[ 21.] Kehidupan Sosok Kimia

828 113 13
                                    

Happy reading ◉‿◉

✯✯✯


Jalanan ibu kota yang dipenuhi oleh berbagai macam kendaraan yang berlalu lalang. Setiap hari bahkan setiap jam, jalan raya tidak akan pernah sepi.

Jam telah menunjukkan pukul 7 lewat 15 menit. Dibalik helm full face nya, si pengendara kembali menarik gas kendaraan beroda dua tersebut.

Menaikkan kembali kecepatan motor nya. Menyalip semua kendaraan yang ada didepannya.

Hanya satu tujuan Magnesium kali ini, yaitu rumah. Setelah tadi menerima pesan dari seseorang, cowok itu bergegas untuk segera pulang.

Brumm brumm

Magnesium menghembuskan napasnya pelan ketika berhasil melewati lampu merah. Cowok itu baru saja menerobos nya. Sebagian dari pengendara juga meneriaki dan mengumpati cowok itu. Tapi Magnesium tidak peduli, sekarang yang ia pikirkan hanya ingin bertemu dia.

Cittt... Brakk...

"Shit," umpatnya ketika merasakan nyeri yang menyerang pada tubuhnya. Kakinya tertimpa oleh motor, dengan tangan yang menjadi tumpuan.

Semua penumpang berteriak kaget ketika tiba-tiba bus yang mereka tumpangi ngerem mendadak. Kompak tubuh mereka terpanting kedepan. Sebagian nya meringis ketika kepalanya terketuk pada kursi penumpang lain.

"Pak, ada apa?"

"Itu neng, ada motor nyalip dari belakang. Kayaknya jatoh dah," tutur si sopir bus menatap gelisah. Si bapak menghela napasnya gusar, ini bukan salahnya. Karena tadi dengan tiba-tiba si pengendara menyalip kedepannya.

Gadis yang baru saja bertanya tadi segera turun ketika bus berhenti di pinggir jalan. Kakinya melangkah mendekati si pengendara motor yang tergeletak diaspal.

"Lo, nggak ap-- Magnesium," seru Sele terkejut melihat si pengendara membuka helm nya. Wajah datar nya nampak meringis.

Dengan insting cepatnya, si gadis segera membantu mengangkat motor besar tersebut dengan hati-hati. Setelah motor itu berdiri, Sele menghampiri cowok yang masih duduk di aspal tersebut.

"Sini." Tangannya berniat meraih tubuh Magnesium untuk membantu. Tetapi, cowok itu malah menjauhkan diri.

"Gue bisa sendiri," sergah cowok itu dengan dingin. Magnesium bergerak untuk berdiri dengan sangat lambat, sembari menahan rasa sakit di sebelah kakinya. Namun, beberapa detik kemudian kembali terjatuh.

"Ngeyel deh, ditolongin juga gengsi nya gede banget," decak gadis itu kembali meraih sebelah tangannya. Menaruhnya pada bahu gadis itu, kemudian memapah Magnesium ke halte bis terdekat. Membawa nya duduk pada kursi disana.

"Kita kerumah sakit aja, kayaknya kaki lo parah," ujar Selenium melirik kaki kiri cowok itu yang sulit bergerak. Bibirnya meringis ikut menahan sakit, membayangkan jika itu terjadi pada dirinya. Kemarin saya hanya karena goresan batu, membuat kepalanya berdenyut nyeri.

Setelah aksi adu mulut yang cukup lama, akhirnya cowok gondrong itu mau dibawa kerumah sakit. Dengan ancaman, jika Selenium tidak akan mengantarkan pulang. Walaupun terdengar cukup kejam, tapi nyatanya Magnesium menurut.

Bus yang tadi ditumpangi oleh gadis itu sudah pergi, kembali membawa para penumpang didalam. Bapak sopir sempat menawarkan bantuan pada mereka, tentu di tolak mentah-mentah oleh si pemilik motor. Dengan begitu, Selenium merasa tidak enak hati, lantas segera meminta maaf pada si sopir.

"Ini rumah lo," kata Selenium setelah mematikan motor yang ia kendarai. Gadis itu perlahan turun, kemudian segera memegang tangan Magnesium.
Kembali berjalan memapahnya dengan hati-hati.

Helium High School [HHS]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang