9, Ali si Penguntit

307 46 5
                                    

[ SEMBILAN ]

Prilly menghubungi Jovian dan mereka berjanji akan bertemu di restoran biasa tempat mereka makan. Naufal's Restauran, tidak mahal dan tidak juga terlalu murah. Cocok untuk nongkrong pasangan seperti Jovian dan Prilly.

Prilly menggunakan taksi menuju restoran itu karena tidak mungkin bila harus menunggu bus. Sampainya di tempat tujuan, Prilly langsung membayar taksi dan segera turun dari taksi.

Prilly melangkah masuk kedalam restoran itu dan melihat Jovian sudah duduk manis di tempat biasanya dengan dua minuman di depannya.

"Kau sudah lama?" tanya Prilly basa basi.

Jovian yang melihat Prilly datang langsung bangkit dari bangkunya dan menyambut wanita itu dalam pelukannya.

"Aku baru saja tiba, liat kopiku masih panas."

Jovian melepaskan pelukannya dan menunjuk kopi di atas meja yang masih mengeluarkan asap.

Prilly duduk di bangku sebelah Jovian dan meminum jus Alpukat dingin yang kesukaannya yang selalu Jovian pesankan lebih dulu bila pria itu yang datang duluan.

"Ada apa, kau memintaku bertemu di jam kerja pasti ada hal penting yang ingin kau bicarakan?" tanya Jovian langsung.

Prilly tersenyum getir. "Siang ini kau dari mana?"

Jovian menatap Prilly cukup lama sebelum berkata jujur. "Aku siang ini bertemu dengan wanita pilihan Mama... Maafkan aku Prilly, karena selama ini aku tidak jujur padamu... Aku mencintaimu dan tidak mau kehilanganmu, tapi Mama sampai sekarang masih belum merestui kita." lirih Jovian.

Prilly menatap Jovian dengan nanar. "Apakah Mamamu bisa merestui kita?"

"Itu pasti sayang." ucap Jovian yakin.

"Tapi kapan? ini sudah lima tahun dan Mamamu masih belum merestui kita."

Prilly menunduk untuk menyembunyikan wajahnya dari Jovian karena air matanya tiba-tiba mengalir dengan sendirinya.

Prilly mencintai Jovian dan takut kehilangan pria itu begitu saja.

Jovian meraih wajah Prilly dan menatapnya sendu. "Jangan menangis, percayalah padaku bahwa kita pasti akan menikah secepatnya." ucap Jovian lalu membawa Prilly kedalam pelukannya.

Disisi lain, Ali tengah menatap Jovian dan Prilly dari bangku yang tidak jauh dari mereka dengan tatapan kesal. Entah bagaimana tadi pria itu tiba tiba saja berhasil mengikuti Prilly sampai restoran tempat janjian pasangan kekasih itu.

Ali berkomentar bahwa tempat ketemuan mereka itu terlalu murah, bukannya Ali bermaksud menghina. Tapi di restoran itu bahkan satu gelas kopi hanya lima belas ribu rupiah, sedangkan tempat yang biasa Ali datangi untuk satu gelas air putih saja bisa lima puluh ribu rupiah.

"Untuk apa Prilly mempertahankan pria miskin itu, lebih baik juga aku yang kaya raya ini." cibir Ali sombong.

"Makan saja di tempat murahan begini?"

"Aku menyesal karena telah menasihatinya tadi, harusnya aku berkata bahwa Prilly lebih baik meninggalkan pria kere itu."

Ali tidak henti hentinya berkomentar buruk untuk Jovian, pria itu semakin kesal karena Jovian terlalu lama memeluk Prilly.

"Yeah seharusnya aku tidak mengizinkan dia bertemu tadi." dumelnya kesal sendiri.

Padahal seharusnya Ali tidak boleh kesal karena mereka tidak punya hubungan apa pun selain Bos dan Karyawan.

Sementara di kantor Yogi kebingungan menghadapi Jasmine yang tiba-tiba datang dan marah marah marah padanya tanpa sebab.

"Kau bagaimana sih sebagai Sekretaris seharusnya tau dimana atasanmu!" ucap Jasmine melotot kesal pada Yogi.

Godaan Sebelum MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang