-chapter 20 [S2]

206 29 10
                                    

Chapter 20

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 20.
One of our moments that will never be forgotten (2)

...

"Kamu itu kenapa sih? Menurut kamu bagus bersikap dingin dan tidak acuh kepada suamimu? Kamu juga seolah menjauhkan anak-anak dengan saya. Setiap saat setiap detik tidak henti-hentinya saya dipusingkan dengan masalah yang kamu buat sendiri." Jeongguk langsung meluapkan isi kepalanya begitu ia merasa kehilangan sabar menyikapi Taehyung yang menurutnya kembali berubah-ubah seperti ini.

Dia tak ekspresif biasanya justru lebih banyak diam dan bicara sedikit-sedikit. Tadinya Jeongguk tak mau banyak memusingkan itu karena satu atau dua hari kedepan Taehyung juga pasti kembali normal. Tapi sudah berlanjut satu bulan keadaan rumah ini tetap saja berjalan stagnan. Belum masalah mereka berdua yang entah jelas dan salahnya di mana, Taehyung malah sengaja memperkeruh dengan menyampingkan menarik anak-anak saat sedang bersama ayahnya, pikir Jeongguk. Sulit sekali menghabiskan waktu bersama Junghyung dan Taejung yang juga terasa jauh dari jangkauan meski keduanya ada di rumah yang sama.

Sekarang Taehyung dan Jeongguk bicara berdua di ruang tamu sedang anak-anak dibawa ke atas agar mereka bisa bicara dengan leluasa terkait dengan permasalahan ini. Tentu tidak berdua melainkan ada bibi yang menjaga juga yang menahan agar anak-anak tidak cepat-cepat ingin turun kebawah mencari orang tuanya.

Keadaan sedang genting dan bibi tahu bahwa waktu berdua untuk bicara tanpa gangguan atau interupsi dari siapapun itu penting meski dari anak sendiri. Khawatirnya Junghyung yang mendengar dan lebih paham apa yang dibicarakan orang tuanya akan salah paham dan berpikir yang tidak-tidak. Masalahnya akan semakin panjang dan melebar.

"Kalau begitu nggak usah sok belajar buat ngerti. Aku jelasin pun mas nggak akan paham. Mas nggak pernah tahu sebetulnya apa yang aku mau dan aku senang jalanin." Taehyung menepuk dadanya keras-keras. "Limpahkan semua tanggung jawab isi rumah dan anak-anak sama aku dan urus pekerjaan mas yang nggak ada habisnya itu."

"Memang tidak pernah diajarkan sopan santun membuat kamu seenaknya bicara seperti itu! Turunkan nada bicaramu lebih rendah saat bicara dengan suami. Kamu tidak berteriak pun saya masih jelas mendengar." Jeongguk marah di posisinya. Bicara sinis pun ia tak suka belum melihat Taehyung yang meledak-ledak seperti itu juga membuat terpancing untuk mendidih.

Taehyung melemaskan bahu dan memijat dahinya dengan dua jari. "Aku capek tahu mas. Aku capek sama keadaan dan hidupku yang berjalan sangat datar dan menekan ini."

"Maksudmu dengan capek? Memangnya ada yang membuat kamu capek selama tinggal di rumah ini. Kalau capek itu ada maka saya yang lebih pantas mengatakan itu. Kamu jauh lebih banyak sering mendapat manjaan dibanding saya yang selalu dituntut untuk terus mengertikan sifat berubah-ubahmu itu."

“Jadi menurut mas aku nggak pantas buat capek? Dengar ini mas udah berapakali rasanya nggak kehitung aku iri sama kehidupan orang-orang disekelilingku? Mereka baru aja mulai hidup berumah tangga setelah puas nikmatin masa muda yang dipenuhi dengan kehidupan senang-senang diusia awal 20. Bisa kuliah di jurusan yang dimau, pergi liburan sana sini dengan bebas, punya pengalaman banyak sampai cerita sama temen nggak ada habisnya.”

Diary the Jungie Family; How did This Family Begin?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang