9. Ada Rasa

818 79 70
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

***

"Mau bicara apa?" tanya Alfaaz sopan.

Kamila melirik ke sekitarnya membuat Alfaaz menunggu. Ia berdeham lantas berujar, "Batalin perjodohan ini."

"Maksud kamu?"

"Ck, gue gak mau kita jadi dijodohin. Emang lo ganteng tapi gue gak suka karena lo cowok alim," Kamila menjeda sebentar kalimatnya, sementara Alfaaz cukup tersentak mendengar cara berbicara perempuan di hadapannya ini yang memakai lo-gue. Tampangnya pun tampak tak bersahabat.

Kamila melipat kedua tangannya di depan dada. Menatap tajam Alfaaz tanpa menundukkan pandangannya. Jelas Alfaaz tidak nyaman.

"Lo tau gak? Selama ini gue gak tinggal sama bokap."

"Tau."

"Bagus. Jadi lo harus tau kalo gue itu cewek bandel juga tomboy. Suka keluyuran sama temen-temen cowok. Nggak ada akhlak. Gak suka pake hijab. Pakaian yang gue pake sekarang ini itu cuma sebatas formalitas. Gue juga suka motor-motoran. Yakin lo mau nikah sama cewek kayak gue?"

Alfaaz tidak bisa berkata sepatah kata pun. Ia masih mencari-cari kalimat yang tepat yang tidak akan menyinggung atau menyakiti perasaan Kamila.

Sebenarnya bisa saja Alfaaz mengatakan kalau dirinya akan berusaha membimbing perempuan itu ke jalan yang lebih baik jika mereka berdua benar-benar akan menikah nanti.

Sayangnya, lisan Alfaaz enggan mengutarakannya. Terlalu sulit untuk ia menerima kenyataan ini.

"Saya gak bisa batalin."

"Maksud lo?!"

"Kecuali kamu."

Kamila mengangkat jari telunjuknya dan menunjuk dirinya sendiri bingung. "Gue?"

"Iya."

"Maksudnya lo mau gue yang ngomong ke bokap dan Buya buat batalin perjodohan kita?"

"Begitu maksud saya."

Di saat keduanya belum selesai berbincang, dari kejauhan Alfaaz tak sengaja melihat Syanaz yang akan meninggalkan tempat ini. Sampai-sampai Kamila harus melambai-lambaikan tangannya ke depan wajah Alfaaz, baru kemudian lelaki itu tersadar.

"Lo suka sama Syanaz?"

Alfaaz mengernyit. "Kamu kenal dia?"

Bukannya menjawab, Kamila malah menarik salah satu sudut bibirnya. Kamila bisa menebak dari cara Alfaaz memperhatikan Syanaz. Dan Syanaz juga sempat tertangkap sedang memperhatikan Alfaaz olehnya tadi. Bisa Kamila pastikan kalau di antara keduanya sama-sama ada rasa.

Yang membuat Kamila tersenyum penuh makna ialah, apa ini bisa menjadi kesempatan dirinya untuk menyakiti Syanaz? Perempuan yang senantiasa dibangga-banggakan oleh ayah tirinya, Hisyam.

"Gue salah, ya? Mungkin lebih tepat kalo kalian sama-sama suka. Atau cinta?"

"Saya gak paham arah pembicaraan kamu kemana," sahut Alfaaz dingin.

"Eh, Faz, kayaknya gue gak akan batalin perjodohan kita deh. Gue berubah pikiran."

***

Keesokan harinya, Aqil dan Syanaz mengunjungi Pesantren Khulafaur Rasyidin. Untuk sekarang tujuannya berbeda. Aqil akan les bersama Alfaaz. Ditemani Syanaz.

Tidak usah ditanya bagaimana Aqil mampu berhasil mengajak Syanaz ke sana. Lelaki berusia remaja itu harus rela guling-guling di lantai agar Syanaz risih. Terbukti cara itu membuat Syanaz akhirnya mengalah dan mengiakan ajakan adik tengilnya tersebut.

Alfaaz Al-MumtazTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang