Happy Reading
Sorry, part ini agak ngasal.
.
.
.
Hari ini Alan menyempatkan dirinya untuk pulang ke rumah Papanya. Mengingat ia tinggal di apartemen karena jarak sekolah yang lebih dekat. Selain itu, Alan ingin mandiri, tak mau merepotkan banyak orang, walaupun Raga mungkin merasa kerepotan dengannya.
"Gimana sekolahnya?" tanya Audi saat melihat anak tunggalnya.
"Baik, Ma."
"Masih sama, Lisa?" tanya Audi hati-hati.
"Masih." Alan menjawab dengan tenang dan tanpa ekspresi.
"Maaf, ya Alan."
"Mama gak salah, Alan juga gak kenapa-napa."
"Kasih tau Mama kalau kamu mau nyerah, ya." Audi mengelus bahu anaknya.
"Iya, Ma."
"Raga apa kabar?"
Alan mengendikkan bahu, "Gak tau. Gak ada kabar. Mungkin hilang dari bumi?" Alan menjawab asal. Sedikit kesal mendengar nama Raga di sebut.
"Heh, gak boleh ngomong gitu." Audi melotot pada Alan. Dengan santainya Alan berkata demikian.
"Bentar ajak Raga sama Lisa. Kita acara kecil-kecilan. Mumpung Papa ada waktu." Alan berdehem pelan.
"Mau kemana? Sekarang antar Mama belanja." Niat awal Alan yang ingin kekamar untuk tidur tertunda. Tetapi lelaki itu tetap menuju kamarnya, mengambil jaket dan kunci mobil.
"Tunggu bentar, Ma."
.
.
.
"Njir, tinggi amat buset." Perempuan sedari tadi mendumel tak jelas.
"Perasaan gue mah gak se-pendek itu ya," dumelnya tak jelas.
"Lah anjir, ngapain sih taronya di atas gini."
"Gak laku baru tau rasa lo." Kesalnya menunjuk rentetan mie instan yang berada di rak paling atas.
Melompat adalah jalan ninjanya. Dengan mengambil ancang-ancang, gadis itu segera melompat. Bukannya sampai, badan perempuan itu malah oleng kesamping.
"AAA-"
"Alhamdulillah ya Allah." Perempuan itu mengelus dadanya. Untung ia tidak jatuh dan mengacaukan toko ini.
"Maka-"
"Ehh sepupet, makasih banyak brader. Untung lo ada, hampir gue ganti rugi." Rahel dengan santai menabok lengan lelaki datar di depannya. Perempuan itu memakai jeans dengan sweater kebesaran berwarna denim. Jangan lupakan ciri khasnya, rambut di kuncir dengan poni yang terbelah dan gelang hitam di pergelangan tangannya.
"Mau yang mana?"
"Peka banget lo. Itu tuh, yang bungkus hitam." Alan mengulurkan tangan mengambil tiga bungkus mie instan dengan kemasan hitam itu.
"Cukup."
"Yah, gak asik. Tambah lima lagi." Rahel menaik turunkan alisnya.
"Oke, gak ada."
"Fine! Tiga!" putusnya.
Walaupun mendumel kesal, gadis itu tetap mengambil mie itu dari tangan Alan. Dia tidak tau harus bersyukur atau tidak dengan kehadiran lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALAN ARDIANSYAH ; Semesta di 2018
Teen FictionDia dan semesta di tahun indah, 2018. "Bumi, makasih untuk tahun ini. Bukan cuma tahunnya yang indah, tapi juga perempuan cantik di depan gue. Semesta, tolong jaga dia, ya?" Episode menyenangkan di tahun itu adalah bertemu dan mengenalnya. Terimakas...