Dengan atau tidak denganmu, senang bisa melihat mu bahagia.
.
.
.
Pagi hari ini Alan kedatangan tamu dadakan di apartemennya. Sudah ada dua manusia kurang akhlak yang menghabiskan makanannya di kulkas. Dengan santai dan tanpa hati kedua manusia itu bersantai di ruang tamunya dengan berbagai macam bungkusan cemilan yang tidak teratur. Alan memijat pelipisnya, pusing melihat potret dua manusia yang tidak mau saling kalah itu. Mereka berebut, bahkan menyenggol gelas sehingga menciptakan bunyi nyaring. Untung saja gelas itu terbuat dari besi, sehingga tidak menimbulkan kekacauan yang lebih dahsyat lagi.
"KELUAR GA LO PADA!" Alan bersuara setelah tidak kuat lagi mendengar keributan yang diciptakan manusia itu. Entah hari ini kenapa semesta mengirimkannya dua manusia itu, menganggu hari liburnya.
"Anjing, itu punya gue woi! Ngalah sama cewe njir."
"Heh, ga ada ya dalam kamus gue ngalah sama lo. Enak aja gue duluan yang ambil malah lo yang mau makan, dihh."
Alan menahan untuk tidak melempar pisau ditangannya. Keduanya benar-benar tidak mendengarnya.
"DIEM ATAU PISAU INI MELAYANG!" Suara menggelegar Alan berhasil menghentikan pertikaian dalam merebut makanan antara Rahel dan Raga. Kedua manusia itu langsung kicep dan duduk dengan baik di sofa. Tangan Raga dan juga Rahel otomatis memungut sampah yang berserakan dengan tetap diam sambil memandang Alan yang terlihat emosi, ingin menerkam siapa saja.
Rahel menyenggol lengan Raga, "Lo sih! Liat tuh singanya muncul."
"Diem Rel, gue ga mau mati konyol hari ini. Masih banyak makanan yang belum gue cobain." Bisik Raga takut melihat tatapan nyalang Alan.
"Anjir lo!"
Alan menghampiri keduanya dengan pisau yang ia mainkan dengan tangannya. Laki-laki itu sudah seperti psikopat yang ingin membunuh mangsanya. Sangat menakutkan.
"Masih mau ribut lagi, hm?"Laki-laki itu menyeringai memandang Rahel dan Raga yang diam dengan kepala menunduk. Alan meletakkan pisau itu dengan keras dimeja membuat Rahel dan Raga sontak terkejut, keduanya saling memandang, kaget dan takut jadi satu.
"Dalam waktu lima menit ga beres, gue seret lo berdua keluar dari sini!" Tegas Alan, laki-laki itu menatap Raga dan Rahel yang dengan sigap membereskan kekacauan yang telah di buatnya. Alan menghela napas meredakan emosinya. Minggu yang buruk untuknya.
Setelah tiga menit berlalu, ruangan yang semula bak pembuangan sampah itu sudah bersih dan tertata rapi. Raga menjatuhkan dirinya di sofa dengan napas yang tak beraturan, cukup lelah dan cukup menyeramkan pandangan laki-laki pemilik apartemen itu.
"Ampun, Lan. Gak lagi gue buat kekacauan di apart lo." Raga mengatur napasnya, laki-laki itu segera meneguk segelas air pemberian Rahel. Perempuan itu juga turut mendudukkan dirinya di dekat Raga, mengipasi wajahnya yang berkeringat.
"Sumpah Lan, lo kek psikopat anjir." Keluh Rahel.
Alan hanya acuh, laki-laki itu sudah siap dengan jaket hitamnya yang bergambar bumi di belakang punggungnya.
"Mau kemana lo?" Tanya Raga penasaran.
"Keluar."
"Ngapain?"
"Kepo! Keluar lo berdua." Usir Alan tegas. Laki-laki itu mendahului Raga dan Rahel, menunggu kedua manusia itu di depan pintu.
"Gue disini aja deh, Lan. Gue janji bakal jaga apartemen lo dengan baik." Kata Raga sambil menaikkan dua jarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALAN ARDIANSYAH ; Semesta di 2018
Teen FictionDia dan semesta di tahun indah, 2018. "Bumi, makasih untuk tahun ini. Bukan cuma tahunnya yang indah, tapi juga perempuan cantik di depan gue. Semesta, tolong jaga dia, ya?" Episode menyenangkan di tahun itu adalah bertemu dan mengenalnya. Terimakas...