5, Malam Pertama

910 51 8
                                    

[ LIMA ]

Prilly Pov.

Aku tidak tau kemana Dirut (direktur utama) Ali akan membawaku. Hari ini selain bertemu dengan nenek lampir Jasmine, Dirut Ali juga sangat menyebalkan.

Tadi siang dia memberikan aku setumpuk kertas kerjaan dan sampai malam belum bisa aku selesaikan, tapi Dirut Ali malah seenaknya menarikku ke dalam lift dan yang lebih menyebalkannya lagi dia tiba-tiba mencium bibirku.

Hanya ciuman singkat, tapi entah kenapa jantungku bisa berdebar.

Aku menamparnya dua kali karena kelancangannya itu, bahkan ada beberapa karyawan yang melihat aku menamparnya dan kemudian dia menyeretku ikut masuk mobilnya.

"Kau marah?"

"Sebenarnya Anda ingin membawaku kemana?"

Aku bertanya balik tanpa menjawab pertanyaannya.

"Aku baru tau jika pertanyaan itu di balas dengan pertanyaan bukan jawaban."

Aku menatap Dirut Ali yang memiringkan kepalanya menatapku dengan alis terangkat satu.

"Ini bukan jalan ke Apartemen Saya,"

"Siapa bilang aku mau mengantarmu pulang."

Aku menghela nafas panjang untuk menetralkan kekesalanku yang mulai memuncak.

"Kau menarik nafas panjang berkali kali seperti orang mau melahirkan saja."

Tenang tenang, jangan marah Prilly, Karena marah tidak akan menyelesaikan masalah.

"Direktur Jonathan Ali Rafassya yang terhormat, sebenarnya kita mau kemana?"

"Pulang," balas Dirut Ali santai kayak lagi di pantai tapi membuatku semakin kesal.

"Pulang?" ulangku.

"Kau lupa jika selesai jam kantor kau harus menjadi asisten pribadiku?" tanya Dirut Ali.

"Tapi--"

"Sudah sampai."

Dirut Ali memotong ucapanku dan keluar lebih dulu dari mobil. Aku bisa melihat Dirut Ali yang berjalan memutari mobil untuk kemudian membukakan pintu mobil untukku. Sweet! Yah kalau yang melakukannya adalah Jovian, bukan bos menyebalkan macam Dirut Ali.

"Hei kau sangat suka dengan mobilku ya, makanya tidak mau keluar?"

Aku tersadar dari lamunan singkatku dan menatap Dirut Ali yang mengulurkan tangannya padaku, dan tentu saja aku tidak menyambutnya.

"Saya bisa sendiri," Aku pun keluar dari mobil dan menatap gedung tinggi di hadapanku ini yang ternyata adalah Apartemen. "Apakah ini Apartemen Anda?"

"Yeah ini Apartemenku." balas Dirut Ali lalu menarik tanganku begitu saja.

"Kenapa kita kemari?" tanyaku bingung.

Dirut Ali tidak membalas pertanyaanku, tapi dia mengangguk pada satpam dan Resepsionis yang ada di loby. Kini aku dan Dirut Ali sudah ada di dalam lift menuju lantai paling atas gedung Apartemen ini.

Bagaimana aku bisa tidak tau bila ada Apartemen yang cukup dekat dengan kantor ini, perjalanan kemari hanya membutuhkan waktu kira kira lima belas menit sampai dua puluh menit. Sementara tempat tinggalku dengan kantor perjalanan sekitar setengah jam atau kadang pun juga lebih.

"Kau memikirkan apa?" tanya Dirut Ali dan membuatku tersadar dari lamunanku bila saat ini telah sampai di depan pintu Apartemennya.

Kapan lift sampai dan kami keluar lift? Apakah aku terlalu banyak melamun sehingga tidak sadar aku sudah sampai sejauh ini?

Godaan Sebelum MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang