Chapter 04.
"Let's take a break for a while," he said....
Malam ini tepat jam sembilan lebih tidak pasti berapa Taehyung duduk tenang di atas kursi menghadap buku-buku besar yang terbuka dengan coretan yang ia sudah tandai karena dianggap sebagai kalimat penting. Rambut disanggul dan beberapa helai jatuh turun disamping telinga, tak lupa kacamata anti radiasi yang dia pakai di atas hidungnya. Suasana kamar sengaja dibuat gelap selain cahaya lampu di atas meja dan sinar leptop yang juga hidup menampilkan catatan pelajaran yang sudah Taehyung kumpulkan dalam seminggu sebagai bahan belajar menghadapi ujian tengah semester.
Taehyung ingin belajar dan menikmati waktu sekarang dengan tenang, sampai sengaja memainkan musik-musik klasik dan instrumental diponsel sebagai teman agar dia tidak terbawa stress dan tertekan. Tetapi suasana senyaman ini tak mampu membuat dia bisa berpikir jernih saat sambungan telpon dan teror pesan yang Jeongguk berikan. Lelaki ini tidak akan diam sebelum dirinya mau meladeni.
"Ya sudah kapan kamu bisa ditemui?!"
Taehyung berdecih mendengar pertanyaan dengan penuh tekanan seperti itu. "Lah kok marah?"
"Siapa yang marah?"
"Kamu."
"Kak." Jeongguk tak senang. "Yang benar kalau memanggil."
"Kamu marah-marah nggak jelas. Udah aku bilang kan kalau dua minggu kedepan aku nggak bisa diganggu karena sibuk persiapan ujian. Kamu ngerti dong kalau pacarnya juga lagi sekolah. Memangnya aku mau kita jauh-jauhan? Kamu harusnya lebih paham dan kasih space aku buat fokus buat urusan pendidikan yang lebih penting dari kita ketemuan." Taehyung meledak ditelpon. Matanya menyipit sinis dan semangat dia membuka buku kini menurun hampir habis karena emosinya yang meradang. Ini tak bisa dibiarkan sebelum dirinya secepat mungkin menghentikan panggilan.
"Aku di sini juga nggak lagi leha-leha atau main habisin waktu nggak jelas. Aku belajar. Sekarang aja yang lagi dipegang buku, bukan ponsel. Kalau bukan karena takut kamu neror dari pagi juga udah aku matiin ini ponsel."
"Kakak. Tidak pernah saya mengajarkan kamu memanggil dengan sebutan tidak sopan seperti itu."
"Tahu." Taehyung ketus.
"Sore atau malamnya masih tidak bisa? Sebentar saja saya antar atau jemput sekolah tidak bisa?"
"Nggak kak. Jam enam aku berangkat tapi kakak kan masuk kantor jam delapan. Pulang sekolah aku nggak langsung ke rumah tapi study group sama temen-temen kita belajar bareng. Ayah udah izinin dan tahu aku pulang telat karena persiapan ujian. Dan aku mau kakak ngerti soal ini. Aku harus kesampingin urusan apapun buat menunjang penilaian. Ini penting buat materi aku tembus universitas kalau udah lulus nanti."
"Bahasa Inggris atau mandarin kamu bisa belajar dengan saya kan sayang."
"Bisa, tapi akunya yang nggak mau. Belajar itu enaknya sama temen karena kita punya struggle yang sama, susah yang sama, dan tujuan yang sama yang mau dicapai itu apa. Kakak aku mohon jangan ganggu dulu. Jangan rewel dulu. Pokoknya biarin aku mandiri dulu dan kasih pesan sewajarnya. Kalau aku nggak sibuk aku bales. Kalau aku luang aku bales. Lagian aku juga nggak ke mana-mana di rumah, sekolah, atau diluar belajar sama temen."
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary the Jungie Family; How did This Family Begin?
Fanfiction"ᵀʰᵃⁿᵏ ʸᵒᵘ ᶠᵒʳ ᵇᵉⁱⁿᵍ ᵃ ᶜʰᵉʳⁱˢʰᵉᵈ ᶜʰᵃᵖᵗᵉʳ ⁱⁿ ᵐʸ ʲᵒᵘʳⁿᵉʸ, ᵃⁿᵈ ᵗʰᵃⁿᵏ ʸᵒᵘ ᶠᵒʳ ᵍʳᵃᶜⁱᵒᵘˢˡʸ ⁱⁿᶜˡᵘᵈⁱⁿᵍ ᵐᵉ ⁱⁿ ᵗʰᵉ ᵇᵉᵃᵘᵗⁱᶠᵘˡ ˢᵗᵒʳʸ ᵒᶠ ʸᵒᵘʳˢ." *** 19 tahun usianya kala itu saat desakan keluarga dan keadaan mengharuskannya untuk pergi dari rumah dan mempertang...