"Tidak perlu meninggi karena di atas langit masih ada langit"
Sinar matahari di Gewa menandakan aktivitas kembali berjalan setelah malam yang panjang.
Juju dan Naja juga demikian. Namun, mereka mengawali paginya dengan berdebat. Alasannya karena Juju akan mengerjakan tugas akhir semester sekolahnya yang mengharuskan Juju pergi ke Ibu kota Negara Tora yakni Melawa.
Ajuaria Elara selain cantik ia juga sangat cerdas di usia mudanya. Juju diundang oleh kerajaan sebagai murid paling berprestasi dan menjadi asisten dokter kerajaan selama tiga bulan. Saking cerdasnya Juju, ia bisa saja melangkahi Semenat lalu lanjut ke Peringgi jurusan kedokteran.
Meski begitu, Naja tau jika Juju akan berakhir tragis meninggalkan impiannya menjadi seorang dokter.
"Gak harus disana kan?" ujar Naja yang membuat Juju kesal.
"Harus," balas Juju kekeh. Keputusannya sudah bulat.
"Nggak harus. Masih banyak tempat yang mau terima lo jadi asisten dokter." Naja menghentikan aksi Juju yang sedang membereskan barang-barangnya.
"Kenapa sih Ja? Gue kalau jadi asisten dokter di istana bakalan dapat beasiswa full buat pendidikan gue selanjutnya. Jadi, lo gak bakal terbebani," jelas Juju berharap saudaranya dapat mengerti keinginannya.
"Gue gak pernah terbebani. Gue malah suka lo bergantung sama gue."
Juju tidak peduli, ia terus saja merapikan barang-barangnya.
"Gue khawatir, Ju," Ucap Naja. Lo bakalan ninggalin gue.
"Bang, Juju udah besar."
Bohong Juju baru saja berumur 15 tahun, bagaimana bisa ia menyebut dirinya sudah dewasa?
"Please ya bang, Juju bisa jaga diri. Lalu kemarin juga udah belajar bela diri sama bang Jean, jadi Juju udah bisa hadapin mereka,"
Mereka yang pernah membuat Juju memiliki trauma terhadap lawan jenisnya. Mereka yang membuat Juju si periang menjadi Juju yang sangat pendiam dan tertutup.
Naja teringat ketika hari ini di waktu yang lain, Naja dan Juju juga bertengkar namun alasan Naja sangat kekanak-kanakan yaitu karena tidak ingin Juju pergi jauh. Naja dan Juju berpisah dengan perasaan marah, lalu berpisah untuk selamanya dengan rasa penyesalan.
"Oke, lo boleh pergi. Dengan satu syarat."
Perkataan Naja membuat Juju yang tertunduk kemudian menatap Naja dengan binar bahagia. Naja melihatnya semakin merasa bersalah di waktu itu. Andai dulu Naja tidak kekanak-kanakan.
Lalu Juju memeluk Naja, "Makasih bang,"
"Lo ada maunya panggil gue abang dan meluk gue,"
Juju melepaskan pelukkannya lalu menjulurkan lidahnya, "Wle, Naja jelek."
KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness[END]
Fantasy[ Cerita ini mengikuti Writora: Take Your Word] "Jika kamu memiliki kesempatan untuk hidup kembali, apa yang ingin kamu lakukan?" Kematian adik dan teman-temannya yang tragis membuat luka yang membekas bagi Orion Najare. Tetapi, sebuah keajaiban mem...