5. Cinta Itu Luka

1.2K 49 1
                                    

Jatuh cinta di kota Makassar memang indah, tetapi jangan jatuh cinta terlalu dalam di tahun 2018, tidak apa jika kamu mau, itu artinya kamu siap membersamai kenangannya sampai batas waktu yang tidak di tentukan.

~ Alan Ardiansyah

.

.

.

Bahagia rasanya jika apa yang di perjuangkan terkabul sesuai apa yang diharapkan. Beberapa kecewa memang datang dari sekumpulan harapan yang gagal di dicapai, tetapi dengan begitu ada banyak pelajaran yang bisa kita ambil. Karena tidak selamanya impian itu akan selalu didapatkan. Beberapa orang perlu berjuang berkali kali agar mereka tidak berbangga diri dan melupakan segalanya ketika mereka berhasil meraih keberhasilannya.

Kita perlu gagal untuk jadi lebih baik.

Kita perlu kecewa agar tidak selalu berharap dan bergantung pada keadaan.

Karena sejatinya, bersyukur akan membuat kita merasa cukup.

"Selamat, Ra." Raga datang menghampiri Aura yang baru saja dari turun hadapan siswa/i yang berbaris menyaksikan kemenangan peserta olimpiade kemarin.

"Makasih, Raga."

"Makasih juga." Alis Aura terangkat, bingung pada Raga.

Raga tersenyum, "Karena lo masih pake jepitan bentuk kupu-kupu itu. Gue senang liatnya."

Aura menyentuh pemberian Raga yang melekat indah di rambut hitamnya. "Oh, gue suka kok." Kata Aura jujur membuat senyum Raga semakin mengembang.

"Tau gak kenapa gue milihnya kupu kupu?" tanya Raga sambil berjalan menuju taman.

"Emang kenapa?" tanya Aura penasaran, gadis itu mengikuti langkah Raga.

Raga menoleh menatap wajah indah Aura. Menurutnya ia tidak akan pernah bosan memandang wajah cantik dan manis itu.

"Kupu kupu itu indah, Ra. Dia mungkin gak bisa melihat bagaimana bentuk dirinya, tetapi bagi yang melihatnya dia itu indah, cantik. Sama seperti lo yang gak pernah ngaku dan berbangga diri atas segala kelebihan yang lo punya. Padahal bagi gue, lo itu lebih indah dari kupu kupu." Jelas Raga sambil membayangkan indahnya kupu kupu itu saat terbang, juga wajah indah milik perempuan dengan rambut sebahu itu.

"Ada ada aja." Aura terseyum, menggeleng karena pernyataan Raga. Cowok itu selalu saja punya kalimat tersendiri yang membuat senyum selalu hadir di wajahnya.

"Tuh kan gak mau ngaku lagi."

"Yakali gue koar koar sama kelebihan gue."

Raga terkekeh, cowok itu mengeluarkan beberapa cemilan dan juga dua air minum dingin yang dibawanya dari tadi. Aura dengan senang hati menerima pemberian cowok itu.

Dengan lancangnya, Raga menarik setangkai bunga Daisy milik guru BK nya, Bu Arika.

"Raga! Nanti Bu Arika liat lo." Pekik Aura melihat Raga yang sangat santai memetik tangkai bunga kesayangan guru BK nya itu. Tidak tau saja bagaimana Bu Arika yang menasehati setiap orang yang dilihatnya duduk di sekitaran taman itu agar tidak sedikitpun menyentuh bunga itu, tetapi lihatlah satu cowok itu, dengan beraninya memisahkan batang dengan akarnya.

"Gak bakal, Ra."

Aura mendengus, "Belum aja Bu Arika marahin lo karena bunga kesayangannya lo petik gitu aja."

Raga memutar tangkai bunga itu. Meneliti bentuknya. "Bunga ini keren. Ada simbolnya."

"Emang apa?" Aura penasaran. Raga itu unik. Ia adalah defenisi cowok yang selalu melihat sesuatu dengan maknanya. Raga selalu punya sesuatu menarik. Dia punya daya tarik tersendiri.

ALAN ARDIANSYAH ; Semesta di 2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang