Meski seberat itu, tapi semoga semesta selalu mendukung.
.
.
.
Di bumi, selalu ada hal yang akan terjadi, entah pada cerita yang happy ataupun pada cerita yang pada akhirnya tidak sesuai dengan rencana, semua akan selajan. Bisa atau tidaknya seseorang melewatinya, tergantung bagaimana cara dia untuk tetap bertahan, untuk tetap bisa hidup diantara banyaknya kemungkinan-kemungkinan itu.
Semua punya cinta, tetapi beberapa dari itu perlahan hilang, redup dan tidak lagi bersisa. Entah karena masanya sudah habis, atau memang mungkin semesta yang tidak ingin lagi mendukung. Lalu bagaimana dengan cinta dari sang ibu? Perempuan pemilik lesung dipipi kirinya itu mencari ponsel miliknya, menghubungi sang Mama dalam kondisi menggigil.
Cukup lama panggilan itu berdering sebelum suara dari balik handphone itu muncul. "Kenapa, Via?"
"Mama bisa pulang sebentar kerumah?" Via sangat berharap Mamanya pulang dan menemaninya dalam kondisi seperti ini.
"Maaf, Via, Mama masih banyak pekerjaan. Mama juga ga bisa ninggalian Papa kamu." Via tersenyum kecut mendengarnya. Lihat, Mama yang dulu selalu khawatir terhadap apapun yang terjadi padanya kini sudah tidak lagi. Dimana sosok kasih sayang Mamanya yang dulu?
"Tapi, Ma, Via sendiri dan lagi ga enak badan."
"Kamu ke rumah sakit aja, Vi."
"Via cuma butuh Mama disini," Mata Via memanas. Perempuan itu butuh Mamanya, butuh pelukan dan perhatian dari wanita yang telah melahirkannya.
"Jangan egois Via, Mama disini kerja buat kamu."
"Jadi Via salah? Kemana Mama yang dulu? Kemana Mama yang khawatir banget kalau Via sakit? Kemana Mama yang gak mau ninggalin Via sendiri? Via kangen Mama yang dulu." Via berucap lirih diakhir kalimatnya.
"Ga usah bahas masa lalu Via. Udah, ya, Mama lagi sibuk, nanti Mama suruh Bibi temani kamu." Gisel, ibu kandung perempuan itu memutuskan penggilannya. Tubuh Via bergetar menahan rasa sesaknya. Ada apa dengan Mamanya itu? Dimana wanita yang penuh kasih sayang itu, yang selalu memberinya kalimat penenang, penyemangat dan selalu ada dalam segala cerita di hari-harinya?
"Papa, Mama yang dulu udah hilang." Isak tangisnya pecah. Perempuan itu memeluk boneka teddy warna coklat yang ukurannya lebih besar dari tubuhnya, pemberian sang Papa. Via merasa kepalanya memberat, perempuan itu mencoba menghubungi Syahul.
Syahrul :)
Rul, gue boleh minta tolong antar gue ke rumah sakit?
Lo sakit? Maaf Vi, gue ada urusan. Nanti gue kabari lagi.
Oh, oke Rul.
Via tersenyum masam, kenapa disaat situasi seperti ini orang-orang yang dia butuhkan sibuk dengan urusannya masing-masing?
Rahel
Hel, lo sibuk?
Nggaa, kenapa Vi?
Gue boleh minta tolong lo kerumah? Gue lagi ga enak badan, dan lagi sendiri dirumah.
Astaga, Vi, kenapa ga dari tadi lo bilang. Tunggu gue, ya, gue kesana sekarang.
"Mau kemana lo buru-buru amat." Tanya Raga heran. Mereka semua kini berada di rumah Alan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALAN ARDIANSYAH ; Semesta di 2018
Teen FictionDia dan semesta di tahun indah, 2018. "Bumi, makasih untuk tahun ini. Bukan cuma tahunnya yang indah, tapi juga perempuan cantik di depan gue. Semesta, tolong jaga dia, ya?" Episode menyenangkan di tahun itu adalah bertemu dan mengenalnya. Terimakas...