2. Seputar Rasa

1.9K 69 1
                                    

Tandai typo!
.

.

.

Alan Ardiansyah. Sosok lelaki yang terlihat dingin dan cuek di hadapan banyak orang. Tetapi kepribadian dia sebenarnya bukan itu. Lelaki itu manis dan lembut. Dia mempunyai pendirian yang kokoh. Sekali dia berkata tidak, maka tidak pernah.

Siswa yang menjabat sebagai Kapten Futsal itu disukai oleh banyak orang, bukan hanya dari parasnya, tetapi juga prestasi lelaki itu. Pernah meraih peringkat 1 se-angkatan, ketua futsal, wajah yang tampan bahkan sikap dinginnya memikat para siswi SMA 1. Lelaki itu memang memiliki pesona yang menarik.

Lelaki itu berada di bawah pohon. Menatap beberapa siswa/i yang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Matanya tak sengaja menangkap keberadaan dua orang manusia yang berbincang dengan beberapa tawa yang hadir.

Lesung pipi itu, sangat indah.

"Alan."

Alan menulikan pendengarannya. Dia tak menoleh, bahkan saat pacarnya itu duduk disampingnya.

"Alan, sebenarnya kamu itu kenapa? Aku ada salah sama kamu? Kenapa kamu ketus bahkan gak mau bicara sama aku?" Lelaki itu tak menjawab. Lisa menatapnya dengan tatapan kecewa.

"Kalau aku ada salah bilang. Aku minta maaf, aku-"

"Lo gak salah."

Lisa yang semula menunduk kini kembali menatap Alan dengan sebuah senyum. Perasaannya kini lega, ia kira Alan marah padanya.

"Beneran? Tapi kenapa chat aku gak kamu bales? Kamu sesibuk itu ya?"

"Iya."

Lisa mengangguk, dia sedikit tersenyum. Walaupun sesingkat itu, tapi dia bersyukur Alan menjawabnya.

"Sesibuk apapun kamu, tetap jaga kesehatan, ya. Kesehatan itu penting dari semua kesibukan kamu." Walaupun Alan tak menatapnya, ia tau kalau lelaki itu masih mendengarnya.

"Yaudah, aku ke kelas. Maaf kalau aku ada salah sama kamu, Lan."

Bertepan dengan kepergian Lisa, sosok perempuan pemilik lesung pipi itu juga turut pergi. Tak lama kemudian, sosok gadis berambut sebahu menghampiri laki-laki yang tadi duduk dengan gadis pemilik lesung pipi itu.

Alan dengan wajah datar ciri khasnya menatap interaksi keduanya dengan diam. Karena merasa sudah tidak ada lagi yang menarik untuk di lihat, lelaki itu memutuskan untuk pergi dari sana.

.

.

.

"Cengar cengir mulu kerjaan lo."

"Cowok ini selalu aja manis." Gadis itu melompat kegirangan sambil memegang erat sebuah gelang tali berwarna hitam. Saking senangnya dia berputar-putar, dia hampir menabrak dada bidang Alan yang tiba-tiba muncul dari luar kelas.

"Eh?" Via berkedip terkejut.

"Marahin, Lan, marahin!" Rahel mengompori.

Perhatian Alan tertuju pada apa yang gadis didepannya pegang.

"Tendang aja Lan, jauhkan dia dari muka bumi ini." Rahel kembali menyahut. Via melotot, memberi peringatan kepada sahabatnya itu agar diam.

"Maaf Alan, gue gak liat lo." Alan hanya mengangguk. Dia berjalan menuju tempat duduknya. Mengambil earphone, memasang ditelinganya, lalu mengambil buku dan membacanya. Via bernafas lega melihatnya.

"Malu-maluin lo."

"Biarin, yang jelas gue bahagia hari ini."

Rahel memutar bola matanya, "Iyain deh."

ALAN ARDIANSYAH ; Semesta di 2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang