Hidup sungguh tidak adil bagi Naja. Seorang pemuda menyedihkan yang tidak mempunyai apa-apa sekarang.
Naja tidak berharap banyak apapun pada dunia hanya satu saja, yaitu kebahagiaan. Tentu semua orang pasti ingin kebahagiaan bukan?
Kini Naja menyerah. Tentang kebahagiaan atau apapun karena semua yang ia lakukan selalu berakhir buruk dan sia-sia.
Debur ombak terdengar oleh Naja yang berada di tepi jurang. Menatap kosong ke arah lautan yang luas mengingatinya tentang janjinya dengan teman-temannya.
"Kalau gue mati, ada yang nyariin gak ya?" gumam Naja mengusap buntung di kakinya pelan.
"Alam tolong untuk sekali ini ya? Gue udah nyerah untuk semua, jadi biarin gue tenang," derai air mata Naja turun menandakan perjuangannya yang berat.
Naja mendorong dirinya terjatuh ke bawah di bantu oleh angin yang menerpa. Naja menutup matanya mempersilahkan tugas Sang akhirat membawanya.
Suara hantaman ke lautan oleh bobot Naja terdengar dan menyelimuti Naja dengan kuasanya. Naja pikir ketika ia mati akan timbul gempa bumi yang dahsyat atau tsunami, namun hari-hari berjalan seperti biasa.
Jadi percuma saja jika kau meninggalkan dunia ini tidak akan ada yang berubah maupun kau dan aku.
"Semoga kita bisa bertemu," suara Naja di kegelapan lautan.
"Jika kamu memiliki kesempatan untuk hidup kembali, apa yang ingin kamu lakukan?"
"Hm, gue pengen nyelamatin Juju."
..
.
.
.
.
.
.
beep beep beep
Suara alarm terdengar membuat Naja membelakkan matanya.
"Hosh.. hosh.. hosh.." Naja terduduk lalu mengambil nafas sebanyak-banyaknya. Naja merasa sehabis menahan nafas setahun.
Naja menatap sekeliling, "Ini kamar gue pas waktu kuliah di kota Gewa," gumamnya.
"Kalau mati emang gini ya? Jadi diliatin masa lalu gue. Keren banget," ujar Naja menatap bingkai foto dirinya dan adiknya di meja.
Brak!
"Woi, Ja! Lo bukannya ada kelas pagi?"
Pintu kamar Naja terbuka memperlihatkan Juju atau Ajuaria Elara adik Naja menatapnya garang.
Naja menatap adiknya haru seketika memeluk Juju erat, "Juju gue kangen lo!" rindu itulah yang Naja rasakan sekarang.
"Dih, apa-apaan si lo? Lepas gak! Geli tau lo meluk meluk gini," omel Juju berusaha melepaskan rengkuhan abangnya.
"Panggil gue abang."
"Ogah," tolak Juju.
"Kalau gitu gak lepas," acuh Naja semakin erat memeluknya.
"Banggg!" Juju memukul Naja.
"Aduh, udah dong hahahaha," Naja tertawa hingga sudut matanya berair.
"Kalau ini cuman mimpi tolong jangan bangunkan gue," ucap Naja menatap Juju.
"Lo ngigo ya Ja?" tanya Juju balik menatap Naja aneh.
"Asal lo tau ya Dek. Gue lagi di alam baka, soalnya abis terjun. Lihat kaki gue utuh lagi HAHAHAHA."
"HAHAHAHA-ADUH!"
Juju menepuk punggung Naja dengan kuat yang sedang meloncat loncat sambil memegang kakinya kegirangan. Naja hampir terjatuh akibat kekuatan adiknya lalu ia menatap Juju tidak senang.
"Sakit bego! Lo gak di alam baka gak di dunia nyata tetep sama."
"Lo yang bego. Gue gak tau apa yang lo omongin atau lo mimpi apa semalam yang buat lo jadi orang gila. Tapi gue gak mau terlambat di hari pertama sekolah! Gue pergi duluan," kemudian Juju melangkah keluar dari kamar Naja.
"Sekolah? Kuliah?" Naja menatap kepergian Juju dengan bingung.
Naja tersadar segera ia mengambil ponselnya menatap tanggal hari ini.
"Hah.. Gue balik ke 10 tahun yang lalu?"
To Be Continued-507 kata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness[END]
Fantasy[ Cerita ini mengikuti Writora: Take Your Word] "Jika kamu memiliki kesempatan untuk hidup kembali, apa yang ingin kamu lakukan?" Kematian adik dan teman-temannya yang tragis membuat luka yang membekas bagi Orion Najare. Tetapi, sebuah keajaiban mem...