Chapter 17

4 2 0
                                    

Hari yang ditunggu tunggu akhirnya datang juga. Ritual Totayam yang diadakan sepuluh tahun sekali akan di laksanakan malam ini.

Tentu saja penjara yang kosong itu membuat kericuhan di dalam kastil. Orang-orang berjubah merah itu berjalan ke sana kemari mempersiapkan ritual dan mencari korban persembahan sebagai pengganti yang kabur.

Mereka yang kabur berada di dalam sebuah tempat persembunyian khusus yang dibuat oleh Damian yang tidak diketahui oleh siapa pun. Meskipun tempat tersebut cukup tidak cukup luas, tetapi ruangan ini kedap suara.

"Siapa yang pandai bela diri di antara kalian?" tanya Damian memimpin komandan.

Naja, Nela, dan Jean mengangkat tangan. Damian cukup bangga dengan putrinya yang mempelajari ilmu bela diri sama seperti Nebula.

"Saya kurang bisa dalam bela diri, tetapi dalam pertahanan saya bisa Oh! Dan juga saya juga dalam melarikan diri," ucap Emma yang teringat dengan aksi ia melepaskan diri dari jeratan orang bertudung itu.

"Bagus, kamu hebat!" puji Damian membuat Emma semakin percaya diri.

Setelah kepergian Bella untuk selamanya mereka mengalami ketakutan jika mereka akan berakhir seperti Bella. Kesedihan juga mereka masih melekat di dalam hati mereka.

Tetapi mereka tidak mempunyai banyak waktu, saatnya untuk membalaskan apa yang pemuja Tuan Lelir lakukan.

Naja juga harus bisa memberikan pedang tersebut kepada dukun secepat mungkin sebelum semuanya terlambat.

✳❇✳

Hampir tengah malam, bulan purnama masih tertutup awan tebal. Tetapi banyak orang-orang yang sedang mempersiapkan untuk sesuatu yang di luar batas.

Di sebuah aula yang sangat besar dengan altar yang siap untuk disinari oleh cahaya bulan, tetapi jika cahaya bulan mulai terlihat makaa Negara Tora akan dilanda oleh bencana yang akan terjadi sebelumnya.

Orang-orang hilang dari berbagai provinsi dikurung dalam suatu kurungan yang besar agar dapat memuat sembilan ratus lebih orang. Mereka akan dijadikan tumbal selanjutnya untuk seseorang.

Naja, Damian, Jean, Nela, dan juga Emma kini mulai berpencar. Tugas pertama yang mereka lakukan adalah menyatu di dalam lautan orang berubah merah.

"Banyaknya," gumam Naja. Ia memiliki tugas khusus yaitu untuk mengambil pedang tersebut.

"Hei," seseorang menyentuh bahu Naja.

Tubuh Naja menegang, "Kamu ayo duduk di sini!" ajaknya lalu menyisikan tempat duduk di sampingnya.

Mungkin karena melihat Naja yang celingak celinguk membuat ia simpati terdapat Naja yang terpisah dari rombongannya.

"Terima kasih," Kemudian mau tidak mau Naja duduk disebelah perempuan asing yang mengajaknya duduk agar tidak menimbulkan kecurigaan.

Naja dapat memperkirakan umur perempuan disebelahnya seusia dengannya atau lebih muda.

"Kenapa kamu menjadi anggota pemuja Tuan Lelir?" tanyanya tiba-tiba.

"Ak-aku mempunyai dendam dengan kerajaan," kikuk Naja yang tidak biasa dengan bahasa yang digunakan di sini.

"Oh! Sama, aku juga mempunyai dendam. Ketika aku masih kecil, ayahku di hukum oleh karena perbuatan yang tidak ia lakukan. Padahal orang-orang sok bijak itu yang seharusnya dihukum! Memang benar jika kita mempunyai harta maka kita dapat memperoleh kuasa,"

Happiness[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang