"Rasain! Kena juga kan lo!"
Raga menertawakan kondisi sahabatnya saat ini. Laki-laki dingin itu sedang meringkuk dibawa selimut sambil mendengar segala kata-kata menyebalkan dari mulut Raga. Sungguh, telinga Alan rasanya ingin meledak mendengar kebahagiaan laki-laki itu melihatnya lemah. Sangat menyebalkan!
"Jatuh cinta kok bodoh."
Alan mengumpati laki-laki itu dalam hati. Andai dia sehat sudah dipastikan mulut laki-laki itu bengkak karena tendangannya.
"Lo sekalinya jatuh cinta parah juga, ya. Salut gue bro lihat perjuangan lo."
Sebelum Raga kembali menyahut, Alan langsung saja duduk menatap sinis Raga. Muka sahabatnya itu sangatlah terlihat buruk dimatanya.
"Pulang lo."
"Ga ah, males. Disini enak, bisa makan sepuasnya." Raga berujar sambil memperbaiki posisinya di kasur Alan. Laki-laki itu menggeser Alan untuk menjauh.
"Cowo mokondo." Gumam Alan pelan. Raga yang masih bisa mendengarnya langsung saja menggeplak kepala tetangganya itu.
"Anjir, tega banget lo ngomong gitu sama gue. Jijik gue anjirr."
"Bahasa lo. Pulang sekarang!"
"Malas Alan, gue malas banget pulang. Mau kerumah sakit tapi katanya hari ini cewe lo udah mau pulang."
"Via maksud gue." Ralat Raha cepat.
"Gue tau."
Raga mengumpat pelan, "Dasar sok tau."
"Lo ngapain sih sampai tuh cewe murka banget liat muka lo."
Alan mengendikkan bahunya, "Gue juga ga tau."
"Si anjir malah ga tau. Gue yakin banget nih ada yang lo perbuat sampai tuh cewe marah banget."
Alan hanya diam dalam pikirannya. Sungguh dia tidak tau apa yang telah dia perbuat sehingga gadis itu terlihat membencinya. Apa hanya karena perubahan sikapnya? Tapi Alan rasa bukan itu.
"Gue denger-denger bakal diadain seleksi Olimpiade lagi sebelum UAS. Lo mau ikut?" Raga kembali bersuara.
"Gue ga seleksi juga lolos." Sahut Alan.
Raga berdecih mendengarnya. "Bangsat lo, sombong banget, gue ketawa paling kenceng kalau lo tiba-tiba dungu dan amnesia."
"Mulut lo mau diganti?"
"Sembarangan. Oke gue tanya nih soal logika. Denger baik-baik. Kalau salah lo traktir gue."
"Dan kalau gue benar, beresin apartemen gue."
"Mana bisa gitu." Raga protes. Laki-laki itu memperbaiki posisinya. "Yang lain."
"Yaudah, gausah."
"Oke, dengar, ya, seorang ahli kimia sedang mencampurkan dua larutan, Larutan A dan Larutan B. Larutan A mempunyai konsentrasi 2 mol/liter (mol/L) natrium klorida (NaCl), dan Larutan B mempunyai konsentrasi 0 mol/L NaCl. Ahli kimia mencampurkan Larutan A dan Larutan B dengan volume yang sama untuk menghasilkan larutan baru, Larutan C.'
"Pertanyaan gue, berapa konsentrasi NaCl dalam larutan C?"
Alan menyeringai menatap Raga. "Soal yang lo berikan adalah contoh soal pengenceran, yaitu proses penurunan konsentrasi suatu larutan dengan menambahkan lebih banyak pelarut. Dalam hal ini pelarutnya adalah air dan zat terlarutnya adalah NaCl."
"Ketika ahli kimia mencampurkan Larutan A dan Larutan B dengan volume yang sama, volume total campuran menjadi dua kali lipat. Namun jumlah mol NaCl tetap sama. Akibatnya konsentrasi NaCl dalam campuran menjadi setengahnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALAN ARDIANSYAH ; Semesta di 2018
Fiksi RemajaDia dan semesta di tahun indah, 2018. "Bumi, makasih untuk tahun ini. Bukan cuma tahunnya yang indah, tapi juga perempuan cantik di depan gue. Semesta, tolong jaga dia, ya?" Episode menyenangkan di tahun itu adalah bertemu dan mengenalnya. Terimakas...