Beberapa orang senang, beberapa juga tidak. Begitulah hidup, penuh suka maupun duka.
.
.
.
Hari yang melwati jam, kini tiba saatnya hari dimana segala usaha dalam tempo yang sudah ditentukan akan dilihat. Hasil yang akan di dapatkan itulah bukti perjuangan yang telah dilakukan.
Tidak perlu resah, karena usaha tidak akan mengkhianati hasil. Kalaupun gagal, tidak apa, jangan kecewa. Itu artinya harus berusaha lebih baik lagi.
Pak Iwan selaku guru Matematika mengumpulkan beberapa murid yang akan menjadi perwakilan sekolah untuk berjuang di Olimpiade Sains Nasional (OSN). Setelah berdo'a bersama, Pak Iwan dan Ibu Nurul selaku guru Biologi menghimbau agar mereka semua bersiap ke bus agar mereka bisa datang tepat waktu di sekolah tempat mereka berlomba.
"Viaaaaaa, semangat beb. Harus juara pokoknyaaa." Rahel memeluk Via dengan erat, tak mempedulikan sang empu yang terkejut.
Raga menggeleng pelan, sedangkan makhluk yang sering di sebut kadal itu berdiri tanpa ekspresi.
Raga menatap Aura dengan senyum. "Ra, jangan lupa do'a, ya?"
Aura mengangguk pelan, "Iya, Raga."
"Ra, percaya gak percaya gue yakin lo menang."
"Kok bisa gitu?"
"Soalnya senyum lo udah menyakinkan kalau lo adalah salah satu makhluk yang kadar manisnya itu setara dengan gula. Gue gak bilang lo lebih manis dari gula karena yang berlebihan itu gak baik, Ra. Nanti lo di kerumuni semut."
"Ada-ada aja, Ga."
"Anak-anak ayo ke bus, kita berangkat sekarang." Ibu Nurul kembali mengintruksi.
"Semangat, Ra. Jangan lupa senyum, ya. Harus bahagia tiap harinya."
"Iya, Raga. Makasih. Gue duluan." Raga tersenyum melihat punggung Aura yang perlahan menghilang dari pandangannya.
Sekotak susu, roti, dan coklat diberikan kepada pemilik lesung di pipi kirinya. Gadis itu menaikkan alis, bingung.
"Buat lo."
"Gak usah, Lan."
"Via, ayo, bus nya udah mau berangkat." Pak Iwan yang lewat memanggil Via yang masih berdiri di tempat semula saat mereka do'a bersama.
"Iya, Pak."
Alan, lelaki itu menarik tangan Via, meletakkan pemberiannya.
"Kaki lo masih sakit."
"EKHEM!" Rahel dan Raga kompak berdehem. Keduanya saling pandang dengan ekpresi menahan senyum.
"Eh, iyaa. Gue duluan." Via berjalan dengan cepat dan tertatih, gadis itu diliputi rasa bingung. Kenapa Alan kasih ke gue? Tanyanya sambil melihat susu, roti dan coklat yang ada di tangannya.
.
.
.
"Rul, jadi datang kan?"
"Sorry Via, gue gak bisa kesana."
"Gak ada izin, ya?" Via menghela napasnya. Janji Syahrul yang akan melihat dirinya untuk tanding hari ini batal.
"Iya. semangat, lo pasti bisa."
"Makasih Rul." Via meletakkan kembali hp nya kedalam saku. Ia menghela napas pelan sambil membenarkan rambutnya.
Kata 'semangat' sudah banyak ia dengar hari ini. Itu artinya ada banyak orang yng mengharap sebuah hasil yang baik. Ada yang perhatiannya lebih agar manusia yang di beri kalimat itu bisa tenang dan tidak merasa sendiri. Sesimple itu kalimatnya, namun dampaknya bukan main.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALAN ARDIANSYAH ; Semesta di 2018
Teen FictionDia dan semesta di tahun indah, 2018. "Bumi, makasih untuk tahun ini. Bukan cuma tahunnya yang indah, tapi juga perempuan cantik di depan gue. Semesta, tolong jaga dia, ya?" Episode menyenangkan di tahun itu adalah bertemu dan mengenalnya. Terimakas...