6, Kebohongan Jovian

486 45 6
                                    

Sebelumnya terimakasih untuk 30 vote di bab sebelumnya..

Semangat membaca ;)

[ ENAM ]

Seperti hari hari biasanya, pulang kerja Jovian akan langsung menuju Apartemen kekasihnya. Namun ini sudah pukul sembilan malam dan Prilly tidak ada kabar, walaupun ini bukan pertama kalinya Prilly lembur kerja. Tapi masalahnya Jovian tidak dapat menggubungi Prilly, terkahir kekasihnya itu bisa di hubungi adalah tadi siang dan sampai saat ini ponselnya tidak dapat dihubungi. Entah mati dan Prilly malas men-carger atau Prilly sedang dalam masalah saat ini.

Karena perasaan Jovian mendadak tidak enak, pria itu mencoba menghubungi temannya di kantor, Yogi.

Namun pria cantik itu mengatakan bahwa Prilly sedang lembur dan Yogi sudah pulang. Tapi walaupun sudah tau begitu tapi hati Jovian tetap tidak tenang.

Jovian pun mendatangi kantor kekasihnya untuk memastikan bahwa kekasihnya itu memang ada di kantor dan baik baik saja. Tapi saat Jovian sampai gedung kantor Prilly, Satpam penjaga di depan mengatakan padanya bahwa kantor sudah tutup sejak pukul sembilan tadi dan ini sudah hampir pukul sepuluh malam.

Jovian menenangkan pikirannya yang kalut dengan berpikir bahwa mungkin saat ini kekasihnya itu sudah ada di Apartemen.

Jovian pun kembali ke Apartemen Prilly, namun kekasihnya itu belum juga membali.

"Sayang kau dimana sebenarnya?" batin Jovian bingung dan juga khawatir.

Ponsel dalam sakunya bergetar, dengan cepat Jovian meraih ponsel dari sakunya, pria itu berharap kekasihnya lah yang menghubunginya. Namun nyatanya bukan, itu panggilan dari Ibunya.

"Ya, Ma?"

"Jo kau dimana, kenapa belum pulang?"

"Masih di Apartemen Prilly Ma."

"Jo Mama sudah bilang berapa kali padamu, jauhi wanita itu."

"Ma, Prilly menghilang."

"Dia pasti sedang bersama pria lain."

"Ma, Prilly tidak seperti yang Mama pikirkan."

Jovian tidak suka dengan Ibunya yang selalu berprasangka buruk tentang Prilly. Yah selama lima tahun ini Jovian juga berusaha meminta restu dari Ibunya agar hubungannya dan Prilly di restui karena pria itu tidak bisa menikahi Prilly bila tanpa restu Ibunya.

Jovian hanya punya Ibu satu satunya keluarga yang dia punya, maka dari itu dia berusaha untuk membuat Ibunya setuju namun sampai saat ini Ibunya tetap tidak setuju.

Setelah mematikan sambungan telfon dari Ibunya, Jovian mengambil pigura berisi foto dirinya dan Prilly lima tahun lalu, tepatnya saat pertama kali mereka jadian.

"Andai Mama sudah merestui kita, aku pasti sudah menikahimu."

Jovian selalu mengatakan pada Prilly bahwa dirinya tengah menabung untuk mendapatkan uang yang cukup untuk membeli rumah, namun nayatanya itu tidak benar karena dia sedang berusaha meminta restu Ibunya lah yang benar.

"Sayang kau pulang."

Jovian kembali meletakkan pigura itu pada tempatnya saat mendengar suara bunyi pintu terbuka.

"Kau ada di sini Jovian?"

"Sayang ada apa, kenapa kau terlihat lemah?"

Jovian tidak membalas pertanyaan Prilly dan menghampiri kekasihnya itu dengan panik.

"Tidak apa-apa, aku hanya lelah."

Prilly menghempaskan dirinya di sofa karena merasa badannya pegal pegal semua, pekerjaan barunya itu benar benar menguras tenaga.

Godaan Sebelum MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang