Chapter 3

12 6 3
                                    

"Banyak hal yang akan mennantimu. Jadi, jangan pernah diakhiri"

"Juju!" Naja menggendong adiknya yang sudah tidak bernyawa di pangkuannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Juju!" Naja menggendong adiknya yang sudah tidak bernyawa di pangkuannya

"Ju, bangun Ju. Gue udah pulang."

"Juju, please jangan tinggalin gue juga." derai air mata menghiasi wajah Naja.

"Gue gak bisa Ju. Ya Tuhan."

"Ju," Isak tangis kini memenuhi ruangan.

Naja memegang tangan Juju yang sudah kaku itu, "Siapa Ju? Siapa yang ngelakuin ini?" Naja mengangkat kepalanya.

Naja melihat sekelilingnya, terdapat Perdana Menteri Kelan, Putra Mahkota Martin, Putri Selena, dan seseorang yang tangannya penuh dengan darah.

"PERBUATAN SIAPA!!"

"Tenanglah, kau membuat udara di sini bau," ujar Perdana Menteri Kelan mengibaskan tangannya di depan wajahnya.

"Gue tanya, siapa yang ngelakuin ini?"

"Ini sebuah ketidaksengajaan. Mereka bermain bersama dan boom adikmu tertembak sendiri dengan pistol itu," jawab Putri Selena sedikit panik.

"Jangan berbohong. Juju gak mungkin seceroboh itu, Juju pasti tertembak oleh seseorang."

"Apa maksudmu? Jangan asal menuduh," tanya Putra Mahkota Martin

"Jangan pura-pura bodoh!" emosi Naja memuncak, ia meletakkan Juju ke lantai dengan lembut. Lalu ia menghampiri orang itu dengan emosi.

"Ini perbuatan lo kan?"

Anak itu menundukkan kepalanya, "Maafkan aku," seketika sebuah kumpulan bayangan hitam menyelimuti Naja.

"MAAFKAN AKU!"

Malam sunyi di istana megah se-Asia Pasifik. Berhiaskan bulan penuh di langit memberikan malam yang tidak terlalu gelap.

Naja terbangun di tengah-tengah tidurnya. Bajunya basah oleh karena keringat, ia seperti baru saja lari dari tebing dengan nafasnya yang terengah-engah. Sebuah ingatan di waktu yang lain tersebut entah mengapa menjadi bunga tidurnya malam ini.

"Sial," Naja mengusap wajahnya kasar.

Merasa ia tidak akan tertidur lagi, Naja akhirnya berniat untuk mencari angin malam. Hal yang pertama ia lakukan adalah mengecek Juju.

"Oke, cakep. Bocil udah bobo," gumam Naja mengintip kamar Juju yang bersebelahan dengan kamar Naja.

Naja pikir jalan-jalan di tengah malam tidak terlalu buruk. Awalnya begitu, Naja tidak sengaja melihat sepasang insan yang sedang dimabuk asmara di kebun bunga yang cukup tersembunyi.

Happiness[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang