1. Madinah Al-Munawwarah

1.6K 155 303
                                    

بسم الله الرمن الرحيم

Ramaikan dengan komen di paragraf ya biar makin semangat up >o<

Yuk, bismillah!

Yuk, bismillah!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Madinah Al-Munawwarah, 2023.

Masjid Nabawi tampak ramai seperti biasa pagi ini. Di antara keramaian itu ada seorang lelaki berjubah putih tengah duduk bersila sambil merenung dekat dengan tiang yang menjulang tinggi. Terdapat kubah hijau yang berada di sebelah tenggara masjid.

"Alhamdulillah, saya udah diijinkan menginjak Arab Saudi kesekian kali. Waktu saya kecil, saya umroh bersama Abi, Bunda, dan kembaran saya. Lalu ketika saya remaja, saya dapat kesempatan untuk ikut perlombaan Musabaqah Hifdzil Qur'an dari berbagai negara. Dan beranjak dewasa, saya bisa dapat beasiswa kuliah di Universitas Islam Madinah." Dia bermonolog.

Detik berikutnya, lelaki itu mengeluarkan sebuah foto dari dalam saku. Tampak ada dua orang di sana. Senyuman ia perlahan memudar. Ada sorot kerinduan yang mendalam dari kedua netranya.

"Abi, saking Abi merindukan surga, Abi pergi lebih dulu ninggalin anak-anak Abi. Faz kangen dimarahi Abi kalau salah atau sekedar diajak Abi buat salat berjamaah. Alfaaz mau merasakan itu lagi, Bi."

Pandangan Alfaaz beralih menatap Bunda tercinta dalam foto tersebut.

"Bunda, Faz juga rindu senyuman cantik, tatapan indah dan pelukan hangatmu."

"Wallahi, sampai sekarang tidak saya temukan hatimu pada wanita lain," lirih Alfaaz.

Alfaaz menyimpan kembali foto itu ke tempat semula. Kemudian menengadahkan kedua tangannya. Mulai berdoa sangat khusyu. Saking khusyu-nya, keluar buliran bening dari sudut mata Alfaaz.

Dari sekian banyak doanya, Alfaaz melangitkan yang terakhir.

"Ya Allah, hadirkanlah kepadaku seorang perempuan yang ketika aku bersamanya, seakan aku berada di surga."

"Ya Allah, hadirkanlah untuk putriku seorang lelaki yang ketika dia bersamanya, seakan dia berada di surga."

Saraf di tubuh Alfaaz menegang. Setelah mengusap wajah, Alaaz menoleh dan mendapati pria paruh baya tengah duduk di sebelahnya sambil berdoa dengan tetesan-tetesan air mata.

Tanpa Alfaaz tahu, pria itu meniru rangkaian kalimat Alfaaz.

Alfaaz beranjak untuk keluar menuju pelataran masjid. Tergores senyuman hingga menampakkan lesung pipit yang begitu manis. Karena tepat detik itu juga, payung konvertibel dibuka. Tak sedikit orang-orang di sana mengabadikan momen indah ini di Masjid Nabawi. Terlebih suasana adem dan sejuk sangat mendukung.

Alfaaz Al-MumtazTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang