6. Pernyataan Rasa

1.3K 56 0
                                    

Jangan memaksa, karena semesta tidak akan membiarkan sakit terus berlanjut. Ikhlaskan walau harus melalui air mata.

.

.

.

Sore ini Alan mengendarai motornya dengan kecepatan pelan dan tujuan yang tak menentu. Lelaki itu hanya ingin keliling menikmati udara sore hari. Vibes di sore hari memang selalu indah. Dimana sang surya yang berada di ufuk barat yang membuat suasana terasa hangat.

Alan memberhentikan motornya di area taman. Lelaki itu melihat sekelilingnya, ramai. Ada banyak pengunjung di taman ini, beberapa anak memakai sepeda listrik, beberapa pedagang kaki lima juga ramai antrian pembeli. Dari sekian banyaknya manusia di tempat itu, ada seseorang yang menarik perhatian Alan. Gadis pemilik lesung di pipi kirinya.

Lelaki itu segera turun dari motornya, menghampiri perempuan yang duduk sendirian di temani beberapa kresek belanjaannya.

"Eh, Alan. Lo sendirian aja?" tanya perempuan itu sambil terus menikmati es krim yang dibelinya.

"Sendiri."

"Oh, sini duduk." Via menggeser tubuhnya, gadis itu menepuk bangku berwarna putih yang kosong didekatnya, memberi tempat agar Alan bisa duduk.

"Ngapain?" tanya Alan.

"Yang lo liat."

"Galau." Jawab Alan membuat Via mendelik.

"Lo tuh sebenarnya nyebelin. Heran gue sama lo."

Alan hanya terkekeh, membuat Via takjub melihatnya. "Wah, es sedang senang. Baru kali ini gue perhatiin lo ketawa gitu."

Alan menggeleng pelan, "Ada-ada aja."

"Mau?" Via menawakan es krim pada laki-laki itu.

"Boleh. Tapi makannya jangan disini."

"Terus dimana?"

"Di pinggir laut, lo mau?" Ajak Alan.

Via mengangguk semangat, "Ayo, sekalian liat senja." Perempuan itu mengemasi kreseknya dengan cepat, Alan tersenyum tipis melihat antusiasnya perempuan itu.

.

.

.

"Duduk disini gak papa?"

"Ngga kok, gue gak takut kotor. Santai."

Alan mengangguk, keduanya duduk di batu yang berada di pinggir laut. Via tersenyum melihat ombak yang saling mengejar untuk sampai lebih dulu.

"Nih." Via menyodorkan satu cup es krim rasa coklat pada lelaki itu yang di terima dengan baik.

"Baru tau gue ada kalau ada tempat se bagus ini liat laut sama senja sekaligus."

"Lo suka?"

Via mengangguk, "Suka banget, apapun tentang alam gue suka. Lo sering ke sini?" gadis itu menatap wajah Alan.

"Lumayan."

"Liat deh, ombaknya semangat banget." Setelah Via berbicara, ombak itu sampai di tepi, menabrak sebuah batu yang besar, menciptakan sebuah percikan.

"Batunya tegar ya."

"Dia baik." Alan menjawab sambil menikmati es krim pemberian gadis pemilik lesung di pipi kirinya.

"Batu itu keliatannya udah sayang sama ombak, jadi biarpun di sakiti karena kerasnya kekuatan ombak, dia tetap bertahan. Karena kehadiran ombak adalah hal yang selalu dia nantikan." Via berujar.

ALAN ARDIANSYAH ; Semesta di 2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang