mau hal yang udah gue impi-impiin sedari dulu hancur lagi. Gue gak mau hubungan gue sama papa malah kembali kaya dulu lagi"

KISAH DISEKOLAH (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang