Happy reading ◉‿◉
✯✯✯
Senyuman manis yang begitu lebar tercepat jelas pada bibir merah muda nya. Entah sudah berapa lama, bibirnya tiada henti melemparkan senyuman pada setiap orang yang melewati dirinya.
Hingga kini kakinya berhenti melangkah ketika seseorang berdiri dihadapannya.
"Rubi," sapa orang yang berada dihadapannya. Setelah tadi beberapa detik senyumnya menghilang. Gadis itu kembali menarik sudut bibirnya.
"Ada apa ya, Pak?"
"Saya mau minta tolong. Bisa tolong kamu berikan, ini pada Berilium." Mata gadis itu melirik sebuah tumpukan kertas yang di sodorkan kearahnya.
"Bisa pak, tapi memang nya ini apa?" tanya gadis itu pada pria dewasa yang sekarang tersenyum tipis padanya.
"Konsekuensi, untuk Berilium Alkana." Pak Mikel mengisyaratkan pada gadis itu untuk segera meraihnya. Dengan cepat Rubi mengambil tumpukan kertas itu. Kerutan jelas terlihat pada kening nya.
"Beberapa hari lalu, anak itu bolos. Dan kamu tau kan selanjutnya apa?" ujar guru muda itu menaikan alisnya.
Setelah beberapa detik, gadis itu mengangguk paham. Astaga, Rubi baru menyadarinya. Ini termasuk peraturan nomor 3.
Gadis itu kemudian berpamitan pada Pak Mikel, bahwa ia akan segera memberikan nya pada Beri. Karena Rubi juga sekalian akan mengajak Selenium untuk ke kantin.
Ya, gadis itu baru saja kembali dari toilet tadi.
Kakinya melangkah memasuki kelasnya. Mendapati sosok pemuda yang ia cari. Senyumnya kembali terbit, mengingat kejadian tadi pagi sebelum masuk waktu pembelajaran. Rubi tidak pernah mengira, ia bisa menyentuh tangannya. Apalagi ketika, Selenium menyuruh gadis itu untuk mengobati Beri.
Yang Rubi tau, biasanya jika cowok itu terluka, sudah pasti yang mengobati luka nya selalu Selenium.
"Beri, ini tugas dari Pak Mikel. Kayaknya semua mapel juga ada," ucap gadis berambut sebahu itu, menyodorkan lembaran kertas ditangannya.
"Iya, thanks. Sorry ngerepotin lo."
"Nggak apa, aku juga sekalian mau ke Sele," balas Rubi tersenyum manis.
"Dia dapet hukuman, ya?" Tiba-tiba suara lembut dengan nada judes nya terdengar. Keduanya menoleh kearah gadis yang berdiri dengan melipat kedua tangannya. "Gue udah bilang, jangan bolos."
Terlihat Beri di kursinya terkekeh pelan.
"Ciee, khawatir banget sama gue," kata cowok itu mengkerlingkan matanya kearah Selenium. Membuat gadis berbandana ungu itu berdecih pelan.
Rubi yang berdiri disamping Selenium mengerutkan keningnya penasaran. Sebenarnya mereka mempunyai hubungan apa selain sahabat? Kenapa begitu terlihat, lengket.
"Gue mau ngomongin sesuatu sama kalian, besok kalian bis kerumah gue," ujar gadis berbandana tersebut. Sebelum kemudian kakinya melangkah mengajak Rubi untuk pergi ke kantin. Setelah tadi meminta tolong pada Beri, untuk menyampaikan pada cowok dingin soal ucapan nya tadi.
Kedua gadis itu berjalan beriringan dikoridor yang membawa mereka menuju kantin.
Rubi sesekali melirik kearah gadis disampingnya, yang sejak tadi hanya menatap lurus kedepan. Bahkan saat ada beberapa orang yang menyapa, tak di pedulikan oleh nya.
"Sel, aku boleh tanya?" Selenium menoleh sebentar, kepalanya mengangguk mengiyakan.
"Aku penasaran, kamu ada hubungan lain selain sahabat, sama Berilium?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Helium High School [HHS]✓
Ficção Adolescente#SERIES SEKOLAH MISTERI [SMA Batavia] Series ke 2, baca!! Helium High School "Tak berwarna, tak berbau, tak berasa dan tak beracun." Aturan adalah perintah yang harus dipatuhi dalam sebuah lingkar perjanjian yang sudah di sepakati. Kalian masuk HHS...