Chapter 16.
New home, new life.
Tag; blow-job+++...
“Jadi ini rumahnya?”
“Iya, bagus tidak? Sengaja saya pilih di perumahan ini karena sisi samping kanan kiri kita juga ada yang sudah mengisi. Saat saya tinggal bekerja kamu bisa menyapa tetangga atau mereka mungkin yang menyapa kita lebih dulu saat berpapasan di jalan.”
Sejak diterima baik dikeluarga kembali tidak lama Jeongguk bilang bahwa mereka bisa melakukan pindahan ke hunian yang jauh lebih besar dan pastinya nyaman. Bukan lagi apartemen disamping jalan raya yang bising melainkan disebuah komplek rumah yang asri, hijau dan tentunya segar. Damai pula karena di sini hening dan ketenangannya terjamin meski tetangga samping kanan kiri juga tak terlewatkan bilamana mereka ingin tanggung jawab sosialisasi itu tidak hilang. Dua minggu tinggal di rumah ibu Jane dan Jeongguk sudah mulai teliti mencari brosur yang menawarkan pembelian rumah dengan pertimbangan plus minusnya. Tak masalah jika harus lebih mahal dari yang lain asal jaminan keluarga bisa hidup tentram itu yang paling utama.
“Aku sih ikut mas aja mau di mana. Toh apartemen kita juga udah mencukupi banget buat kita bertiga tinggal. Sekarang apartnya hilang karena mas beli rumah.”
“Ini bukan kemauan tapi kewajiban untuk memfasilitasi kamu dan adik agar tinggal di tempat paling baik dan nyaman. Apartemen kita masih layak pakai tapi memiliki rumah akan lebih menguntungkan sebagai investasi masa depan. Untuk kamu, untuk adik Jungie juga untuk keluarga kita bilamana ingin bertamu dalam jumlah besar kita bisa menampung.” Jeongguk bicara panjang dengan Junghyung anteng dalam gendongan. Lucunya kini mereka berdua berdiri menghadap rumah dan bicara di sana tanpa ada niatan masuk kedalam selepas turun dari mobil. Junghyung juga tenang dan tidak merengek ingin kembali pergi atau segera masuk kedalam rumah barunya.
“Padahal aku nggak bilang apa-apa takut ngebebanin mas.”
“Tidak ada yang beban. Toh saya juga tinggal di sini bersama kalian dan itu berarti saya juga memenuhi kebutuhan saya sendiri. Kamu tidak usah merasa tidak enakan seperti itu jadinya.”
“Makasih ya. Akunya disenengin terus.” Taehyung rangkul satu lengan tangan suaminya yang bebas.
“Syukur kalau kamu senang. Sekarang kita lihat-lihat isinya didalam kamu pasti akan semakin suka. Saya sih sudah hapal semua sejak pertama ditawarkan rumah ini.”
“Ada berapa kamar?”
“Lima. Tiga di atas sama dua dibawah. Sekarang mau difokuskan dulu dengan isi kamar utama yang akan kita gunakan. Luasnya lebih besar dari keempat kamar lain bisa kita tiduri bertiga dengan adik Jungie.”
“Iya.”
“Ma.” Junghyung baru bersuara. Tangan kecilnya melayang meraih bahu dan menarik baju si buna meminta untuk mendekat. “Mamama.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary the Jungie Family; How did This Family Begin?
Fanfiction"ᵀʰᵃⁿᵏ ʸᵒᵘ ᶠᵒʳ ᵇᵉⁱⁿᵍ ᵃ ᶜʰᵉʳⁱˢʰᵉᵈ ᶜʰᵃᵖᵗᵉʳ ⁱⁿ ᵐʸ ʲᵒᵘʳⁿᵉʸ, ᵃⁿᵈ ᵗʰᵃⁿᵏ ʸᵒᵘ ᶠᵒʳ ᵍʳᵃᶜⁱᵒᵘˢˡʸ ⁱⁿᶜˡᵘᵈⁱⁿᵍ ᵐᵉ ⁱⁿ ᵗʰᵉ ᵇᵉᵃᵘᵗⁱᶠᵘˡ ˢᵗᵒʳʸ ᵒᶠ ʸᵒᵘʳˢ." *** 19 tahun usianya kala itu saat desakan keluarga dan keadaan mengharuskannya untuk pergi dari rumah dan mempertang...