12. Beda Iman

789 83 33
                                    

بســـم الله الرحمن الرحيم

Makasih banyak yang aktif vote dan komen di setiap part-nya, BIKIN SEMANGAD. Maap nih update part 12 lama soalnya banyak kendala buat ngetik T_T

***

"Naura Syanaz lulus dengan IPK 3.99 Fakultas Psikologi serta mendapatkan gelar cumlaude. Putri pertama dari Bapak Ahmad Hisyam Abrisam dan Almarhumah Ibu Sarah Hanindiya. Syanaz ialah salah satu dari tiga mahasiswi terbaik di angkatannya."

Dengan senyuman merekah dan mata berbinar-binar, Syanaz bangkit lantas melangkah dengan anggun menuju atas panggung untuk menerima penghargaan. Menghampiri Rektor dan sang Dosen. Usai sudah ia meraih gelar sarjana.

Ada alasan dibalik dirinya memilih fakultas psikologi. Nyatanya, menempuh pendidikan sarjana bukanlah waktu yang sebentar jika hanya untuk mendapatkan gelar. Maka dari itu, Syanaz mempunyai niat mulia ingin belajar di jurusan pilihannya tersebut.

Selepas acara wisuda selesai, tentu saja dua orang yang amat perempuan itu sayangi menyambutnya di luar sana. Hisyam memeluknya penuh haru, mengulurkan buket bunga chamomile kesukaannya. Juga Aqil yang mengepalkan tangan untuk mengajak Syanaz tos ria.

"Buruan fotoin gue sama Ayah," titah Syanaz yang membuat Aqil mendelik.

"Terus gue gimana?" ketus Aqil.

"Ya gak gimana-gimana."

Syanaz terkekeh kecil melihat raut Aqil yang berubah masam. "Ya udah, nanti Kakak minta tolong sama yang lain," lanjutnya.

"Eh, tunggu-tunggu."

Belum sempat melenggang, Hisyam buru-buru mencegah Syanaz hingga Syanaz menoleh sambil mengangkat kedua alisnya bertanya.

"Ada apa, Yah?"

"Tunggu seseorang dulu. Biar kita foto berempat."

***

Alfaaz menghela napas berat menatap ban belakang mobil milik sang Abi kempes. Ia berkacak pinggang sambil memikirkan kenapa bisa kempes. Lelaki itu mengedarkan pandangan. Tidak ada satu pun santriwan karena mereka tengah belajar di madrasah.

Tanpa Alfaaz sadari, ada seorang perempuan yang tengah bersembunyi dibalik tembok dengan senyum licik di wajahnya. "Gue gak akan biarin  lo ketemu sama si Syanaz. Cewek itu gak boleh bahagia. Cukup bokap tiri gue yang banggain dia. Lo gak boleh. Gue gak mau Syanaz bahagia dengan dia dikelilingi orang-orang yang sayang sama dia."

"Mba-nya lagi ngapain di sini?"

Kamila terperanjat. Pak Satpam menatapnya curiga membuat ia gelagapan. Masalahnya saat Kamila masuk ke dalam area pesantren, dirinya melakukan secara diam-diam. Ditambah lagi pakaian yang digunakannya tidak bisa dikatakan bahwa ia wali santri atau tamu ndalem.

"I-itu..."

Kamila mengernyit bingung ketika Pak Satpam tersenyum dan menunduk singkat, kemudian berlalu begitu saja. Ia menoleh ke belakang, menemukan Alfaaz di sana.

"Helo, my fiance," sapa Kamila diimut-imutkan.

Alfaaz menghela pelan. "Tolong, jangan panggil saya dengan panggilan itu. Kita baru kenal, belum sampai khitbah apalagi menikah."

"Bodo amat."

"Apa tujuan kamu kempesin ban mobil saya?"

"Hah? Lo nuduh gue?" Tentu saja Kamila beralasan.

"Saya gak nuduh. Buktinya, di tangan kamu ada paku. Sama persis dengan yang ada di bawah mobil saya. Bukannya itu punya kamu?"

Kamila mengepalkan kedua tangannya kesal. "POKOKNYA LO GAK BOLEH KETEMU SAMA SYANAZ!" teriaknya.

Alfaaz Al-MumtazTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang